Liputan6.com, Tokyo - Jepang terkenal dengan banyak kisah-kisah misterinya, baik itu dalam bentuk novel maupun manga. Namun, ada sejumlah kisah misterius bagaikan fiksi, tetapi sungguh-sungguh terjadi.
Banyak kasus-kasus tersebut merupakan "cold case", alias kasus yang sudah lama dan tidak terpecahkan.
Advertisement
Baca Juga
Sejumlah kasus itu terjadi di Jepang pada tahun 1970-an hingga 1980-an ketika masyarakat belum memiliki peralatan canggih seperti ponsel pintar atau kamera pengintai.
Contohnya, ada kasus "pembunuhan Coca-Cola" dengan meracuni Coca-Cola, dan minuman itu ditinggalkan saja di tempat umum.
Kasus "prank" seperti itu memakan banyak korban dan memicu teror di masyarakat. Bahkan, ada polisi yang sampai bunuh diri karenanya.
Berikut cerita 3 kasus prank mematikan di Jepang, dilansir The Smart Local, Kamis (19/1/2023):
1. Pembunuhan Coca-Cola
Pada tahun 1977, Tokyo dan Osaka dibuat resah dengan insiden Coca-Cola beracun. Oknum tak bertanggung jawab memasukan sianida ke minuman soda tersebut.
Insiden dimulai pada Januari 1997, ketika seorang remaja laki-laki menemukan Coca-Cola di sebuah telepon umum dekat Stasiun Shinagawa di Tokyo. Pemuda itu meminum soda itu saat malam hari kemudian dilarikan ke rumah sakit. Namun, nyawanya tak terselamatkan.
Di hari yang sama, seorang pekerja berusia 46 tahun meminum soda yang diracuni juga. Ia meninggal dan tubuhnya ditemukan 600 meter dari lokasi pelajar SMA menemukan Coca-Cola itu.
Polisi langsung mengambil tindakan dan menempelkan berbagai tanda peringatan agar warga tidak meminum Coca-Cola yang ditinggalkan di tempat umum. Berkat peringatan itu, seorang remaja 15 tahun berhasil selamat dan menyerahkan Coca-Cola yang ia temukan ke aparat.
Namun, seorang laki-laki berusia 39 tahun di Osaka nekat meminum Coca-Cola yang ia temukan di telepon umum, meski sudah ada peringatan. Coca-Cola itu ternyata memang beracun. Nyawanya berhasil diselamatkan, tetapi ia bunuh diri karena malu.
Pelakunya masih belum diketahui, tetapi Coca-Cola mengambil tindakan agar produk mereka lebih sulit diracuni.
Advertisement
2. Teror 21 Wajah
Kasus racun juga meneror Jepang pada tahun 1984. Sasarannya adalah perusahaan makanan terkenal Glico dan Morinaga.
Glico adalah perusahaan yang memproduksi Pocky, salah satu snack Jepang yang paling terkenal di berbagai negara.
Penjahat ini menamakan dirinya atau kelompoknya sebagai "Monster dengan 21 Wajah". Nama itu terinspirasi dari tokoh novel karangan Renpo Edogawa bernama "Setan dengan 21 Wajah".
Kejadian bermula dari penculikan seorang pejabat Glico, yani Katsuhisa Ezaki, pada Maret 1984. Si penculik meminta tebusan sebesar 1 miliar dolar. Anehnya, Ezaki berhasil melarikan diri sebab ia tidak diawasi oleh si penjahat.
Namun, teror belum selesai di sana. Sejumlah mobil pegawai Glico dilaporkan dibakar, selain itu perusahaan mendapatkan surat ancaman bahwa produknya telah diracuni. Glico lantas menarik produk-produknya dan kerugian mencapai 20 juta yen. Pada akhirnya diketahui ternyata produk mereka tak diracuni.
Si "monster dengan 21 wajah" juga meledek polisi Jepang yang dianggap tak becus dengan cara menjelaskan bagaimana cara ia masuk ke tempat produksi Glico. Hal itu ia tulis dalam surat ke media massa.
Berikutnya, oknum "21 wajah" itu meneror Morinaga dan menuntut dibayar. Produk Morinaga juga ternyata benar-benar diberikan racun, serta tulis "dibuat dari racun."
Kasus akhirnya berhenti setelah seorang polisi yang menginvestigasi kasus ini memutuskan membakar diri.
3. Racun di Vitamin C
Kasus meracuni makanan terus meneror warga Jepang pada tahun 1980-an hingga 1990-an. Yang tak kalah menyeramkan adalah ketika produk Oronamin C diracuni pada tahun 1985.
Minuman vitamin C itu populer di kalangan orang tua.
Saat itu, Oronamin C menggelar promosi untuk memberikan sebotol gratis tiap membeli produk minuman di vending machine.
Bagaimana cara penjahat keji itu bekerja? Ia sengaja menaruh botol Oronamin C berisi racun di vending machine. Warga lain yang terkecoh bakal mengambilnya karena mengira bonus minuman itu sengaja ditinggal pembeli lain yang tidak menginginkannya.
11 orang tewas akibat kasus ini. Racun yang digunakan adalah paraquat dan diquat untuk membunuh rumput.
Polisi tidak tahu siapa pelakunya, sebab lokasi vending machine tersebut berada di daerah-daerah terpencil yang kurang pengawasan. Namun, polisi memprediksi pelakunya bekerja di area industri, sebab racun yang dipakai susah dicari di sembarang tempat.
Advertisement