900 Orang Diajak Bunuh Diri Massal di Sekte Jonestown

44 tahun lalu, lebih dari 900 orang bunuh diri massal

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Jan 2023, 11:32 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2023, 09:00 WIB
Gerbang masuk menuju kota sekte maut Jonestown di Guyana (Wikimedia Commons)
Gerbang masuk menuju kota sekte maut Jonestown di Guyana (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Guyana - 44 tahun lalu, 909 orang kehilangan nyawanya akibat bunuh diri massal di Jonestown, Guyana. Mulut manis sang pemimpin sekte berhasil mengajak pengikutnya agar semangat mau bunuh diri.

Bagaimana awal mulanya? Apakah pemerintah intervensi? Dan seperti apa kesaksian dari anggota?

Tragedi besar ini terjadi pada 18 November 1978 di sebuah "kota" bernama Jonestown. Kota tersebut diambil dari nama pemimpin sekte yang kharismatik bernama Jim Jones. Ia adalah pendiri dari sekte Kristen bernama Peoples Temple.

Menurut situs History yang dikutip Senin (9/1/2022), Jim Jones merupakan pejuang melawan rasisme, sehingga banyak warga Afrika-Amerika yang bergabung ke sektenya. Peoples Temple awalnya berdiri di Indianapolis, kemudian pindah ke California. 

Pada 1971, sekte ini menetap di San Fransisco. Warga sebetulnya sudah melihat tanda-tanda negatif dari sekte ini. Peoples Temple dituding melakukan penipuan, dan penganiayaan, termasuk kepada anak-anak. Tak tahan dikritik, Jones memilih pindah ke Guyana

Tujuan Jones pindah ke Guyana adalah membangun sebuah utopia beraliran sosialis. Guyana adalah negara kecil di Amerika Selatan, dekat Venezuela. Wilayah hutan kecil pun diubah menjadi pemukiman sekte. 

Sosialis Tapi Miris

Mirip dengan berbagai negara-negara sosialis, realita sosialisme di sekte tersebut juga sangat jauh dari janji utopia. 

Warga disuruh kerja dari jam tujuh pagi hingga enam sore. Makan siang hanya satu jam. Istirahat pun mendapat reaksi negatif.

"Makanannya sangat tidak cukup. Ada nasi untuk sarapan, sup air nasi untuk makan siang, dan nasi dan kacang untuk makan malam. Pada Minggu, kami mendapatkan sebuah telur dan cookie," ujar seorang survivor bernama Deborah Layton Blakey, dikutip dari situs San Diego State University.

Namun, Jones yang ingin punya utopia sosialis ternyata tidak bersikap sosial saat makan. Pasalnya, ia ternyata punya kulkas sendiri.

Deborah berkata Jones makan bersama dua wanita dan dua anak kecil. Kondisi fisik mereka lebih baik ketimbang para anggota sekte lain.

Pada Februari 1978, kondisi di utopia sosialis itu sangat buruk akibat diare dan demam. Para anggota sekte tak mendapat pengobatan yang memadai. Ketimbang memberikan makanan sehat, Jones disebut rajin ceramah. Bahkan saat anggota ingin tidur, dia terus ceramah, dan hobi ngumpul-ngumpul.

Anggota DPR Datang

Jasad yang diangkut dari peristiwa Jonestown Massacre
Jasad yang diangkut dari peristiwa Jonestown Massacre (AFP)

Keadaan mental Jones sebetulnya sudah tidak stabil sebelum peristiwa bunuh diri massal terjadi. Deborah menyebut Jones menggunakan irasionalitas sebagai cara mengontrol para pengikutnya, selain itu Jones diduga paranoid.

Situs FBI menyebut sekte tersebut lebih mirip tempat perbudakan. Ada penganiyaan fisik, kerja paksa, pemenjaraan, pemakaian narkoba untuk mengontrol warga, hingga latihan bunuh diri massal. 

Mendengar berbagai cerita-cerita tersebut, seorang anggota DPR AS dari California memutuskan untuk mengunjungi Jonestown. Politisi dari Partai Demokrat, Leo Ryan, datang bersama sejumlah orang dan reporter. 

Rombongan Leo Ryan datang pada 14 November 1978. Meski sulit mencapai Jonestown, ia berhasil menemui Jones dan sejumlah anggota sekte. 

