Ukraina Tolak Damai dengan Rusia Jika Harus Lepas Wilayah Timur

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata siap bertempur untuk mengusir Rusia dari wilayah timur negaranya.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Apr 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2022, 07:30 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memonitor wilayah Donetsk yang dilanda perang, 6 Desember 2021. (Ukrainian Presidential Press Office via AP, File)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memonitor wilayah Donetsk yang dilanda perang, 6 Desember 2021. (Ukrainian Presidential Press Office via AP, File)

Liputan6.com, Kyiv - Presiden Ukraina Volodymr Zelensky menolak untuk melepaskan bagian timur negaranya demi perdamaian dengan Rusia. Militer Ukraina disebut siap melawan militer Rusia. Menurut data Global Fire Power, militer Rusia adalah yang terkuat di Eropa.

Daerah yang jadi permasalahannya adalah Donbas di timur Ukraina. Pasukan rezim Vladimir Putin telah masuk ke wilayah itu sebagai salah satu jalur invasi ke Ukraina, sebelumnya Putin mendukung separatisme di sana.

Pada interview bersama CNN, Presiden Zelensky berkata dirinya tidak percaya dengan militer dan kepemimpinan Rusia. Ia bertekad untuk berdiri tegak di Donbass, sebab jika dibiarkan maka tak tertutup kemungkinan Rusia kembali menyerang ibu kota Kyiv.

"Inilah mengapa sangat penting bagi kami untuk tidak membiarkan mereka, untuk berdiri tegak di posisi kami, sebab pertempuran ini dapat mempengaruhi jalannya perang ini," ujar Presiden Zelensky, dikutip situs pemerintah Ukraina, Ukrinform, Senin (18/4/2022).

"Saya tidak percaya dengan militer Rusia dan kepemimpinan Rusia," ujar aktor yang menjadi politikus itu.

Lebih lanjut, Presiden Zelensky berkata sulit percaya dengan negara-negara tetangganya setelah ada konfik dengan Rusia. Ia menyebut hanya percaya pada rakyat Ukraina, serta negara-negara yang mendukung lewat aksi nyata.

Terkait diplomasi, Presiden Ukraina menyebut siap melakukan itu demi mengakhiri perang, tetapi serang-serangan Rusia membuat Ukraina sulit melakukan hal tersebut. Zelensky menolak bicara hanya karena ultimatum Rusia.

"Apa harga dari semua ini? Rakyat. Rakyat yang sudah banyak terbunuh. Dan siapa yang harus membayar semua ini? Ukraina. Hanya kami," ujar Presiden Volodymyr Zelensky.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perang Rusia Ukraina Tewaskan Satu Jenderal Moskow Lagi

Serangan Udara Rusia Hancurkan Rumah Sakit Bersalin di Ukraina
Asap mengepul setelah serangan udara Rusia di Mariupol, Ukraina (9/2/2022). Serangan Rusia telah merusak parah sebuah rumah sakit bersalin di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung, kata pejabat Ukraina. (AP Photo/Evgeniy Maloletka)

Gubernur St. Petersburg mengkonfirmasi bahwa seorang jenderal lainnya telah tewas di tengah invasi Rusia, menghormatinya dalam sebuah upacara pada Sabtu 16 April 2022, media Rusia melaporkan.

Wakil komandan Angkatan Darat ke-8, Mayor Jenderal Vladimir Petrovich Frolov, tewas saat berperang melawan Ukraina, kantor berita Rusia melaporkan, mengutip layanan pers administrasi St. Petersburg.

"Hari ini kami mengucapkan selamat tinggal kepada pahlawan sejati. Vladimir Petrovich Frolov meninggal secara heroik dalam pertempuran dengan nasionalis Ukraina," kata Gubernur Alexander Beglov, kantor berita negara Rusia Tass melaporkan, mengutip layanan pers seperti dikutip dari The Hill, Minggu (17/4). 

"Dia mengorbankan hidupnya agar anak-anak, wanita, dan orang tua di Donbas tidak lagi mendengar ledakan bom. Untuk berhenti menunggu kematian dan meninggalkan rumah, untuk mengucapkan selamat tinggal seolah-olah itu adalah yang terakhir kalinya."

Gubernur menyebut Frolov sebagai "patriot sejati" dan "berani," dan menambahkan bahwa dia "memenuhi tugas militer dan kemanusiaannya," menurut surat kabar online St. Petersburg, Fontanka.

Beberapa jenderal Rusia lainnya dan personel militer tinggi dilaporkan tewas di tengah invasi Rusia yang sedang berlangsung terhadap tetangganya, termasuk wakil komandan Tentara Gabungan ke-41 Distrik Militer Pusat Andrei Sukhovetsky; Mayor Jenderal Vitaly Gerasimov, Letnan Jenderal Yakov Rezantsev; dan Kolonel Sergei Sukharev, komandan elit Resimen Lintas Udara Pengawal 331.

Rusia, yang gagal dalam upaya awalnya untuk merebut Kiev, sekarang mempersiapkan diri untuk serangan baru di wilayah Donbas, timur Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan dalam sebuah wawancara dengan media Ukraina bahwa negosiasi antara Rusia dan Ukraina dapat terhenti jika Rusia membunuh pasukan Ukraina yang tersisa di Mariupol.


Rusia Klaim Rebut Kota Strategis Mariupol

Bangkai tank di Mariupol, Ukraina.
Bangkai tank di Mariupol, Ukraina. (Xinhua/Victor)

Rusia mengatakan pasukannya telah membersihkan daerah perkotaan kota utama Mariupol dan hanya kontingen kecil militer Ukraina yang tersisa di dalam pabrik baja di pelabuhan selatan yang terkepung.

Klaim Rusia untuk mengendalikan Mariupol - tempat pertempuran terberat perang dan bencana kemanusiaan terburuk - tidak dapat diverifikasi secara independen.

Ini akan menjadi kota besar pertama yang jatuh ke pasukan Rusia sejak invasi 24 Februari.

"Seluruh wilayah perkotaan Mariupol telah sepenuhnya dibersihkan ... sisa-sisa kelompok Ukraina saat ini sepenuhnya diblokade di wilayah pabrik metalurgi Azovstal," kata Igor Konashenkov, juru bicara utama kementerian pertahanan Rusia sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Minggu (17/4).

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa jika pasukan Ukraina di Mariupol meletakkan senjata mulai Minggu pukul 06.00 waktu Moskow (10.00 WIB), nyawa mereka akan selamat, kantor berita TASS melaporkan.

Mengutip direktur Pusat Manajemen Perlawanan Nasional Rusia Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev, Tass mengatakan tawaran Moskow itu didorong oleh "situasi bencana" di pabrik tersebut serta "prinsip murni kemanusiaan."

Ia menambahkan: "Kami menjamin bahwa nyawa semua orang yang meletakkan senjatanya akan selamat."


Muslim di Italia Sepakat Beri Zakat Fitrah pada Korban Konflik di Ukraina

Gagal Evakuasi, Warga Mariupol Terpaksa Kabur dari Ukraina dengan Berjalan Kaki
Warga Mariupol terpaksa kabur dari ukraina dengan berjalan kaki (pexes/anecb yacuihay).

Muslim di provinsi Pordenone Italia telah memutuskan untuk menyumbangkan Zakat di bulan Ramadhan ini kepada orang-orang yang paling terkena dampak konflik di Ukraina.

Mustafa Nadif, perwakilan komunitas Maroko di provinsi tersebut, yang telah menerima pengungsi dari Ukraina dalam beberapa pekan terakhir, mengatakan, inisiatif tersebut bertujuan untuk memberikan “tanda nyata solidaritas dengan mereka yang menderita.”

“Solidaritas dan kedekatan kami untuk semua yang menderita perang atau konflik yang terlupakan, terutama selama periode suci ini bagi umat Islam di seluruh dunia," katanya, dikutip Arab News, Minggu (17/4). 

Yassine Lafram, presiden Persatuan Komunitas Islam Italia, mengatakan setelah bertemu dengan Uskup Agung Katolik Roma Kardinal Bologna Matteo Zuppi mendoakan semua korban perang di seluruh dunia.

"Doa komunitas Islam tidak hanya untuk Ukraina, tetapi untuk semua perang dunia yang terlupakan. Kami akan berdoa untuk orang-orang yang terbunuh, terluka, untuk orang-orang tertindas yang dirampas kebebasannya," ujarnya.

Zuppi, yang dianggap sebagai salah satu tokoh Katolik paling berpengaruh dalam dialog antaragama dengan komunitas Muslim di Italia, mengungkapkan harapan terbaiknya untuk Ramadhan Suci bagi semua saudara Muslim kita.

“Semoga puasa ini benar-benar menjadi tanda partisipasi kami dalam penderitaan saudara-saudara kita yang dilanda perang, di Ukraina serta di banyak bagian dunia, dalam apa yang disebut 'perang yang terlupakan," pungkasnya.

 

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya