Kisah Klub Bugil yang Jadi Sarang Pembunuh

Kasus Chippendales, klub striptis yang penuh darah.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Jan 2023, 21:00 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2023, 21:00 WIB
Pengantin Pria Mendadak Keracunan Makanan, Mempelai Wanita Gelar Resepsi Didampingi Manekin
Ilustrasi manekin. (dok. Ben Berwers/Unsplash)

Liputan6.com, Los Angeles - Steve Banerjee merupakan pria keturunan India yang meraih kesuksesan besar di Amerika Serikat. Ia membuka klub striptis yang fenomenal di Los Angeles. Target Banerjee adalah para wanita, sehingga penari bugil di klubnya adalah para laki-laki.

Tangga kesuksesan berhasil dipanjat oleh Banerjee dengan seks. Klub bernama Chippendales itu menjadi lokasi yang populer di Los Angeles.

Kisah Banerjee pun diadaptasi oleh layanan streaming Hulu dengan judul Welcome to Chippendales. Genrenya bukan biografi inspiratif, melainkan pembunuhan.

Kesuksesan Chippendales ternyata memiliki harga sebuah nyawa, yakni pesaing Banerjee.

Menurut laporan BBC, Jumat (20/1/2023), Banerjee merupakan orang yang ambisius, tetapi tidak suka bila ada yang sukses juga dengannya, sehingga ia tidak segan membunuh para rivalnya.

"Kebanyakan orang akan berpikir bahwa pendiri Chippendales adalah seorang party animal yang suka bepergian, memakai obat-obatan, dan banyak minum," ujar Scott MacDonald, co-author buku Deadly Dance: The Chippendales Murder.

Namun, kepribadian Steve Banerjee sebagai pemilik klub bugil ternyata berbeda dari persepsi umum.

"Steve adalah orang yang tenang, terkendali, dengan tujuan jelas untuk menciptakan brand dunia untuk menyaingi Disney, Playboy, atau Polo," ujar MacDonald.

Awalnya, Chippendales bukan klub bugil. Banerjee menghadirkan permainan backgammon, acara sulap, dan gulat lumpur perempuan. Klub itu dibeli dari Banerjee pada tahun 1970-an. Waktu itu nama klubnya masih Destiny II.

Pada tahun 1979, seorang promotor klub malam memberikan saran kepada Banerjee untuk membawa penari striptis laki-laki, meski biasanya hanya ada di klub gay. Tetapi target mereka adalah para perempuan.

Saran itu berbuah manis dan wanita berbondong-bondong datang untuk menyaksikan tari bugil. Mungkin tak ada yang menyangka klub itu bakal jadi sarang pembunuh.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Paranoia

Ilustrasi Pembunuhan
Ilustrasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Kesuksesan klub striptis Chippendales terus meroket. Banerjee juga mendapatkan seorang partner baru, yakni Nick De Noia. Ia bukan orang sembarangan, melainkan sutradara pemenang Emmy Awards, serta seorang koreografer. 

Nick De Noia memberikan saran kepada Banerjee untuk membawa Chippendales ke level selanjutnya, sehingga performa semakin interaktif dan teatrikal. Chippendales juga berhasil ekspansi hingga New York dan melakukan tur nasional.

Tahun-tahun berlalu, dan Nick De Noia berhasil menjadi wajah dari Chippendales, sementara Banerjee berada di balik layar. Banerjee masih berambisi untuk memiliki "Disneyland untuk Orang Dewasa".

Sayang, kemitraan mereka tak bertahan lama. Banerjee mendengar bahwa De Noia bertemu dengan orang baru, dan ingin mendirikan klub saingan. 

Pada 1987, Richard De Noia ditembak pembunuh di kantornya. 

Orang-orang di sekitar Banerjee curiga bahwa pria itu merupakan otak dari pembunuhan tersebut. Pasalnya, Banerjee diketahui sosok yang paranoid dan resah karena rencana Richard De Noia yang ingin membangun perusahaan saingan. 

Pembunuhan tak berhenti di situ. Banerjee ternyata juga dendam dengan mantan penarinya yang ingin membuka klub saingan.

Rencana pembunuhan pun dibuat lagi. Kali ini, metodenya adalah racun sianida.


Strawberry

Selain Sianida, Ini Tiga Racun Mematikan Bagi Manusia
Ilustrasi sianida | Via: tanyasehat.com

Untuk melancarkan aksi pembunuhan dengan sianida, Banerjee meminta hitman atau centeng (seseorang yang dibayar untuk membunuh seseorang) bernama Ray Colon. Keduanya adalah sahabat.

Colon juga terlibat dalam pembunuhan De Noia. Pria itu menyewa orang untuk menghabisi sutradara tersebut.

Pada rencana pembunuhan terbaru ini, Colon meminta bantuan seseorang dengan nama "Strawberry".

Tak disangka, Strawberry malah melapor ke FBI. Aparat pun menggeledah rumah Colon dan menemukan 46 gram sianida.

Colon tetap setia pada Banerjee. Ia menolak disebut bersalah. Namun, situasi berubah ketika Banerjee ogah membayar uang pengacara.

Tindakan Banerjee itu terbukti menjadi racun bagi kariernya. FBI lantas menggunakan pengkhianatan Colon untuk merekam perbicangan pria itu dengan Banerjee. Alhasil, barang bukti berhasil terkumpul dan Banerjee ditangkap.

 


Lari Atau Mati

Ilustrasi penjara (AFP)
Ilustrasi penjara (AFP)

Di pengadilan, Banerjee akhirnya setuju untuk dihukum selama 26 tahun di penjara, serta menyerahkan kepemilikan Chippendales ke pemerintah AS.

Sehari sebelum ia dituntut, pria bernama asli Some Banerjee itu bunuh diri di penjara pada 8 Oktober 1994.

Los Angeles Times menuliskan bahwa Banerjee gantung diri dengan seprai kasur. Ia memang diketahui depresi, tetapi tidak ada indikasi ingin bunuh diri.

Meski demikian, Banerjee diketahui pernah ingin meninggalkan AS atau bunuh diri apabila tertangkap atas kejahatannya.

BBC menyebut banyak orang di India yang masih belum mengetahui identitas Banerjee, meski ia sukses kemudian menjadi kriminal di Amerika Serikat.

 

Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya