Liputan6.com, Jakarta - Sebuah benjolan putih besar yang membengkak terlihat di jaringan yang bergantung di bagian belakang tenggorokan seorang pria. Meskipun begitu, dokter tak mampu menjelaskan penyebabnya dengan cepat.
Ternyata, penyebabnya adalah parasit bersel tunggal yang rupanya telah bersarang di dalam tubuh pria itu selama lima tahun.
Melansir dari Live Science, Minggu (20/8/2023) mengutip makalah yang diterbitkan pada Kamis, 17 Agustus dalam jurnal JAMA Otolaryngology-Head and Neck Surgery, pria berusia 62 tahun itu awalnya ke dokter dengan keluhan radang tenggorokan.
Advertisement
Meskipun dia tidak memiliki riwayat perjalanan baru atau kontak dengan orang lain yang sedang sakit, tenggorokannya telah merasakan sakit selama dua minggu. Pemeriksaan medis kemudian mengungkap adanya benjolan pada jaringan tenggorokan, lendir kuning yang lengket, dan ulkus pada uvulanya, yaitu jaringan yang tergantung di bagian belakang mulut.
Meskipun pengobatan awal dengan antibiotik dan antijamur dilakukan, hal itu tidak memberikan hasil yang diharapkan. Setelah dua minggu, kondisi pria itu semakin memburuk. Untuk menemukan penyebab infeksi, tim medis melakukan berbagai tes pada pasien, termasuk pengujian COVID-19, virus mononukleosis yang juga dikenal sebagai "mono," dan bakteri grup A Streptococcus yang sering menyebabkan radang tenggorokan.
Sayangnya, semua tes yang dilakukan tersebut memiliki hasil negatif. Upaya berikutnya yaitu melibatkan pengambilan sampel jaringan dari tenggorokan pria tersebut, dan hasilnya mengungkap bahwa sampel tersebut mengandung banyak sel kekebalan yang biasanya berperan dalam melawan infeksi virus.
Namun, sumber infeksi masih sulit untuk diidentifikasi. Upaya yang telah dilakukan oleh para dokter, termasuk memberikan resep antibiotik, antijamur, obat pereda heartburn, dan steroid, tak juga berhasil untuk mengurangi gejala yang dialami pria tersebut.
Penyebab Penyakit Terungkap, Tertular Saat Mengunjungi Amerika Selatan
Dengan melakukan analisis mendalam terhadap riwayat medis pria 62 tahun itu dan melakukan pemeriksaan yang lebih detail melalui biopsi ulkusnya, penyebab penyakitnya akhirnya terungkap.
Lima tahun sebelumnya, ia melakukan perjalanan ke Guyana, sebuah negara di Amerika Selatan. Saat itu, ia mencari pengobatan medis karena mengalami benjolan kecil yang tumbuh di bawah kulit di daerah lehernya. Di saat yang bersamaan, ada benjolan yang lebih besar, memiliki diameter sekitar 1,6 inci atau sekitar 4 cm, yang menunjukkan adanya gejala infeksi yang mendalam pada kulit.
Saat itu, pria tersebut menjalani pengujian untuk mengidentifikasi kemungkinan jamur dan bakteri sebagai penyebabnya. Dengan gagalnya antibiotik untuk mengatasi benjolan tersebut, dokter memutuskan untuk mengangkat benjolan terbesar melalui operasi, sementara benjolan yang lebih kecil menghilang dengan sendirinya.
Namun, setelah beberapa tahun, muncul ulkus misterius pada uvula pria itu. Dokter berhasil mengidentifikasi penyebabnya, ada kemungkinan bahwa penyebab dari benjolan sebelumnya juga terkait dengan Leishmania braziliensis, sejenis parasit bersel tunggal yang dikenal dapat menyebabkan infeksi leishmaniasis.
Advertisement
Mengungkap Leishmaniasis, Infeksi Akibat Parasit Leishmania
Menurut informasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), manusia bisa terinfeksi L. braziliensis melalui gigitan lalat pasir yang telah terjangkit parasit ini. Parasit ini tersebar di daerah tropis, subtropis, dan Eropa Selatan. CDC memberikan saran kepada para wisatawan agar mengambil langkah pencegahan saat berkunjung ke daerah yang berisiko terkena gigitan lalat pasir.
Bentuk umum dari leishmaniasis, yang dikenal sebagai leishmaniasis kulit yaitu mengakibatkan adanya luka pada kulit. Biasanya, luka ini muncul dalam jangka waktu beberapa minggu atau bahkan berbulan – bulan setelah digigit lalat pasir, dan dalam beberapa kasus yang jarang, bisa terjadi bertahun-tahun setelah gigitan tersebut.
Biasanya, luka ini tidak menimbulkan sensasi nyeri dan cenderung sembuh dengan sendirinya, walaupun proses penyembuhannya bisa berlangsung dalam jangka waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, dan akhirnya meninggalkan jejak bekas luka.
Pada beberapa variasi jenis Leishmania, terdapat risiko bahwa parasit bisa menyebar ke bagian lain tubuh jika tidak diobati dengan benar di area kulit tersebut.
Dalam kasus pria tersebut, awalnya ia mengalami leishmaniasis kulit, yang mengakibatkan benjolan di lehernya. Infeksi kemudian menyebar dari bagian kulit ke lapisan lendir di mulut dan tenggorokannya, dan menghasilkan sesuatu yang dikenal sebagai leishmaniasis mukosa.
Gejala penyakit ini bisa muncul dalam rentang waktu bertahun-tahun sampai beberapa dekade setelah timbulnya benjolan kulit awal. Hal ini umumnya terjadi apabila benjolan pertama tidak mendapatkan pengobatan atau pengobatannya tidak berhasil, sesuai dengan informasi yang dijelaskan oleh CDC.
Seorang dokter yang menangani pria tersebut melakukan analisis terhadap sampel benjolan kulit asli yang telah dikumpulkan lima tahun sebelumnya. Hasil analisis mengungkapkan keberadaan parasit yang berada di dalam sel - sel kulitnya.
Guna memberantas parasit, para dokter kini menerapkan resep obat miltefosine selama satu bulan untuk mengatasi leishmaniasis. Perawatan ini telah terbukti dalam mencapai proses penyembuhan secara total pada lesi mukosa dan menghilangkan gejala yang terkait.