Iran Masih Bergejolak Usai Kematian Mahsa Amini Gara-Gara Hijab, WNI Diminta Waspada

Kondisi Iran masih bergejolak karena kematian Mahsa Amini.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 07 Okt 2022, 14:36 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2022, 14:36 WIB
Protes kematian Mahsa Amini di Iran.
Protes kematian Mahsa Amini di Iran. Dok: AP Photo

Liputan6.com, Tehran - Kondisi di Iran masih terus bergejolak akibat kematian Mahsa Amini. Wanita berusia 22 tahun itu kehilangan nyawa setelah ditangkap polisi moral karena masalah hijab. Pihak keluarga menyalahkan kekerasan dari pihak aparat. 

Di Twitter, video-video masih terus beredar yang menampilkan wanita Iran memprotes kasus kematian Mahsa Amini dengan cara membuka hijab mereka.

Saat ini masih ada warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Iran yang mayoritas mahasiswa. Perwakilan RI terus menjalin komunikasi dengan para WNI.

"Saat ini KBRI Tehran terus memantau kondisi yang ada di wilayah Iran. Jumlah WNI di Iran ada sebanyak 397 yang tersebar di 14 kota. Mayoritas mereka mahasiswa," ujar Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha dalam virtual press briefing, Jumat (7/10/2022). 

Judha menegaskan, sampai sekarang tidak ada WNI yang menjadi korban demonstrasi dan kerusuhan tersebut. "KBRI Tehran juga menyampaikan imbauan kepada seluruh masyarakat Indonesia di Iran untuk tetap waspada, berhati-hati, tidak ikut serta dengan kegiatan politik lokal di sana," tegas Judha.

Joe Biden Berjanji Akan Jatuhkan Lebih Banyak Sanksi ke Iran

Sebelumnya dilaporkan, Presiden Joe Biden, pada Selasa (4/10) mengatakan, Amerika Serikat berencana "memberlakukan lebih banyak sanksi" kepada Iran pada minggu ini karena pemerintahan negara tersebut telah menyerang para warga yang berdemonstrasi menentang pemerintah Iran atas tewasnya seorang perempuan dalam tahanan polisi moral negara itu.

Biden dalam cuitannya di Twitter tidak menguraikan langkah apa yang akan diambil oleh AS terhadap pemerintah di Teheran, dikutip dari laman VOA Indonesia.

“AS bersama dengan perempuan dan warga Iran yang menginspirasi dunia dengan keberanian mereka. Kami akan terus mendukung hak-hak warga Iran untuk memprotes secara bebas," ujar Joe Biden.

Masalah Hak Asasi Manusia, Iran Diminta Dicoret dari Piala Dunia 2022

Wanita memegang foto Mahsa Amini dari Iran saat mereka meneriakkan slogan-slogan selama protes terhadap kematiannya, di luar konsulat jenderal Iran di Istanbul, Turki, 21 September 2022. (AP)
Wanita memegang foto Mahsa Amini dari Iran saat mereka meneriakkan slogan-slogan selama protes terhadap kematiannya, di luar konsulat jenderal Iran di Istanbul, Turki, 21 September 2022. (AP)

Masalah hak asasi manusia mengiringi Langkah Iran di Piala Dunia 2022. Sebuah kelompok aktivis perempuan di bidang sepakbola, Open Stadiums, melancarkan protes dengan langsung mengirim surat kepada Presiden FIFA, Gianni Infantino.

Dalam suratnya tanggal 29 September 2022 mereka meminta FIFA menyingkirkan Iran dari putaran final Piala Dunia di Qatar pada November mendatang karena perlakuan negara itu terhadap perempuan. 

Organisasi itu mengatakan pihak berwenang Iran terus menolak mengizinkan perempuan menghadiri pertandingan di dalam negeri meskipun ada tekanan dari badan pengatur pertandingan itu.

"Mengapa FIFA memberi panggung global kepada Iran dan perwakilannya? Padahal, Iran tidak hanya menolak menghormati hak asasi dan martabat, tetapi juga kini menyiksa dan membunuh rakyatnya sendiri? Di mana prinsip-prinsip FIFA dalam hal ini?," tanya organisasi itu.

"Karena itu, kami meminta FIFA, berdasarkan Pasal 3 dan 4 statutanya, untuk segera mengeluarkan Iran dari Piala Dunia 2022 di Qatar.”

Dilansir Mirror, dalam surat empat halaman yang diterbitkan secara daring, Open Stadium mengatakan selama lebih dari empat dekade, Wanita Iran telah ditolak kebebasannya yang paling mendasar.

“Kami telah dilarang menikmati olahraga, menonton pertandingan di stadion dan bersorak untuk tim sepak bola kami.”

Mereka juga mengklaim bahwa sejumlah jurnalis dan fotografer wanita telah ditangkap dan ditahan karena mencoba melaporkan olahraga di negara itu.

Respons Kedubes Iran di Jakarta

Foto Mahsa Amini, wanita yang ditangkap polisi moral karena hijab.
Foto Mahsa Amini, wanita yang ditangkap polisi moral karena hijab. Dok: Twitter @AmnestyIran

Peristiwa meninggalnya Mahsa Amini merupakan hal yang membuat pemerintah dan masyarakat Republik Islam Iran bersedih. Melalui kantor perwakilannya di Jakarta, Kedubes Iran menyampaikan sejumlah pernyataan terkait isu yang tengah jadi sorotan tersebut. 

