Liputan6.com, Kathmandu - Beredar rekaman video pesawat yang jatuh dekat kota Pokhara, Nepal, pada Minggu (15/1). Sebanyak 68 orang sudah dinyatakan tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut, termasuk bayi.
Pada video tersebut, seorang warga tampak merekam pesawat yang menukik jatuh ke pemukiman dan terdengar jeritan histeris warga.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir CNN, Senin (16/1/2023), pesawat ATR 72 yang kecelakaan itu dioperasikan oleh Yeti Airlines. Jumlah kru pesawat ada empat orang.
Otoritas penerbangan Nepal menyebut pesawat membawa 72 orang yang terdiri dari 37 laki-laki, 25 perempuan, tiga anak kecil, dan tiga adalah anak bayi.
Kecelakaan ini merupakan yang paling mematikan dalam lebih dari 30 tahun terakhir di Nepal.
Pencarian dihentikan pada malam hari dan dilanjutkan Senin pagi ini. Pemerintah menetapkan Senin ini sebagai hari libur untuk berduka atas para korban.
Sebanyak 53 penumpang dan semua kru pesawat adalah orang Nepal. Ada pula orang asing, yakni lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea, dan terdapat juga warga Australia, Argentina, Prancis, dan Irlandia.
Pesawat terbang dari Kathmandu menuju Pokhara, kota paling ramai kedua di Nepal. Pokhara merupakan pintu masuk ke Himalaya.
Pesawat dilaporkan hilang kontak dengan bandara Pokhara sekitar pukul 10.50 pagi waktu setempat, 18 menit setelah lepas landas. Kemudian, pesawat itu jatuh dekat sungai Seti.
Pemerintah telah membentuk komite khusus untuk menyelidiki tragedi ini.
Perdana Menteri Nepal Pushpa Kamal Dahal telah menyatakan berduka atas tragedi ini. Ia juga meminta agar semua personel, lembaga pemerintah, dan publik untuk melakukan penyelamatan yang efektif. Pemerintah Rusia, India, dan Australia juga menyatakan dukacita.
Terparah Sejak 1992
Kecelakaan pesawat di Nepal pada hari Minggu kemarin adalah yang terparah ketiga dalam sejarah negara itu. Insiden parah sebelumnya terjadi di tahun 1992.
Terakhir kali kecelakaan pesawat yang memakan banyak korban ini terjadi di Nepal pada tahun 1992. Ada dua kecelakaan yang terjadi tahun ini, yakni di bulan Juli dan September 1992.
Pada kecelakaan bulan Juli, ada 113 orang meninggal dunia saat pesawat Thai Airways menabrak gunung di Kathmandu.
Bandara Internasional Don Mueang Bangkok menuju Bandara Internasional Kathmandu. Pada akhirnya pesawat ditemukan di lembah Palung, Kathmandu Selatan.
Pihak Thai Airways menyebut pesawat hilang kontak pada ketinggian 11.500 kaki. Kecelakaan disebut karena masalah teknis.
Situs Flight Safety Australia menuliskan percakapan terakhir antara pilot dan first officer di pesawat tersebut ketika mereka kebingungan antara arah utara dan selatan sebelum kecelakaan terjadi. Ada juga komunikasi yang kurang efektif dengan Traffic Controller. Komisi di Nepal menyimpulkan bahwa pihak Traffic Controller kurang asertif.
Kecelakaan lainnya terjadi pada September yang melibatkan pesawat Pakistan. Angka kematiannya lebih tinggi lagi, yakni 167 orang. Pesawat tersebut juga mengalami kecelakaan di daerah pegunungan saat ingin mendarat di Kathmandu.
Advertisement
Pesawat ATR
Masih berdasarkan laporan CNN, Yeti Airlines membatalkan semua penerbangan reguler pada Senin, 16 Januari. Pembatalan itu dilakukan untuk berduka kepada para korban jiwa.
Pesawat yang kecelakaan itu adalah ATR 72-500, pesawat twin-prop turbojet yang sering dipakai maskapai biaya rendah di Asia-Pasifik.
ATR merupakan kemitraan gabungan antara perusahaan Airbus dan Leonardo. Reputasi pesawat itu umumnya cukup bagus.
Namun, ada rekam jejak kecelakaan pesawat tersebut di Taiwan, yakni pada Juli 2014 dan Februari 2015. Totalnya, hampir 100 orang meninggal akibat kecelakaan-kecelakaan tersebut.
Kecelakaan itu terjadi pada pesawat maskapai Transasia yang kini sudah tak operasional. Maskapai berhenti operasional pada 2016, setelah lebih dari 60 tahun aktif di dunia penerbangan.
Terkait kecelakaan di Nepal, pihak ATR telah menyampaikan dukacita, serta mengikuti proses investigasi yang berlangsung.