Liputan6.com, Bonn - Terbitan pertama All Quiet on the Western Front, novel terkenal Perang Dunia I karya Erich Maria Remarque, muncul di majalah Jerman Vossische Zeitung pada 10 November 1928, .
Mengutip dari laman History, Rabu (9/11/2022), Remarque (atau Erich Paul Remark) lahir pada 1898 di Lower Saxony dari keluarga keturunan Prancis.
Baca Juga
Dia mendaftar di tentara Jerman pada usia 18 tahun dan pergi berperang di Western Front, di mana dia terluka lima kali, yang terakhir sangat serius.
Advertisement
Kembali ke Jerman setelah perang, ia mengubah namanya kembali ke ejaan Prancis dan bekerja di berbagai pekerjaan -- guru, kuli batu, pengemudi mobil balap, jurnalis olahraga -- sambil mengerjakan novel pertamanya.
Secara internasional, novel itu berjudul All Quiet on the Western Front -- judul bahasa Jermannya, Im Westen nichts Neues secara harfiah diterjemahkan sebagai Di Barat Tak Ada yang Baru.
Protagonis novel itu, adalah Paul Baumer, seorang tentara muda Jerman yang bertempur di parit Perang Dunia I. Cerita dibuka pada tahun 1917, ketika setengah dari kompi Baumer—banyak dari mereka adalah teman sekolah dari Jerman—telah tewas dalam pertempuran.
Dalam buku itu, Paul sendiri terluka dan dirawat di rumah sakit, pulang dengan cuti, lalu kembali ke garis depan hanya untuk terbunuh sekitar seminggu sebelum gencatan senjata pada 1918.
Â
Picu Reaksi Keras
Dari 10 November hingga 9 Desember 1928, All Quiet on the Western Front diterbitkan dalam bentuk serial di majalah Vossische Zeitung. Lalu dirilis dalam bentuk buku pada tahun berikutnya dan sukses besar, terjual satu setengah juta eksemplar.
Meskipun penerbit khawatir bahwa minat pada Perang Besar telah berkurang lebih dari 10 tahun setelah gencatan senjata, penggambaran realistis perang parit Remarque dari perspektif tentara muda menyentuh hati para penyintas perang—prajurit dan warga sipil.
Bahkan memicu reaksi keras, baik positif maupun negatif, di seluruh dunia. Hingga diterjemahkan ke dalam lebih dari 20 bahasa, dan diadaptasi menjadi film Amerika yang terkenal pada 1930.
Â
Advertisement
Ditentang Hitler
Dengan All Quiet on the Western Front, Remarque secara tidak langsung muncul sebagai juru bicara yang fasih untuk generasinya, dengan kata-katanya sendiri, "dihancurkan oleh perang, meskipun mungkin telah lolos dari cangkangnya."
Kendati demikian, kritikus paling keras Remarque adalah orang-orang sebangsanya. Banyak di antaranya merasa buku itu merendahkan upaya perang Jerman dan bahwa Remarque telah membesar-besarkan kengerian perang.
Suara-suara terkuat yang menentang Remarque datang dari Partai Sosialis Nasional (Nazi) yang baru muncul saat itu, sebuah kelompok ultranasionalis di Jerman yang dipimpin oleh diktator masa depan, Adolf Hitler. Pada 1933, ketika Nazi naik ke puncak kekuasaan, All Quiet on the Western Front menjadi salah satu buku "terlarang" pertama yang dibakar di depan umum.
Kewarganegaraan Remarque Dicabut
Remarque terus menerbitkan sembilan novel lagi, semuanya berhubungan dengan kengerian dan kesia-siaan perang, serta perjuangan untuk memahami tujuannya.
Novel terakhirnya, The Night in Lisbon, tidak tanggung-tanggung dalam mengutuk Perang Dunia II sebagai upaya Adolf Hitler untuk melakukan pemusnahan orang-orang Yahudi dan "non-rakyat" lainnya atas nama "ras master."
Setelah kewarganegaraan Jermannya dicabut pada 1938, Remarque beremigrasi ke Amerika Serikat, menjadi warga negara yang dinaturalisasi pada 1947.
Ia sering menjadi bagian dalam kehidupan malam New York City pada 1930-an dan menemani aktris Marlene Dietrich selama beberapa tahun di Hollywood.
Sementara di sebagian besar hidupny setelah itu, Remarque tinggal di Porto Ronco, di tepi Danau Maggiore di Swiss. Dia meninggal di Locarno pada 1970 dengan istrinya, aktris Paulette Goddard di sisinya.
Â
Penulis: Safinatun Nikmah
Advertisement