Liputan6.com, Nagasaki - Sejarah hari ini, tepatnya 9 Agustus 1945, pasukan Amerika telah menjatuhkan bom atom di Nagasaki - serangan kedua di Jepang dalam tiga hari. Bom tersebut dijatuhkan dengan parasut dari pesawat pengebom B29 Amerika pada pukul 11.02 waktu setempat.
Bom atom itu meledak sekitar 1.625 kaki (500 meter) di atas tanah dan diyakini telah menghancurkan kota, yang terletak di sisi barat Pulau Kyushu di Jepang.
Baca Juga
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan dari Guam seperti dikutip dari BBC on This Day, Jenderal Carl A Spaatz, Komandan Angkatan Udara Strategis AS di Pasifik, mengatakan: "Penggunaan bom atom kedua terjadi pada siang hari, 9 Agustus, di Nagasaki.
Advertisement
"Anggota kru melaporkan hasil yang baik. Tidak ada rincian lebih lanjut yang akan tersedia sampai misi kembali."
Pelabuhan Penting jadi Sasaran
Penerbang Amerika yang terbang bermil-mil dari Nagasaki mengatakan asap dari kebakaran di kota itu membumbung ke langit setinggi 50.000 kaki (15.240 meter).
Nagasaki yang jadi sasaran bom atom AS adalah salah satu pelabuhan terpenting di Jepang yang menyediakan akses vital ke dan dari Shanghai.
Â
Saat itu tak ada reaksi terhadap serangan Nagasaki yang diberikan oleh Jepang, tetapi tekanan tumbuh di negara itu untuk menyerah. Uni Soviet bergabung dengan sekutu dan menyatakan perang terhadap Jepang.
Amerika juga telah memperingatkan orang Jepang bahwa serangan lebih lanjut dengan sifat yang sama akan dilakukan kecuali mereka mengajukan petisi kepada kaisar mereka untuk menyerah.
Lebih dari tiga juta selebaran dijatuhkan di negara itu hari ini dari pesawat-pesawat Amerika yang memperingatkan orang-orang Jepang bahwa lebih banyak senjata atom akan digunakan "berulang kali" untuk menghancurkan negara itu kecuali mereka segera mengakhiri perang.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Nyaris 74 Ribu Orang Meninggal, Jepang Menyerah ke Sekutu
Sekitar 30% dari Nagasaki, termasuk hampir semua distrik industri dihancurkan oleh bom atom tersebut.
Sementara itu, hampir 74.000Â orang tewas dan jumlah yang sama terluka.
Bom tersebut, yang diberi nama julukan "Fat Man" mengacu pada Winston Churchill, berukuran hanya di bawah 3,5 meter (11ft 4in), memiliki kekuatan 22 kiloton TNT dan beratnya 4.050 kg (9,000lbs).
Tiga hari sebelumnya, perangkat serupa dijatuhkan di Kota Hiroshima di pulau terbesar di Jepang, Honshu.
Tingkat kerusakan yang disebabkan Hiroshima belum diketahui tetapi siaran Jepang menunjukkan bahwa "kehancuran besar" telah terjadi.
Sebuah pukulan telak bagi Jepang, setelah pada 6 Agustus 1945, bom atom juga menewaskan puluhan ribu orang di Hiroshima.
Serangan di Hiroshima dan Nagasaki adalah pertama kalinya bom atom digunakan dalam peperangan.
Warga kedua kota tersebut masih menderita akibat fisik dan mental akibat radiasi hingga hari ini.
Pada tanggal 14 Agustus Jepang menyerah kepada Sekutu.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
AS Diminta Akui Bom Atom Hiroshima sebagai Kejahatan Perang
Bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di Hiroshima dan Nagasaki masih meninggalkan duka mendalam di Jepang. Ratusan ribu warga sipil kehilangan nyawanya akibat serangan tersebut.
Penggerak Kampanye Perdamaian Jepang atau Japanese Peace Campaigner berencana mengirim surat ke Presiden AS Donald Trump. Mereka meminta Trump mendeklarasikan peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki sebagai kejahatan perang.
"Pembunuhan massal tersebut seharusnya tidak bisa termaafkan," sebut kelompok tersebut dalam surat terbukanya seperti dikutip dari Morning Star, Sabtu (27/5/2017).
"Ini karena kejahatan tersebut merupakan tindakan yang bertentangan dengan hak asasi manusia," kata mereka.
Dalam surat terbuka tersebut, mereka menyatakan kecewa dengan sikap Washington DC. Sebab, selama ini, AS terlihat seperti membenarkan serangan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima.Â
"Mereka selalu beralasan tindakan itu dilakukan untuk mengakhiri perang yang sudah berlarut-larut dalam Perang Dunia II, untuk menyelamatkan lebih banyak lagi jiwa," demikian pernyataan kelompok tersebut.
Selain itu, hal lain yang mengecewakan adalah pernyataan mantan Presiden AS Harry Truman. Pria yang menginstruksikan menjatuhkan bom tersebut menyatakan satu juta tentara Negeri Paman Sam tewas dalam invasi ke Jepang.
Mereka berpandangan pernyataan tersebut mengada-ada dan salah. Sebab, tidak ada bukti kuat untuk membuktikan pernyataan itu.
"Jenderal Douglas MacArhtur pernah menyatakan, jumlah (tentara AS yang jadi) korban kurang lebih 66 ribu. Itu bahkan tidak sampai seperempat (dari pernyataan Truman)," sebut dia.
AS tak pernah minta maaf atas pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.
Demikian juga dengan keluarga Truman -- meski cucu tertua sang presiden, Clifton Truman Daniel telah mengunjungi Hiroshima dan melakukan upaya rekonsiliasi. Ia juga menerima bangau kertas, yang dilipat oleh Sadako Sasaki.
Sadako baru berusia 2 tahun saat bom atom jatuh ke Hiroshima. Gadis itu meninggal dunia 10 tahun kemudian akibat leukemia -- salah satu efek samping tragedi tersebut. Bangau kertas itu diserahkan sang kakak, Masahiro Sasaki.
Kisah Hibakusha
Di balik banyaknya korban yang berjatuhan, baik di Hiroshima maupun Nagasaki, terdapat pula korban yang selamat, mereka disebut dengan "Hibakusha" yang berarti orang-orang yang terdampak bom.
Salah satu Hibakusha yang juga menjadi seorang aktivis perdamaian adalah Setsuko Thurlow.
Perempuan asal Hiroshima yang sekarang tinggal di Kanada ini, masih berumur 13 tahun saat peristiwa bom atom. Ia adalah seorang pelajar yang juga membantu para tentara bersama dengan 30 temannya.
Dilihat dari wawancaranya pada acara Skavlan saat berada di Scandinavia, ia menceritakan kisah saat kejadian bom atom di kota kelahirannya tersebut.
Tepat saat peristiwa tersebut, ia sedang diminta untuk datang ke markas tentara yang berjarak sekitar 1,8 kilometer dari hiposentrum ledakan.
Saat bom dijatuhkan, ia hanya melihat cahaya putih kebiruan dan tiba-tiba tubuhnya terlempar melayang ke udara. Ia menyadari semua bangunan hancur dan rata dengan tanah, begitu juga dengan tubuhnya yang ikut jatuh bersama dengan bangunan yang ia pijakkan.
Setelah kembali sadar, ia berada dalam kegelapan dan keheningan. Setsuko menyadari apa yang terjadi dengan dirinya dan merasa akan segera meninggal.
Setsuko merasakan dirinya akan menyerah. Namun, ia mendengar suara para gadis yang meminta tolong dan seorang laki-laki yang mencoba menyadarkan saat menolongnya.
Setsuko mencoba untuk merangkak mengukuti arah suara. Ia melihat sesuatu yang bergerak dan saat sadar mereka yang bergerak tersebut adalah manusia yang tidak lagi berbentuk sebagaimana manusia.
Mereka adalah para korban yang sekarat dan kritis namun masih hidup, dalam kondisi yang tidak keruan, berlumuran darah, kulit yang mengelupas, tulang belulang mereka yang terlihat, bahkan kehilangan bagian dari tubuh mereka.
Menolong Orang Lain
Setsuko bersama tiga orang gadis beranjak pergi ke tempat yang lebih baik, namun tak menemukannya. Ia lalu berjalan menuju sebuah tempat pelatihan tentara yang cukup luas. Di sana ternyata dipenuhi jasad-jasad dan orang-orang sekarat.
Di tempat tersebut tidak terdengar suara minta tolong, maupun teriakan. Setsuko hanya mendengar orang-orang sekarat tersebut meminta air dengan suara yang parau.
Merasa dirinya tidak luka separah orang-orang yang ada di depan matanya, ia mau menolong orang-orang tersebut agar mereka bisa bertahan hidup dan selamat.
Setsuko dan para gadis lainnya tidak punya tempat untuk membawa air kepada para korban. Akhirnya ia mencari sumber air dan menggunakan bajunya sebagai penampung.
Dengan baju yang basah, Setsuko memberi minum kepada para korban. Mereka yang sekarat hanya bisa mencucup air dari baju yang basah, yang terpenting baginya adalah bagaimana orang-orang sekarat tersebut bisa selamat.
Sekarang ini Setsuko menjadi pemimpin dari International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN). Ia berkeliling berpidato dan memberikan inspirasi ke seluruh dunia untuk mengambil tindakan pelarangan bagi persenjataan nuklir.
Ia beranggapan dengan kisahnya yang memilukan ini bisa membuka mata dunia bahwa senjata nuklir bukanlah permainan dan menimbulkan kehancurhan yang sangat besar. Faktanya dunia kini tidak semakin baik, baginya dunia sekarang ini adalah tempat yang paling berbahaya.
Advertisement