Fenomena Awan Pelangi Langka Seperti Aurora Borealis Muncul di Kutub Utara

Awan langka yang memancarkan cahaya terang berwarna-warni seperti aurora baru-baru ini terlihat diberbagai lokasi Kutub Utara.

oleh Linda Sapira diperbarui 07 Feb 2023, 19:10 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2023, 19:10 WIB
awan pelangi di langit Jepang
foto: Weather News Japan

Liputan6.com, Jakarta - Langit gelap di Lingkaran Arktik baru-baru ini bersinar dengan cahaya warna-warni yang sangat cantik dan terlihat memiliki tekstur halus. 

Awan langka yang memancarkan cahaya terang berwarna-warni seperti aurora baru-baru ini terlihat di berbagai lokasi di Kutub Utara.

Apa yang menyebabkan awan berwarna pelangi ini muncul? 

Melansir dari Live Science, Selasa, (7/2/2023), keajaiban langka ini ternyata bukan disebabkan oleh aurora. Sebaliknya, awan pelangi sejatinya disebabkan oleh kumpulan awan kristal es kecil yang melayang lebih tinggi daripada biasanya di atmosfer.

Awan, yang dikenal sebagai polar stratospheric clouds (PSC) atau awan stratosfer kutub, hanya terbentuk ketika stratosfer bawah mencapai suhu di bawah  -114 derajat Fahrenheit atau -81 derajat Celcius. 

Biasanya, awan tidak terbentuk di stratosfer karena daerah tersebut terlalu kering. Tetapi pada suhu yang sangat rendah ini, molekul air dengan jarak yang sangat jauh mulai menyatu menjadi kristal es kecil yang membentuk awan, demikian dilaporkan spaceweather.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Terbentuknya Awan Pelangi

Fungsi Lapisan Ozon
Ilustrasi lapisan Ozon Credit: pexels.com/Scott

Polar stratospheric clouds (PSC) dapat terbentuk jauh lebih tinggi dari pada awan biasanya, yaitu di ketinggian antara 9,3 dan 15,5 mil (15 hingga 25 kilometer) di atas tanah. 

Saat sinar matahari bersinar melalui awan kristal ini, maka cahaya akan tersebar, dan menciptakan berbagai gelombang cahaya panjang yang berbeda, yang menginspirasi julukan PSC, atau "awan pelangi". 

Karena ketinggian awan yang ekstrem, sinar matahari dapat mengenai kristal dan menyebar di atasnya. Meskipun matahari berada di luar cakrawala, awan ini tampak paling terang dari awan yang ada di sekitarnya.

Pada 25 Januari lalu, kondisi beku yang ekstrem di stratosfer memungkinkan hal yang langka ini terjadi di Lingkaran Arktik, termasuk Islandia, Norwegia, dan Finlandia, menurut spaceweather.com. 


PSC Mempunyai 2 Tipe

Ilustrasi Awan Hujan
Simak penjelasan terkait TMC yang kerap dilakukan di Indonesia saat cuaca sedang ekstrem. (pexels.com/Pixabay)

Fotografer amatir Jonina Guorun Oskarsdottir menangkap foto menakjubkan dari awan cerah ini di atas puncak Gunung Jokultindur di Islandia. Dan fotografer bernama Fredrik Broms, mengambil serangkaian foto warna-warni ini di atas Kvaloya dekat Tromso di Norwegia.

Ada dua jenis PSC yaitu tipe I dan tipe II. Tipe I, terbuat dari campuran kristal es dan asam nitrat, yang menghasilkan warna kurang spektakuler dan mungkin hal ini terkait dengan pembentukan ozon Bumi. Sedangkan tipe II, yang terdiri dari kristal es murni akan menghasilkan warna yang lebih hidup di langit.

Baru-baru ini hal yang terbentuk di atas Kutub Utara adalah PSC tipe II. Lebih cerah warnanya.

PSC tipe II sering disebut sebagai awan nacreous karena rona warna-warninya terkadang menyerupai nacre.

Tipe ini juga dikenal sebagai induk mutiara, yang diproduksi di cangkang beberapa moluska. Jenis PSC tipe II sangat jarang terjadi dibanding dengan awan PSC tipe I. 


Awan Tipe II Tidak Lebih Dari 2 atau 3 Kali Setahun Terlihat di Kutub

Pegunungan Es Antartika
Kondisi Es Biru di sepanjang punggung bukit di Semenanjung Antartika (31/10). Berbagai riset mengatakan fenomena ini disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi dari gas rumah kaca. (Mario Tama/Getty Images/AFP)

Awan tipe II biasanya terjadi tidak lebih dari dua atau tiga kali setahun di Kutub Utara.

Dan fenomena ini biasanya terjadi selama bulan-bulan musim dingin, menurut spacewaether.com. Namun, para ahli percaya bahwa kedua jenis PSC dapat terjadi lebih sering di masa depan.

Hal ini karena perubahan iklim menciptakan cuaca yang lebih ekstrem, yang dapat berdampak tidak langsung pada lapisan ozon, dan lebih banyak terbentuk awan tipe I.

Karena warnanya yang pekat, awan nacreous sering dikacaukan dengan cahaya matahari dari wilayah utara, yang disebut dengan aurora borealis, di Kutub Utara. 

Fenomena yang lebih umum ini terjadi ketika partikel berenergi tinggi yang dipancarkan oleh matahari bergerak menuruni garis medan magnet magnetosfer Bumi.  

 

Infografis Waspada Potensi Cuaca Ekstrem 6-12 Februari 2023. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Waspada Potensi Cuaca Ekstrem 6-12 Februari 2023. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya