Liputan6.com, New York - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Jumat 17 Maret 2023 mengecam uji rudal balistik antar benua Korea Utara. PBB menganggap itu sebagaipelanggaran resolusi yang disetujui Dewan Keamanan PBB.
Sebuah pernyataan dari juru bicaranya mengatakan Guterres mendesak Korut untuk segera menghentikan aksi mengganggu tersebut dan sepenuhnya mematuhi kewajiban internasional di bawah resolusi Dewan Keamanan yang relevan.
Baca Juga
Guterres juga meminta Pyongyang untuk memulai kembali dialog menuju perdamaian abadi dan denuklirisasi Semenanjung Korea yang menyeluruh dan terverifikasi --Kyodo mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara (18/3/2023).
Advertisement
Pada Kamis, Korut mengadakan uji coba peluncuran ICBM hanya beberapa jam sebelum KTT antara Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Tokyo. Proyektil itu jatuh di Laut Jepang.
Sementara itu, setelah pertemuan informal mengenai hak asasi manusia di Korut pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, Albania, Korsel, AS, dan Jepang mengkritik peluncuran ICBM dalam pernyataan bersama.
Atas nama keempat negara, Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield membacakan pernyataan bersama tersebut yang menegaskan bahwa pengembangan senjata pemusnah massal Pyongyang ‘didukung’ banyaknya pelanggaran hak asasi manusia.
"Penggunaan tenaga kerja paksa dan diekploitasi - baik di dalam maupun luar negeri - mendukung program yang melanggar hukum dan mengancam ini," kata pernyataan itu.
Pernyataan itu menambahkan bahwa Korut yang mengalami kesulitan ekonomi parah, sebagian akibat dari fokus negara itu pada program nuklir dan rudal balistik.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement
Korea Selatan dan AS Mulai Latihan Militer Bareng Pasca Korea Utara Tembakkan 2 Rudal Jelajah
Militer Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) resmi meluncurkan latihan bersama terbesar mereka pada Senin (13/3/2023), sehari setelah Korea Utara menembakkan dua rudal jelajah dari kapal selam pada Minggu (12/3) sebagai protes atas latihan tersebut.
Korea Utara dinilai akan melakukan uji coba senjata provokatif selama latihan Korea Selatan-AS yang diperkirakan berlangsung 11 hari.
Ancaman nuklir Korea Utara yang meningkat, bersamaan dengan kekhawatiran tentang ambisi China, mendorong AS memperkuat aliansinya di Asia.
Latihan militer Korea Selatan-AS mencakup simulasi komputer dan sejumlah latihan lapangan gabungan.
Pejabat Korea Selatan mengatakan, latihan lapangan akan kembali ke skala terbesar seperti sebelumnya, yang terakhir kali diadakan kedua negara pada tahun 2018. Demikian seperti dilansir AP, Selasa (14/3/2023).
Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Selatan-AS telah membatalkan atau mengurangi latihan militer gabungan untuk mengejar upaya diplomatik guna denuklirisasi Korea Utara dan karena kekhawatiran akan pandemi COVID-19.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Senin menuduh AS dan negara-negara Barat lainnya merencanakan pertemuan Dewan Keamanan PBB dalam rangka membahas apa yang disebutnya isu hak asasi manusia yang mengada-ada. Korea Utara menegaskan akan mengambil perlawanan terberat terhadap plot permusuhan paling kejam dari AS dan para pengikutnya.
Tekad Korea Utara untuk Merespons Manuver Militer Korea Selatan dan AS
Kantor berita Korea Utara, KCNA, mengatakan bahwa peluncuran dua rudal jelajah pada Minggu menunjukkan tekad untuk merespons dengan kekuatan yang sangat kuat terhadap manuver militer yang semakin intensif oleh pasukan imperialis AS dan pasukan boneka Korea Selatan.
KCNA menyebut rudal itu senjata strategis dan mengatakan uji coba keduanya memverifikasi postur pencegahan perang nuklir negara itu. Pernyataan ini dinilai menyiratkan bahwa Korea Utara bermaksud untuk mempersenjatai rudal jelajah dengan hulu ledak nuklir, meskipun masih belum diketahui apakah mereka telah mengatasi hambatan teknologi untuk membuatnya berfungsi.
Kedua rudal itu disebut terbang lebih dari dua jam, menggambar pola berbentuk angka delapan dan menunjukkan kemampuan untuk mencapi target 1.500km jauhnya.
"Rudal ditembakkan dari kapal 8.24 Yongung," sebut KCNA, merujuk pada kapal selam yang digunakan Korea Utara untuk melakukan uji coba rudal balistik pertama yang diluncurkan kapal selam pada tahun 2016.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)