"Kami ingin mempergunakan kesempatan ini untuk sekali lagi mengungkapkan belasungkawa dan simpati yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan," jelas pihak kedutaan besar Iran di Jakarta dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (30/9). 

Mengingat kejadian ini mengundang perhatian masyarakat yang luas di berbagai negara dunia termasuk Indonesia, pihak kedubes Iran di Jakarta menganggap perlu untuk menyampaikan beberapa poin untuk menjelaskan perkembangan yang sesungguhnya sesuai dengan fakta di lapangan.

Berikut ini di antaranya:

- Setelah peristiwa meninggalnya Mahsa Amini, beberapa tim investigasi dan pencari fakta khusus dibentuk untuk mengklarifikasi semua aspek insiden ini dan menemukan kebenaran. Tim-tim tersebut dibentuk di berbagai badan dan lembaga Republik Islam Iran antara lain: tim investigasi yang dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri sesuai Perintah Presiden; tim penyelidikan yang dibentuk oleh Jaksa Agung kota Tehran; tim penyelidikan lain yang dibentuk oleh Badan Administrasi Kehakiman Provinsi Tehran; tim penyidik yang terdiri dari para ahli yang dibentuk oleh Badan Kepolisian Forensik; dan tim pencari fakta yang dibentuk oleh Parlemen Republik Islam Iran.

- Tim-tim investigasi ini telah mulai bekerja sesuai dengan misi dan tujuan masing-masing untuk menghasilkan penyelidikan yang cepat, adil, tidak memihak, efektif dan independen atas insiden kemarian Mahsa Amini termasuk dengan melakukan penelitian lapangan dan eksperimen ilmiah, meninjau catatan medis, memintai keterangan orang-orang dan pihak-pihak yang relevan serta meninjau rekaman CCTV. Hasil dari investigasi dan pencarian fakta oleh tim-tim tersebut secara terpisah akan diserahkan kepada otoritas kehakiman Iran.

 

Iran Ingin Akurat dan Transparan

Iran mencekam di demo Mahsa Amini. Foto pendemo 19 September 2022.
Iran mencekam di demo Mahsa Amini. Foto pendemo 19 September 2022. Dok: AP Photo

- Berbagai pejabat Republik Islam Iran juga telah mengeluarkan perintah dan instruksi agar lembaga-lembaga terkait menindaklanjuti peristiwa ini secara akurat, cepat dan transparan antara lain:

· Dr. Ebrahim Raisi, Presiden Republik Islam Iran melalui saluran telepon menyatakan belasungkawa dan simpati kepada keluarga Mahsa Amini dan menegaskan bahwa ia telah menugaskan badan-badan terkait di Iran untuk segera menyelidiki kejadian ini. Lebih lanjut, Presiden Raisi telah memerintahkan Menteri Dalam Negeri untuk segera melakukan investigasi yang tepat dan akurat mengenai penyebab insiden meninggalnya Mahsa Amini.

· Mohseni Eje’i, Kepala Kekuasaan Yudikatif Republik Islam juga meminta agar jajarannya menindaklanjuti peristiwa ini dengan cermat. Ia menugaskan kepada Badan Kepolisian Forensik Iran untuk menyelidiki sebab kematian Mahsa Amini secara hati-hati dan teliti. Ia juga telah memerintahkan otoritas kehakiman untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan mendalam terhadap seluruh CCTV umum dan pribadi pada lokasi kejadian ini.

- Dalam berbagai pemberitaan media-media barat maupun pernyataan Penjabat Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia disampaikan tuduhan bahwa Mahsa Amini diserang dan dipukuli di kepala. Kesimpulan seperti ini terlalu dini untuk disampaikan mengingat investigasi dan penyelidikan masih berlangsung. Kesimpulan yang dituduhkan oleh mereka merupakan sebuah tindakan provokatif dan tidak beralasan.

- Menurut Direktur Jenderal Badan Kepolisian Forensik Provinsi Tehran, penyelidikan terkait penyebab kematian Mahsa Amini memerlukan bukti yang kuat dan terperinci, dimana dalam kasus Mahsa Amini hingga saat ini, satu-satunya dokumentasi medis yang dapat dikutip adalah satu kasus rawat inap untuk operasi otak di Tehran pada tahun 2007 ketika Mahsa Amini berusia 8 tahun.

Begitu juga tidak terdapat tanda-tanda cedera pada kepala dan wajah tubuh Mahsa Amini. Hasil otopsi juga tidak menunjukkan jejak pendarahan, penghancuran, atau pecahnya organ dalam tubuh. Sementara itu, menentukan sebab kematian adalah hal yang membutuhkan waktu.

- Menurut Menteri Dalam Negeri Republik Islam Iran, hasil penyelidikan awal dan laporan yang dibuat oleh Rumah Sakit Kasra membuktikan bahwa tidak ada tindakan kekerasan dan pukulan apapun terhadap Mahsa Amini dan kini berbagai lembaga terkait sedang bekerja untuk menentukan penyebab kematian Mahsa Amini.

Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19
Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya