Liputan6.com, Bali - Dunia telah mengandalkan energi konvensional selama ribuan tahun, sementara pasokannya sangat terbatas. Dengan pertimbangan ini, transisi energi sangat dibutuhkan, karena sangat penting untuk memastikan keberlanjutan energi jangka panjang; agar bumi tetap hidup dan berjalan.
Dengan sedikitnya sumber energi konvensional yang dimiliki, waktu terbaik untuk memulai upaya dalam transisi energi adalah tepat pada saat ini juga. Namun, transisi energi tidak dapat dilakukan satu negara saja, perlu ada kerjasama global untuk memastikan prosesnya berjalan lancar.
Baca Juga
Selain kerjasama global, dana yang besar juga diperlukan untuk kelancaran transisi, serta dukungan pemerintah dan kelembagaan. Di sinilah G20 memainkan peran penting untuk memastikan kemudahan transisi hijau dan energi.
Advertisement
Dalam plenary session KTT T20 di Bali, Senin (5/9/2022), bertajuk: "Smoothing Green and Just Energy Transition", para ahli diharapkan dapat memberikan berbagai wawasan tentang upaya yang dapat dilakukan publik atau swasta untuk memastikan transisi hijau dan energi dapat berjalan dengan lancar dan bagaimana G20 dapat berkontribusi dalam proses tersebut.
Para panelis dalam sesi ini, antara lain Director of the German Development Institute (DIE) Anna-Katharina Hornidge, Director of the Centre for Climate Economics and Policy at Australian National University (ANU) Frank Jotzo, Vice-President Asia Regional Office, The Rockefeller Foundation Deepali Khanna, Deputy Director/Global Sector Lead for Renewable Energy, Global Green Growth Institute (GGGI) Nishant Bhardwaj.
Pentingnya Transisi Energi
Transisi energi dianggap penting lantaran dinilai dapat meningkatkan kualitas hidup manusia di seluruh dunia. Hal ini disampaikan Nathan Hultman, Director of the Center for Global Sustainability at the University of Maryland.
"Transisi ini bila dilakukan dengan baik, akan meningkatkan kualitas hidup kita, dan vitalitas ekonomi bagi orang di seluruh dunia," paparnya dalam pembukaan sesi tersebut di KTT T20, Senin (5/9/2022).
"Di sinilah T20 dan G20 memainkan peran penting untuk memastikan transisi energi hijau yang juga berjalan secara adil, lancar, cepat dan tepat," tambahnya lagi.
Salah satu panelis, Vice-President Asia Regional Office, The Rockefeller Foundation Deepali Khanna menyampaikan bahwa ada peran penting yang bermain dalam negosiasi stabilitas politik dan ekonomi.
Menurutnya, dalam membangun transisi energi, sangat penting untuk mejauhkan perspektif politik seperti perang Rusia-Ukraina saat ini. Selain itu, penting juga untuk mendalami soal fiskal ekonomi yang belum terpenuhi.
Advertisement
Kaitan dengan Dekarbonisasi
Panelis lainnya, Director of the Centre for Climate Economics and Policy at Australian National University (ANU) Frank Jotzo menyebutkan bahwa tantangan bagi negara berkembang adalah dekarbonisasi.
"Kekhawatirannya terjadi saat ini, ketika masalah ini berdampak terhadap hilangnya pekerjaan. Ini adalah kekhawatiran yang sebenarnya," ujarnya.
Menurut pandangannya, perhitungan soal pergantian dari bahan bakar fosil yang akan memakan banyak biaya juga perlu untuk diperhitungkan.
"Dalam hal ini, negara-negara perlu membuat strategi tertentu untuk melihat langkah praktis dalam menyediakan layanan infrastruktur yang baik, namun juga terjangkau bagi konsumen dan industri," tambahnya.
KTT T20
Indonesia saat ini tengah memegang presidensi G20, hingga pertemuan puncaknya pada November 2022 mendatang.
Seiring dengan berjalannya presidensi G20, T20 hadir sebagai salah satu engagement groups yang menjadi wadah para ahli dan analis untuk berdiskusi dalam merekomendasikan solusi yang akan dimanfaatkan dalam pertemuan puncak atau Leaders Summit mendatang.
T20 Indonesia hadir sebagai salah satu kelompok keterlibatan G20 yang berkumpul pada saat banyaknya konflik dunia dan guncangan yang membingungkan, memperumit lanskap kebijakan evolusioner.
KTT T20 diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 4-6 September 2022.
KTT T20 2022 akan mengumpulkan para think tank atau pemikir, pembuat kebijakan, dan pakar terkemuka dunia untuk membahas rekomendasi kebijakan berbasis penelitian terbaru dan hal-hal penting global.
Langkah itu setelah bekerja dengan lebih dari 600 penulis dalam ringkasan kebijakan seputar tiga tema utama tahun ini, yang bertujuan untuk memberikan opsi kebijakan yang dapat diadopsi oleh para pemimpin G20 tentang: arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.
KTT ini juga akan berfungsi sebagai platform interaktif bagi rekan-rekan untuk memajukan dan berbagi ide dalam membangun dunia yang lebih sejahtera, berkelanjutan, dan inklusif.
Advertisement