Liputan6.com, Jakarta - Bicara soal ketahanan terhadap resesi global, Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Keuangan Singapura Lawrence Wong mengakui bahwa negaranya sangat rentan terhadap ekonomi global mengingat Singapura adalah ekonomi kecil dan terbuka.
"Perdagangan kami lebih dari tiga kali ukuran Produk Domestik Bruto (PDB) kami. Jadi, jika ekonomi global berjalan dengan baik maka kami akan mengalami kenaikan, namun jika sebaliknya maka kami pasti akan mengalami perlambatan," ujar Wong kepada jurnalis Indonesia dalam acara Indonesian Journalists’ Visit Programme (IJVP) di Gedung Kementerian Keuangan Singapura, Jumat (7/7/2023).
Baca Juga
"Inilah karma kami, kami menerimanya, dan tidak ada banyak yang bisa kami lakukan. Seperti sekarang misalnya, ketika sektor elektronik global mengalami perlambatan, Singapura merasakan dampaknya. Begitu pula jika terjadi resesi global."
Advertisement
Meski begitu, terang Wong, Singapura melakukan sejumlah langkah jitu dalam membangun ketahanan terhadap ancaman resesi global. Salah satunya fokus menekan tingkat pengangguran, seperti halnya dalam tiga tahun terakhir saat pandemi COVID-19.
"Ekonomi mungkin turun, PDB mungkin negatif, namun kami mencoba untuk menekan tingkat pengangguran, menyelamatkan pekerjaan, dan mempertahankan beberapa kemampuan inti dari perusahaan penting kami. Karena kita tahu bahwa perekonomian selalu naik turun. Suatu hari mungkin ada penurunan, namun besok mungkin lebih baik dan ketika ekonomi bangkit kembali, kami ingin masyarakat kami dan perusahaan kami dapat bangkit kembali dengan lebih kuat," terang Wong.
Wong menambahkan, "Kami membantu perusahaan utama kami mempertahankan kemampuan mereka, seperti bandara dan maskapai penerbangan kami. Sekarang, ketika pariwisata telah dibuka, ketika keadaan kembali membaik, pelabuhan dan maskapai kami dapat bangkit kembali dengan sangat cepat."
Â
Singapura-Indonesia Bisa Saling Bantu Agar Lebih Tangguh
Wong juga menjelaskan bagaimana Indonesia dan Singapura dapat saling membantu dalam menghadapi ancaman resesi global.
"Saya pikir kuncinya adalah agar kita terus memiliki hubungan yang erat dan mempertahankan kerja sama yang kuat yang kita miliki di berbagai bidang," jelas Wong.Â
"Misalnya, Singapura-Indonesia memiliki perjanjian swap bilateral antar bank sentral. Itu bermanfaat bagi kedua belah pihak dan terus diterapkan hingga hari ini. Selain Singapura-Indonesia, perjanjian swap juga meluas ke kawasan. ASEAN memiliki perjanjian swap yang disebut Inisiatif Chiang Mai. Langkah-langkah stabilisasi ini dapat membantu secara bilateral dan juga di ASEAN."
Wong menegaskan bahwa bagaimanapun kondisi ekonomi, baik naik maupun turun, selama hubungan kerja sama terjalin dengan baik maka kedua negara bisa terus saling membantu dalam menghadapi ancaman resesi global.
"Saya pikir sejauh Singapura-Indonesia memiliki hubungan investasi dan perdagangan yang lebih kuat, itu sangat membantu. Apa pun kondisi ekonominya – mungkin naik, mungkin turun – tetapi sejauh kita memiliki hubungan ekonomi yang sangat dekat dan saling bergantung, berdagang satu sama lain, terutama untuk barang-barang penting, saya pikir kita dapat melanjutkan saling membantu menjadi lebih tangguh," tutur Wong.
Disinggung terkait situasi ekonomi global saat ini dan bagaimana dampaknya terhadap Singapura, Wong mengatakan, "Penilaian kami adalah ekonomi kami akan tetap tumbuh. Sejauh ini, tidak akan ada pertumbuhan negatif tahun ini untuk Singapura. Namun, pertumbuhan positif akan sangat rendah."
Advertisement