Liputan6.com, Jakarta - Jumlah kasus virus corona di India meningkat setelah beberapa negara bagian melonggarkan pembatasan COVID-19, termasuk mandat masker pada Maret lalu.
Namun, dengan pihak berwenang yang khawatir akan munculnya kembali infeksi, baik pemerintah pusat maupun negara bagian mengangkat perisai perlawanan mereka lagi.
Baca Juga
Menurut data dari Worldometers, Kamis (21/4/2022), India sudahh melaporkan 43 juta kasus COVID-19 dengan lebih dari 500 ribu kematian sejak awal pandemi.
Advertisement
Dilansir dari laman Hindustan Times, pemerintah serikat menyarankan lima negara bagian - Uttar Pradesh, Maharashtra, Delhi, Haryana dan Mizoram, yang melaporkan sedikit lonjakan kasus COVID-19 - untuk memantau penyebaran dan mengambil langkah segera.
Pusat tersebut juga menekankan perlunya mempertahankan 'pengawasan yang efektif dan tindakan pencegahan untuk menahan lonjakan yang akan terjadi' dalam sebuah surat ke Kerala, yang, katanya, tidak melaporkan data tingkat negara bagian secara teratur.
Untuk kedua kalinya minggu ini, kasus harian India melampaui angka 2.000. Dalam 24 jam terakhir, India mencatat 2.067 infeksi baru - 66 persen lebih tinggi dari hari sebelumnya. Selain itu, 40 kematian baru terkait COVID-19 juga dilaporkan.
Setelah sebelumnya sempat dilonggarkan, mandat maskersekali lagi akan menjadi wajib di Delhi. Mereka yang ketahuan tidak menganakan masker akan didenda 500 rupee (Rp 95.000).
Negara bagian Haryana dan Uttar Pradesh telah mengeluarkan perintah kepada distrik-distrik bagian dari wilayah ibu kota nasional untuk membuat mandat masker menjadi wajib lagi. Sekolah-sekolah di Delhi, sementara itu, akan melanjutkan kelas fisik dengan kepatuhan terhadap perilaku yang sesuai dengan COVID-19.
Ibu kota negara menambahkan 632 kasus Covid-19. Tidak ada kematian baru yang dilaporkan. Tingkat positif adalah 4,4 persen dan tempat tidur rumah sakit sebagian besar tetap kosong.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kasus Aktif di India Naik
Beban kasus aktif naik 480 kasus pada hari Rabu dan sekarang mencapai 12.340 atau 0,03 persen.
Rabu lalu (13/4) jumlah kasus aktif sebanyak 10.870. Total 1.470 kasus aktif ditambahkan dalam tujuh hari terakhir, rata-rata 210 kasus per hari.
Tingkat positif harian nasional berlipat ganda dalam delapan hari dan naik menjadi 0,44 persen pada hari Rabu. Tingkat positif mencapai 0,21 persen pada 12 April. Tingkat positif mingguan pada hari Rabu tercatat 0,38 persen, menurut kementerian kesehatan.
Meskipun peningkatannya masih lebih kecil daripada di negara lain yang dilanda lonjakan yang disebabkan oleh omicron, para ahli mengatakan bahwa kita tidak boleh lengah dan terus mengikuti perilaku yang sesuai dengan COVID-19.
Maharashtra mencatat 127 kasus baru COVID-19 dalam 24 jam terakhir, menjadikan penghitungan kumulatifnya menjadi 7.876.041.
Ditambah lagi, ada kematian baru setelah tiga hari, dengan sebanyak tiga orang meninggal karena penyakit virus, mendorong jumlah keseluruhan menjadi 147.830.
Advertisement
Ribuan Orang India Jadi Korban Penipuan Vaksin COVID-19 Palsu
Kemunculan pusat imunisasi ilegal di kota-kota besar di India ditanggapi tegas oleh pemerintah. Media melaporkan, ribuan warga tertipu dan mendapat vaksin COVID-19 palsu di tengah gelombang infeksi mematikan.
Salah satu kasus yang paling mencolok melibatkan seorang pegawai negeri berusia 28 tahun. Dia dilaporkan menyuntikkan vaksin corona palsu kepada sekitar 2.000 orang, termasuk anggota parlemen partai pemerintah, Bharatia Janata Party (BJP).
Di Kota Mumbai, India lebih dari 2.000 orang juga mengaku mendapat vaksin palsu di sembilan kamp imunisasi ilegal. Polisi melaporkan, semua tabung vaksin yang diberi label Covishield dan Covaxin mengandung Amikacin, sebuah antibiotika untuk melawan infeksi bakteri.
Sejauh ini enam tersangka sudah ditahan oleh aparat keamanan, demikian dikutip dari laman DW Indonesia.
"Sebuah sindikat yang terorganisasi rapi terlibat dalam vaksinasi palsu ini. Kita harus lebih waspada sekarang,” kata Vishawas Patil, seorang pejabat kepolisian lokal kepada DW.
Pemerintah federal berusaha meredam gejolak politik dan menjamin bahwa kasus ini hanya "pengecualian” yang terisolasi.
"Kita telah memberikan vaksin kepada lebih dari 330 juta penduduk. Vaksin palsu bisa diidentifikasi dengan mudah ketika Anda tidak mendapat pesan dari CoWin (aplikasi corona)," kata Lav Agrawal, Wakil Menteri Kesehatan India.
Lambatnya Laju Vaksinasi di India
Pakar mengkritik laju imunisasi yang lambat dan hambatan birokrasi atau prosedural membuat banyak warga menjadi frustasi. Buntutnya kini Kementerian Kesehatan akan mengkaji ulang panduan vaksinasi nasional.
Pemerintah di negara bagian West Bengal saat ini sudah membekukan izin semua pusat vaksinasi, selain milik pemerintah atau rumah sakit swasta.
"Warga menjadi resah karena insiden ini. Kita harus menggodok ulang pusat-pusat imunisasi dengan lebih waspada,” kata seorang pejabat di Kolkata kepada DW.
Menurut Shally Aswasthi, dokter anak di rumah sakit King George's University di Lucknow, "Ketimpangan vaksinasi menciptakan perpecahan di masyarakat, karena mereka ingin segera mendapat vaksin," kata dia.
Advertisement