Liputan6.com, Urumqi - Sejumlah diplomat dari 14 negara, termasuk Indonesia, melakukan kunjungan ke Daerah Otonomi Xinjiang pada 24-28 April atas undangan Kementerian Luar Negeri China (MFA).
Para konsul jenderal dari 14 negara, seperti Brazil, Iran, Indonesia, Pakistan, Ekuador, dan Senegal, yang bertugas di berbagai daerah di China mengunjungi beberapa kota di Xinjiang, di antaranya Urumqi, Kashgar, dan Turban.
Baca Juga
Konsul Jenderal RI di Guangzhou Ben Perkasa Drajat mengatakan bahwa umat Islam di Xinjiang bebas melakukan ibadah di masjid.
Advertisement
"Berita dari media Barat bahwa pemerintah China tidak mengizinkan umat Islam melakukan kegiatan keagamaan adalah tidak benar," kata Ben dikutip People's Daily, media arus utama China, Sabtu 29 April, dikutip dari Antara (30/4/2023).
Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, lanjut Ben, Indonesia dengan tegas menentang kekuatan luar yang memanipulasi masalah Xinjiang dan mencampuri urusan dalam negeri China.
Dia berharap Indonesia dan China dapat terus meningkatkan hubungan kerja sama dan mendorong beberapa tokoh dari Indonesia mengunjungi daerah otonomi yang mayoritas penduduknya dari kalangan etnis minoritas Muslim Uyghur itu.
Dalam lawatannya itu, para utusan khusus dari 14 negara mendatangi kota tua Kashgar yang sedang dipadati wisatawan menjelang puncak musim liburan Hari Buruh.
Negara-negara Barat menuduh Beijing melakukan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis minoritas Muslim Uyghur di Xinjiang, mulai dari penahanan warga setempat di kamp konsentrasi, genosida, hingga kerja paksa.
Untuk menjawab tuduhan tersebut, Beijing rajin mengundang diplomat dan utusan asing mengunjungi Xinjiang. Bahkan, pimpinan Komisi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah mengunjungi daerah itu.
Belum lama ini, Menlu Gambia Mamadou Tangara juga mengunjungi daerah setingkat provinsi di wilayah barat laut daratan Tiongkok itu.
Muslim Uyghur Dilarang Sholat Idul Fitri di Masjid, Polisi Juga Melarang Ibadah di Rumah
Sebelumnya dilaporkan, mayoritas warga Muslim Uyghur di Republik Rakyat China (RRC) dilaporkan dilarang untuk sholat Idul Fitri pada lebaran 2023.
Warga Uyghur yang ingin sholat Id di rumah juga tidak diperbolehkan, sementara lansia boleh sholat di masjid namun diawasi oleh polisi.
"Orang berusia 60 tahun ke atas diizinkan untuk sholat di masjid lokal di bawah pengawasan ketat polisi selama Idul Fitri, yang jatuh pada 20-21 April tahun ini," kata sumber warga Uyghur yang dirahasiakan identitasnya.
Sejak 2017, China diketahui telah membatasi atau melarang adat etnis dan ritual keagamaan di antara sebagian besar Muslim Uyghur dalam upaya untuk membasmi "ekstremisme agama".
Dilaporkan Radio Free Asia, Jumat (28/4/2023), larangan sholat Idul Fitri ini berlaku di banyak area di Xinjiang.
Pada Idul Fitri 2023, pihak berwenang di Xinjiang dilaporkan patroli di jalanan dan memeriksa rumah-rumah untuk mencegah masyarakat sholat diam-diam di rumah.
Ada satu masjid yang buka di Prefektur Akesu. Polisi memantau sholat di masjid tersebut.
"Petugas-petugas polisi kami masuk ke masjid untuk memantau orang-orang," ujar seorang pegawai administratif di Akesu. Ia mengaku tidak tahu apakah jemaah butuh izin untuk sholat.
Di Kota Bulung juga ada satu masjid yang buka. Namun, hanya warga 60 tahun ke atas yang boleh sholat. Pemerintah tidak membolehkan warga di bawah 60 tahun untuk sholat.
Alhasil, jumlah jemaah lansia hanya ada selusin di Bulung. Polisi turut mencatat nama-nama yang hadir.
"Masjidnya buka kemarin, dan kami pergi ke sana untuk mengawasi orang-orang," ujar seorang polisi.
Seorang warga lokal yang namanya tak ingin disebutkan berkata bahwa pihak berwenang telah menghancurkan hampir semua masjid di Nilka dan Kunes county .
Di Tokkuztara county, warga juga tak diizinkan sholat. Pun demikian bagi lansia.
Seorang wanita di Maralbexi county berkata tak ada perayaan atau sholat Idul Fitri di daerahnya. Suami dari wanita itu adalah seorang polisi yang bekerja sehingga tak ada perayaan khusus.
"Masjidnya tidak buka," ujarnya kepada RFA. "Suami saya adalah seorang polisi, dan ia bekerja saat Idul Fitri. Tidak ada sholat Idul Fitri di sini. Keadaannya sepi."
Advertisement