Kehadiran Leo Ryan menjadi kesempatan para anggota sekte untuk meminta diselamatkan. Ryan siap membantu sejumlah orang yang ingin diselamatkan, dan menantikan pesawat tambahan. 

Sayangnya, rombongannya disergap oleh rombongan Jones di lokasi lepas landas. Leo Ryan lantas tewas bersama empat orang lain.

Kematian Leo Ryan menjadi awal dari rencana paling gila dari pikiran Jones untuk melakukan bunuh diri massal.

Anggur Beracun

Foto para korban yang bunuh diri karena manipulasi dan paksaan Jim Jones, pemimpin sekte Peoples Temple, di kota sekte maut Jonestown, Guyana (Wikimedia Commons)
Foto para korban yang bunuh diri karena manipulasi dan paksaan Jim Jones, pemimpin sekte Peoples Temple, di kota sekte maut Jonestown, Guyana (Wikimedia Commons)

Berdasarkan kesaksikan Deborah Blakey, sekte Jones pernah ingin bunuh diri massal pada tahun 1977. Namun, bunuh diri massal itu batal usai ada aksi negosiasi dengan pemerintah Guyana.

Situasi lebih serius pada 1978. Setelah memerintahkan pembunuhan Leo Ryan, Jones memberikan perintah agar anggota sektenya bunuh diri. Ia beralasan pembunuhan Leo Ryan bisa memancing serangan ke Jonestown.

Sebelum bunuh diri, ada rekaman beredar ketika anggota sekte itu berpidato untuk memberikan ucapan terima kasih. Warga terdengar antusias dan tepuk tangan.

Aksi bunuh diri ini disebut Jones sebagai "aksi revolusi" dan dilakukan demi melindugi anak-anak dari serangan.

Seorang wanita bernama Christine Miller bertanya apakah Soviet bisa membantu, tetapi Jones meragukan hal itu. Anggota itu tetap berusaha menyarankan agar menanti Soviet, meski Jones terus membantahnya.

Miller terus berusaha agar sekte itu berubah pikiran karena dirinya dan anggota lain punya hak hidup, tetapi ia kalah debat.

Teknik bunuh dirinya adalah mencampur sianida ke minuman anggur. Orang-orang dewasa diminta berbaris untuk menerima racunnya, sementara prajurit bersenjata berjaga.

Anak-anak pun disuruh ikut minum racun, dibantu oleh perawat dan orang tua mereka sendiri. Lebih dari 200 anak kehilangan nyawa mereka.

Sebuah laporan di koran Wisconsin State Journal menggambarkan situasi bunuh diri massal tersebut. Mayoritas orang disebut pasrah menunggu giliran mereka. Ada orang tua dan kakek nenek yang histeris saat melihat anak mereka kejang-kejang, tetapi kebanyakan hanya menonton.

"Banyak orang yang hanya duduk, terutama yang sudah tua, hanya menunggu dan menonton," ujar survivor bernama Odell Rhodes.

Satu Orang Dihukum

Pintu masuk ke Jonestown di Guyana
Pintu masuk ke Jonestown di Guyana (C-Span)

Mayat para anggota sekte Jones ditemukan keesokan harinya oleh otoritas di Guyana. Lahan Jonestown dipenuhi oleh mayat-mayat yang bergelimpangan. 

Banyak dari mereka yang meninggal sambil berpelukan. 

Ada beberapa orang yang berhasil kabur. Beberapa anak-anak dari Jones juga selamat karena waktu itu berada di lokasi lain di Guyana. 

Salah satu petinggi sekte tersebut berhasil diadili di Amerika Serikat. Ia adalah Larry Layton, saudara laki-laki dari Deborah Layton Blakey. Ia dipenjara seumur hidup. 

Jones tidak meminum racun, namun tewas karena luka tembakan. Situs Biography, menduga ia menembak dirinya sendiri atau ditembak seseorang.

Kondisi Jonestown saat ini tidak lagi ditinggali. Daerah itu telah ditutupi oleh pepohonan.

Tragedi di Jonestown adalah salah satu tragedi paling parah terhadap warga Amerika Serikat, namun ini bukan aksi bunuh diri massal terakhir. 

Pada akhir tahun 1990-an, ada lagi sekte yang melakukan bunuh diri massal karena takut kiamat. Mereka bunuh diri ketika komet Hale-Bopp melintasi langit. 39 orang kehilangan nyawa mereka.

Infografis Pelancong China Wajib Tes Covid-19
Infografis Pelancong China Wajib Tes Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya