Liputan6.com, Wuzhou - Seluruh penumpang pesawat China Eastern Airlines resmi dinyatakan tewas oleh pemerintah China. Kecelakaan pesawat itu terjadi pada 21 Maret 2022 di dekat kota Wuzhou, wilayah Guangxi.
Pemerintah China tidak langsung mengumumkan bahwa semua korban meninggal. Mereka lebih dahulu melakukan evakuasi, meski saat itu sudah muncul dugaan tak ada korban selamat.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir Channel News Asia, Minggu (27/3/2022), identitas 120 korban di pesawat Boeing 737-800Â milik China Eastern Airlines tersebut juga telah teridentifikasi melalui tes DNA.
"Semua 123 penumpang dan sembilan anggota kru penerbangan MU5735 dari maskapai China Eastern telah terbunuh on board pada 21 Maret," ujar Hu Zhenjiang, deputi dirjen Civil Aviation Administration China pada Sabtu (26/3).
Pesawat tersebut mengarah ke kota Guangzhou sebelum terjatuh. Video beredar menunjukkan pesawat jatuh secara vertikal.
Usai pengumuman tersebut, Hu Zhenjiang melakukan mengheningkan cipta sejenak bersama para jurnalis untuk para korban kecelakaan pesawat China Eastern Airlines.
China Eastern Bantah Pangkas Biaya Perawatan
China Eastern Airlines membantah isu bahwa pihaknya memangkas dana pemeliharaan pesawat senilai 10 miliar yuan (sekitar Rp22,5 triliun) sepanjang tahun 2021, Jumat (25/3).
Pemangkasan dana itu telah dikaitkan dengan kecelakaan pesawat miliknya di Guangxi pekan ini yang menewaskan 132 orang.
Dalam konferensi pers di Nanning, Guangxi, maskapai itu membantah rumor tersebut.
"Untuk menjamin keselamatan, biaya pemeliharaan ditingkatkan, meskipun frekuensi penerbangan lebih sedikit karena COVID-19," kata China Eastern dalam sebuah pernyataan yang dikutip media-media setempat sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (26/3).
Bahkan dibandingkan dengan 2019, biaya pemeliharaan pada 2021 naik 12 persen, tulis China Daily mengutip China Eastern.
"Karena China Eastern terdaftar di lantai bursa, silakan cek data-data yang sudah terbuka dan transparan itu," kata pihak maskapai yang berkantor pusat di Shanghai itu.
Kecelakaan udara terbesar di China dalam 12 tahun terakhir itu juga diduga disebabkan oleh kerusakan pada pickle fork, komponen yang menyatukan badan dan sayap pesawat.
China Eastern mengatakan tidak ada masalah dengan komponen itu sehingga perbaikan tidak dibutuhkan, apalagi diperbaiki secara mandiri seperti yang diisukan selama ini.
Advertisement