Korea Utara Marahi Pejabatnya soal Kegagalan Peluncuran Satelit Mata-mata

Pejabat dan ilmuwan Korea Utara terkait pun diminta mempelajari kegagalan dan melakukan peluncuran yang sukses sesegera mungkin.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 19 Jun 2023, 11:26 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2023, 11:23 WIB
Kim Jong-un Perintahkan Perluasan Fasilitas Peluncuran Satelit
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi Tempat Peluncuran Satelit Sohae di Tongchang-ri, Korea Utara (11/3/2022). Kim Jong Un memerintahkan para pejabatnya untuk memperluas fasilitas peluncuran satelit untuk menembak. (AP Photo/Lee Jin-man)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara memastikan akan kembali meluncurkan satelit mata-mata setelah gagal dalam peluncuran pertamanya pada akhir Mei 2023. Kegagalan itu dicap yang paling serius tahun ini.

Roket Korea Utara yang membawa satelit mata-mata dilaporkan jatuh segera setelah lepas landas, menunda rezim Kim Jong Un memiliki sistem pengawasan berbasis ruang angkasa untuk memantau pergerakan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan dengan lebih baik.

Kegagalan peluncuran satelit mata-mata dan modernisasi persenjataan disebut menjadi fokus utama dalam pertemuan tiga hari Partai Buruh yang berakhir pada Minggu (18/6/2023), di mana dihadiri oleh Kim Jong Un dan para pejabat tinggi lainnya.

Laporan kantor berita Korea Utara, KCNA, seperti dilansir AP, Senin (19/6), tidak menyebutkan siapa yang bicara, namun menggarisbawahi bahwa pertemuan partai mengecam keras para pejabat yang bertanggung jawab atas persiapan peluncuran satelit mata-mata. Pejabat dan ilmuwan pun diminta mempelajari kegagalan dan melakukan peluncuran yang sukses sesegera mungkin.

Tidak disebutkan secara pasti kapan Korea Utara akan mencoba peluncuran kedua. Namun, badan mata-mata Korea Selatan sebelumnya mengatakan kepada anggota parlemen bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih dari beberapa pekan bagi Korea Utara untuk menemukan kesalahan pada peluncuran pertama.

Kelompok pemantau Korea Utara belum melaporkan adanya tindakan pembersihan pejabat atau ilmuwan yang terlibat dalam peluncuran satelit mata-mata yang gagal.

Satelit mata-mata adalah salah satu dari sejumlah aset militer berteknologi tinggi yang secara terbuka ngebet diinginkan Kim Jong Un untuk merespons apa yang dia sebut sikap permusuhan dari AS dan sekutunya. Sistem senjata lainya yang diinginkan Kim Jong Un adalah rudal multi-hulu ledak, kapal selam nuklir, rudal balistik antar benua berbahan bakar padat, dan rudal hipersonik.

Korea Utara Akan Balas Latihan Militer AS-Korea Selatan

Latihan Militer Korea Selatan dan Amerika Serikat
Angkatan Laut dan Korps Marinir akan mengadakan latihan logistik di atas pantai dengan mengangkut perbekalan melalui tongkang ponton. (Woohae Cho/Pool Photo via AP)

Selama pertemuan tiga hari, anggota Politbiro Partai Buruh Korea Utara mengklaim mengambil "langkah besar" dalam upaya memperluas gudang senjata nuklir dan rudal Korea Utara.

Anggota Politbiro juga menganalisis situasi keamanan yang sangat memburuk di wilayah tersebut yang disebabkan oleh gerakan perang sembrono dari para pesaingnya. Pernyataan ini diduga mengacu pada latihan militer AS-Korea Selatan yang diperluas.

Dengan suara bulat, anggota Politbiro partai dikabarkan menyetujui rencana yang tidak ditentukan untuk tindakan balasan.

Selain itu, anggota Politbiro menetapkan tugas penting -yang tidak mereka rinci- untuk membela kepentingan nasional dan memperkuat solidaritas dengan negara-negara yang menentang strategi perampok AS untuk supremasi dunia.

Pertemuan Partai Buruh turut membahas upaya nasional untuk memperbaiki ekonomi Korea Utara. KCNA melaporkan bahwa telah ada sejumlah kemajuan dalam upaya meningkatkan hasil pertanian dan menghidupkan kembali produksi di industri logam dan kimia, meskipun mengakui terdapat kekurangan yang tidak disebutkan.

KCNA mengklaim pula kemajuan di bidang konstruksi, mengutip proyek pembangunan puluhan ribu rumah baru di Pyongyang.

Hampir tidak mungkin untuk memverifikasi klaim Korea Utara, salah satu negara paling tertutup di dunia. Para ahli mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda kerusuhan sosial atau kelaparan di Korea Utara meskipun ada kesulitan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan kendali mutlak Kim Jong Un atas 26 juta rakyatnya tetap tidak berubah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya