Liputan6.com, Kunming - Catatan keselamatan maskapai penerbangan China telah menjadi yang terbaik di dunia selama satu dekade. Namun, catatan itu dinilai kurang transparan dibandingkan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia di mana regulator merilis laporan rinci tentang insiden non-fatal.
Menurut Aviation Safety Network, kecelakaan pesawat yang fatal terakhir di China terjadi pada 2010, ketika 44 dari 96 orang di dalamnya tewas ketika sebuah jet regional Embraer E-190 yang diterbangkan oleh Henan Airlines jatuh saat mendekati bandara Yichun.
Advertisement
Baca Juga
Pada tahun 1994, sebuah China Northwest Airlines Tupolev Tu-154 jatuh dalam perjalanan dari Xian ke Guangzhou, menewaskan semua 160 orang di dalamnya dalam bencana udara terburuk yang pernah terjadi di China, menurut Aviation Safety Network.
Insiden jatuhnya pesawat hingga terbakar pada Senin 21 Maret merupakan kecelakaan fatal pertama bagi China Easter Airlines sejak 2004, ketika sebuah pesawat jatuh tak lama setelah lepas landas dari bandara di China utara, menewaskan 55 orang, menurut ASN.
China Eastern yang berbasis di Shanghai didirikan pada tahun 1988 dan merupakan salah satu dari tiga maskapai terbesar di China, dengan salah satu armada pesawat termuda.
Pesawat China Eastern Airlines jatuh di Daerah Otonomi Guangxi pada Senin 21 Maret sore. Kecelakaan pesawat itu menyebabkan kebakaran hutan di perbukitan Kabupaten Tengxian, sementara 132 orang dalam pesawat belum diketahui nasibnya.
Pesawat Boeing 737 yang bertolak dari Kunming di Provinsi Yunnan menuju Guangzhou di Provinsi Guangdong tersebut mengangkut 132 orang yang terdiri dari 123 penumpang dan sembilan awak kabin, bukan 133 orang seperti diberitakan sebelumnya, demikian pernyataan departemen kegawatdaruratan Guangxi.
Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) belum bisa memberikan keterangan mengenai nasib 132 orang yang berada di dalam pesawat bernomor penerbangan MU-5735 itu. Pesawat tersebut bertolak dari Bandara Internasional Changshui, Kunming, pada pukul 13.15 waktu setempat (12.15 WIB).
Pesawat jatuh tersebut dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Baiyun, Guangzhou, pada pukul 15.07 (14.07 WIB).
Data penerbangan menunjukkan bahwa pada pukul 14.19 (13.19 WIB) pesawat tiba-tiba meluncur dari ketinggian 8.869 meter dengan kecepatan 845 kilometer per jam. Pada pukul 14.21, pesawat milik maskapai yang berkantor pusat di Shanghai itu hilang dari pantauan radar ADS-B.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fakta Boeing 737-800
Boeing 737-800 adalah bagian dari keluarga 737, seri pesawat komersial yang paling banyak diterbangkan di dunia. Ini dikembangkan pada 1960-an untuk melayani rute pendek atau menengah.
737-800 adalah bagian dari 737 NG atau keluarga Next-Generation - dengan lebih dari 7.000 dikirim sejak 1993 - dan memiliki catatan keselamatan yang kuat setelah hampir tiga dekade penerbangan. 737-800 berkapasitas 162 hingga 189 kursi diluncurkan pada 5 September 1994. NG adalah pendahulu 737 MAX.
MAX dilarang terbang di seluruh dunia selama 20 bulan setelah dua kecelakaan fatal menewaskan 346 orang. Pesawat itu tetap dilarang terbang di China.
Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan China Eastern, dalam perjalanan dari kota barat daya Kunming, ibu kota provinsi Yunnan, ke Guangzhou, ibu kota provinsi Guangdong, berusia enam tahun, menurut Flightradar24.
Di Amerika Serikat, American Airlines memiliki 737-800 terbanyak yang beroperasi dengan 265 diikuti oleh Southwest Airlines dengan 205 dan United Airlines dengan 136, menurut data Cirium.
Kecelakaan fatal terakhir 737-800 terjadi pada Agustus 2020 ketika sebuah pesawat Air India Express melampaui landasan pacu dan jatuh saat mendarat di Bandara Internasional Calicut di negara bagian selatan Kerala dalam hujan lebat, menewaskan 21 orang. Sebuah laporan pemerintah mengutip kesalahan pilot sebagai kemungkinan penyebabnya.
Advertisement