Rusia Janji Tak Bakal Ada Gempuran ke Ukraina Saat Natal

Rusia berjanji tidak ada gempuran ke Ukraina pada hari Natal.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Des 2022, 17:30 WIB
Diterbitkan 15 Des 2022, 17:30 WIB
Ukraina Hadapi Suramnya Musim Dingin
Pemandangan distrik Podil saat pemadaman listrik setelah serangan roket Rusia di Kiev, Ukraina, Rabu (23/11/2022). Pihak berwenang di ibukota Ukraina memperingatkan kota itu dapat menghadapi "penutupan total" jaringan listrik saat musim dingin tiba. (AP Photo/Andrew Kravchenko)

Liputan6.com, Moskow - Rusia mengesampingkan "gencatan senjata Natal" setelah hampir 10 bulan perang di Ukraina dan menolak seruan Kyiv untuk mulai menarik pasukan sebelum Natal sebagai langkah untuk mengakhiri konflik terbesar Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Dilansir Channel News Asia, Kamis (15/12/2022), Rusia dan Ukraina saat ini tidak terlibat dalam pembicaraan untuk mengakhiri pertempuran, yang berkecamuk di timur dan selatan dengan sedikit pergerakan di kedua sisi.

Kekerasan kembali terjadi di Kyiv pada Rabu (15 Des), dengan  serangan drone besar pertama di ibu kota Ukraina dalam beberapa minggu. Dua gedung administrasi dihantam, tetapi sebagian besar pertahanan udara berhasil menghalau serangan itu. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan 13 drone telah ditembak jatuh.

Di salah satu distrik Kyiv, di mana salju menutupi tanah, penduduk mengatakan mereka mendengar deru mesin pesawat tak berawak Iran Shahed yang keras diikuti oleh ledakan kuat di sebuah gedung di sebelah rumah mereka.

Puluhan ribu orang telah terbunuh, jutaan lainnya mengungsi dan kota-kota menjadi puing-puing sejak Rusia menginvasi tetangganya pada 24 Februari, dengan mengatakan bahwa hal itu diperlukan untuk melindungi penutur bahasa Rusia dari kaum nasionalis sayap kanan Ukraina. 

Kyiv dan sekutunya menyebutnya perang pilihan tanpa alasan.

"Tidak ada ketenangan di garis depan," kata Zelenskyy dalam pidatonya. Ia menggambarkan penghancuran kota-kota di timur oleh Rusia dengan artileri "sehingga hanya reruntuhan dan kawah kosong" yang tersisa.

Rusia Harus Segera Menarik Diri

Rudal Rusia Hantam Depot Minyak Ukraina
Asap mengepul setelah serangan rudal Rusia menghantam depot minyak di kota Vasylkiv di luar Kiev, Ukraina (27/2/2022). Menteri luar negeri Ukraina mengatakan pada 27 Februari, bahwa Kyiv tidak akan menyerah pada pembicaraan dengan Rusia mengenai invasinya. (AFP/Dimitar Dilkof)

Zelenskyy mengatakan minggu ini bahwa Rusia harus mulai menarik diri menjelang Natal sebagai langkah untuk mengakhiri konflik, tetapi Moskow menolak proposal tersebut, dengan mengatakan Ukraina harus menerima hilangnya wilayah ke Rusia sebelum ada kemajuan yang dapat dicapai.

"Mengingat apa yang kita lihat di udara dan di darat di Ukraina, sulit untuk menyimpulkan bahwa perang ini akan berakhir pada akhir tahun," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menanggapi pertanyaan tentang proses untuk perdamaian yang dirundingkan.

Operasi Militer Khusus

Perang Ukraina Rusia
Petugas pemadam kebakaran bekerja setelah sebuah serangan pesawat tak berawak di gedung-gedung di Kyiv, Ukraina, Senin (17/10/2022). Pesawat tak berawak menghantam sejumlah gedung ibu kota Ukraina pada Senin pagi ledakan tesebut menggema di seluruh Kyiv dan menimbulkan kepanikan sehingga orang-orang berlarian ke lokasi yang aman. (AP Photo/Roman Hrytsyna)

Rusia, yang menyebut perang itu sebagai "operasi militer khusus", telah menembakkan rentetan misil ke infrastruktur energi sejak Oktober, mengganggu pasokan listrik dan membuat warga Ukraina tanpa pemanasan dalam kondisi musim dingin yang membekukan.

Dalam langkah yang secara signifikan akan meningkatkan pertahanan udara Ukraina, para pejabat AS mengatakan kepada Reuters pekan ini bahwa keputusan untuk menyediakan sistem rudal Patriot kepada militer Ukraina dapat diumumkan secepatnya

AS Rencana Kirim Senjata

Pelatihan Militer Rekrutan Rusia untuk Perang Lawan Ukraina
Rekrutan memegang senjata saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

The Washington Post melaporkan pada hari Rabu bahwa AS juga berencana untuk mengirim peralatan yang mengubah amunisi udara yang tidak terarah menjadi bom pintar, yang memungkinkan penargetan akurat tingkat tinggi.

Kremlin mengatakan sistem Patriot AS akan menjadi target yang sah dan memperingatkan bahwa Washington semakin "semakin dalam ke dalam konflik di republik pasca-Soviet".

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya