Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan yang disiarkan menyatakan segera mengundurkan diri dari jabatannya. Naftali Bennett juga mengumumkan tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan mendatang karena pemerintahan koalisi yang dia pimpin runtuh hanya dalam waktu setahun setelah pelantikannya.
Bennett mengatakan, posisi perdana menteri akan dijabat Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid setelah parlemen Israel memberikan suara untuk menyetujui RUU pembubaran diri. "Saya akan terus membantunya sebagai perdana menteri alternatif," kata Bennett seperti dilansir Antara, Jumat (1/7/2022), seraya menambahkan bahwa dia akan "memindahkan kekuasaan secara profesional dan tertib."
Advertisement
Baca Juga
Ayelet Shaked, Menteri Dalam Negeri Israel sekaligus anggota partai pro-pemukim pimpinan Bennett, Yamina, akan menggantikan dirinya sebagai pemimpin partai, papar Bennett.
Advertisement
Ia mengatakan, pada 2021, yang ditandai dengan berbagai serangan pribadi terhadapnya dan upaya terus-menerus untuk menggulingkan pemerintahannya oleh oposisi yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menjadi masa-masa "sulit" baginya dan keluarganya.
Bennett memimpin koalisi yang terdiri dari delapan partai yang secara ideologis beragam, yang kemudian bersatu dengan tujuan untuk menggulingkan Netanyahu yang kini menghadapi pengadilan pidana atas tuduhan korupsi.
Sejumlah outlet berita Israel melaporkan bahwa Bennett sedang mempertimbangkan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan yang akan datang setelah dia mendapat tekanan dari banyak pendukungnya untuk tetap ikut pemilihan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Baru Dilantik 13 Juni 2021
Naftali Bennett, yang dilantik pada Minggu 13 Juni 2021 sebagai perdana menteri Israel, mewujudkan banyak kontradiksi yang mendefinisikan negara berusia 73 tahun itu. Dia merupakan seorang Yahudi religius yang menjalankan bisnis senilai jutaan dolar di sektor hi-tech, yang sebagian besar sekuler.
Ia juga merupakan mantan sekutu Benjamin Netanyahu yang telah bermitra dengan partai-partai sayap kiri dan tengah untuk mengakhiri kekuasaannya selama 12 tahun.
Partainya yang ultranasionalis, Yamina hanya memenangkan tujuh kursi di Knesset yang beranggotakan 120 orang dalam pemilihan Maret lalu.
Tetapi dengan menolak untuk berkomitmen pada Netanyahu atau lawan-lawannya, Bennett memposisikan dirinya sebagai pemangku kuasa. Bahkan setelah salah satu anggota partai nasionalis keagamaannya meninggalkannya untuk memprotes kesepakatan koalisi baru, ia berakhir dengan mahkota.
Advertisement
Menentang Kemerdekaan Palestina
Bennett telah lama memposisikan dirinya di sebelah kanan Netanyahu. Tetapi dia sangat dibatasi oleh koalisinya yang berat, yang hanya memiliki mayoritas sempit di parlemen dan mencakup partai-partai dari kanan, kiri dan tengah.
Dia menentang kemerdekaan Palestina dan sangat mendukung permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem timur, yang dilihat oleh Palestina dan sebagian besar masyarakat internasional sebagai hambatan utama bagi perdamaian.
Bennett dengan keras mengkritik Netanyahu yang setuju untuk memperlambat pembangunan pemukiman di bawah tekanan dari Presiden Barack Obama, yang mencoba dan gagal untuk menghidupkan kembali proses perdamaian di awal masa jabatan pertamanya.
Dia sempat menjabat sebagai kepala dewan pemukim Tepi Barat, Yesha, sebelum memasuki Knesset pada 2013. Bennett kemudian menjabat sebagai menteri kabinet urusan diaspora, pendidikan dan pertahanan di berbagai pemerintahan yang dipimpin Netanyahu.
"Dia adalah pemimpin sayap kanan, garis keras keamanan, tetapi pada saat yang sama sangat pragmatis," kata Yohanan Plesner, kepala Institut Demokrasi Israel, yang telah mengenal Bennett selama beberapa dekade dan bertugas bersamanya di militer.
Dia mengharapkan Bennett untuk terlibat dengan faksi lain untuk menemukan "penyebut yang sama" saat dia mencari dukungan dan legitimasi sebagai pemimpin nasional.
Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina
Advertisement