Liputan6.com, Baghdad - Pasukan Turki mengklaim membunuh tersangka pemimpin ISIS di Suriah. Hal itu disampaikan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Abu Hussein al-Qurayshi dikatakan telah mengambil alih kelompok itu setelah pendahulunya terbunuh musim gugur lalu.
Baca Juga
Erdogan mengatakan kepada outlet berita TRT Turk bahwa pemimpin ISISÂ itu "dilumpuhkan" dalam operasi badan intelijen MIT Turki pada Sabtu 29 April 2023.
Advertisement
ISIS sejauh ini belum memberikan komentar tentang operasi yang membunuh pemimpinnya itu. Sementara itu BBC yang dikutip Senin (1/4/2023), tidak dapat memverifikasi klaim Presiden Erdogan secara independen.
Badan intelijen MIT telah mengikuti Quraisy sejak lama, kata Erdogan.
"Kami akan melanjutkan perjuangan kami dengan organisasi teroris tanpa diskriminasi apapun," tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Sumber-sumber Suriah yang dikutip oleh kantor berita Reuters mengatakan operasi itu terjadi di kota utara Jandaris, dekat perbatasan Turki.
November 2022 lalu, kelompok militan itu mengumumkan kematian pemimpinnya, Abu al-Hassan al-Hashemi al-Qurayshi. AS mengatakan dia terbunuh dalam operasi oleh pemberontak Tentara Pembebasan Suriah di Suriah barat daya pada pertengahan Oktober 2022.
Abu al-Hassan al-Hashemi al-Qurayshi mengambil alih kelompok itu setelah pemimpin sebelumnya Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi meledakkan diri dan keluarganya, saat pasukan khusus AS mengepung tempat persembunyiannya setelah baku tembak pada Februari 2022.
Operasi itu "menghilangkan ancaman teroris besar bagi dunia", kata Presiden AS Joe Biden saat itu.
Â
Rekam Jejak ISIS Kuasai Suriah dan Hampir 8 Juta Orang
ISIS pernah menguasai wilayah seluas 88.000 km persegi (34.000 mil persegi) yang membentang dari Suriah timur laut melintasi Irak utara dan memberlakukan aturan brutalnya pada hampir delapan juta orang.
Kelompok itu diusir dari wilayah terakhirnya pada 2019, tetapi PBB memperingatkan pada Juli bahwa ISIS tetap menjadi ancaman yang terus-menerus.
Diperkirakan memiliki antara 6.000 dan 10.000 antek di Suriah dan Irak, yang sebagian besar berbasis di daerah pedesaan dan terus melakukan serangan tabrak lari, penyergapan dan pengeboman pinggir jalan.
Afiliasi regional ISIS juga menimbulkan ancaman di zona konflik lain di seluruh dunia. PBB mengatakan jaringan yang paling kuat dan mapan berbasis di Afghanistan, Somalia, dan cekungan Danau Chad.
Advertisement