, New York - Amerika Serikat (AS) melaporkan telah sukses menguji dua peluru kendali atau rudal hipersonik buatan Lockheed Martin dengan kemampuan lima kali lebih cepat dari kecepatan suara, yaitu 6.200 km per jam.
Mengutip DW Indonesia, Kamis (14/7/2022), keberhasilan uji coba ini memicu kekhawatiran bahwa Rusia dan China telah mengembangkan senjata hipersonik mereka sendiri.
Baca Juga
Pada Rabu 13 Juli waktu setempat, Angkatan Udara AS mengonfirmasi bahwa mereka telah berhasil menguji booster Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW) pada hari Selasa di lepas pantai California.
Advertisement
Uji coba ini menunjukkan booster tersebut terpasang di bawah sayap pesawat pengebom B-52H sebelum diluncurkan.
Dalam tes sebelumnya, disebutkan bahwa rudal tidak dapat terlepas dari sayap pesawat.
"Tes kedua yang berhasil ini menunjukkan kemampuan ARRW untuk mencapai kecepatan hipersonik, mengumpulkan data untuk tes lebih lanjut, dan memvalidasi pemisahan yang aman dari pesawat," kata Lockheed dalam sebuah pernyataan.
Pejabat Direktorat Persenjataan Angkatan Udara AS, Brigjen Heath Collins, mengatakan: "Kami sekarang telah menyelesaikan seri uji coba booster dan siap untuk melangkah ke pengujian menyeluruh pada akhir tahun ini."
Tes menyeluruh itu nantinya mencakup pemasangan booster dan hulu ledak rudal.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tes Pertama Rudal Hipersonik AS
Senjata hipersonik bergerak di lapisan atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer per jam.
Dalam tes senjata hipersonik terpisah, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) mengkonfirmasi telah berhasil melakukan tes pertama senjata hipersonik Operational Fires.
Tes itu dilakukan di White Sands Missile Range di New Mexico.
Tes ini menunjukkan kemajuan dari upaya pengembangan senjata hipersonik AS, yang sebalumnya banyak diwarnai kegagalan, peningkatan biaya, dan kekhawatiran bahwa AS akan ketinggalan.
Operational Fires adalah sistem yang diluncurkan dari darat yang akan "secara cepat dan tepat menyerang target kritis dan sensitif terhadap waktu sambil menembus pertahanan udara modern pihak musuh."
DARPA telah menerima anggaran sebesar 45 juta dolar ASÂ untuk Operational Fires pada tahun 2022.
Â
Advertisement
Konsep Senjata DARPA
Salah satu konsep Lockheed Martin untuk senjata DARPA adalah menggunakan peluncur Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang ada, mirip dengan yang dikirim ke Ukraina, untuk meluncurkan senjata.
Tes kali ini dilakukan setelah uji terbang yang gagal pada 29 Juni dari jenis senjata hipersonik berbeda, Common Hypersonic Glide Body, di Pacific Missile Range Facility, Hawaii.
Perusahaan industri pertahanan berharap memanfaatkan peralihan ke teknologi senjata hipersonik, termasuk juga dengan mengembangkan mekanisme deteksi baru.
Pembuat senjata seperti Lockheed, Northrop Grumman, dan Raytheon Technologies telah mempromosikan program senjata hipersonik mereka kepada investor karena fokus dunia beralih ke perlombaan senjata baru.
Pada bulan Mei, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah berhasil melakukan ujicoba rudal jelajah Zirkon berteknologi hipersonik pada jarak sekitar 1.000 km.
Rusia Perdana Pakai Rudal Hipersonik untuk Gempur Gudang Senjata Ukraina
Sementara itu, Rusia terus menggempur Ukraina. Pada Sabtu 19 Maret 2022 pihak Negeri Beruang Merah itu mengatakan telah menggunakan rudal hipersonik Kinzhal untuk menghancurkan gudang senjata di wilayah Ivano-Frankivsk di barat Ukraina.
Mengutip VOA Indonesia, Minggu (20/3/2022), seorang juru bicara komando Angkatan Udara Ukraina mengkonfirmasi serangan rudal Rusia di Delyatyn di wilayah Ivano-Frankivsk pada Jumat 18 Maret. Kendati demikian tak ada rincian lebih lanjut.
Reuters mengutip kantor berita Rusia Interfax melaporkan bahwa peristiwa itu adalah pertama kalinya bagi Rusia, untuk mengerahkan sistem hipersonik Kinzhal sejak mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari.
Rudal hipersonik Kinzhal adalah bagian dari serangkaian senjata yang diluncurkan pada 2018.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan dalam sebuah briefing bahwa senjata bawah tanah yang terkena sistem Kinzhal pada Jumat 18 Maret menyimpan rudal dan amunisi pesawat Ukraina, menurut rekaman briefing yang dibagikan Interfax.
Sejauh ini Reuters belum dapat memverifikasi pernyataan Konashenkov tersebut.
Rusia Bangga Persenjataan Canggih
Rusia kabarnya merasa bangga dengan persenjataan canggihnya.
Presiden Vladimir Putin pernah mengatakan pada Desember 2022 bahwa Rusia adalah pemimpin dunia rudal hipersonik, yang kecepatan, kemampuan manuver, dan ketinggiannya membuat mereka sulit dilacak dan dicegat.
Advertisement