Vietnam Banjir Picu Ribuan Rumah Terendam dan 2.000 Orang Mengungsi, Situs Bersejarah Kota Hue Juga Kebanjiran

Hujan lebat membanjiri ribuan rumah di Vietnam dan juga memblokir jalan raya. Kota kuno Hue di Vietnam, sebuah situs warisan dunia yang populer di kalangan wisatawan bahkan terendam air.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 16 Nov 2023, 09:02 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2023, 09:02 WIB
Kota kuno Hue di Vietnam. "Banjir di mana-mana", kata seorang penduduk kepada AFP. (Hai Duong / AFP)
Kota kuno Hue di Vietnam. "Banjir di mana-mana", kata seorang penduduk kepada AFP. (Hai Duong / AFP)

Liputan6.com, Hanoi - Hujan lebat membanjiri ribuan rumah di Vietnam dan juga memblokir jalan raya. Kota kuno Hue di Vietnam, sebuah situs warisan dunia yang populer di kalangan wisatawan bahkan terendam air pada Rabu 15 November 2023.

Gambar-gambar di media pemerintah menunjukkan warga menavigasi jalan-jalan yang terendam banjir Vietnam dengan perahu, sementara rumah dan mobil sebagian terendam.

"Kota ini dilanda banjir di mana-mana, dan air naik sangat cepat sejak Selasa 14 November malam," kata warga Hue, Vu An, kepada AFP yang dikutip Kamis (16/11/2023).

Vu An menambahkan bahwa listrik di kota itu juga telah padam.

Hujan deras telah mengguyur beberapa provinsi di sepanjang pantai sejak Senin 13 November.

"Lebih dari 2.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka di Provinsi Quang Tri tengah, di mana tiga orang hilang," kata pihak berwenang pada hari Rabu.

Beberapa bagian jalan raya nasional yang menghubungkan Vietnam utara dan selatan juga tertutup tanah longsor akibat banjir.

Vietnam sering dilanda cuaca buruk di musim hujan antara bulan Juni dan November. Badan perkiraan cuaca mengatakan ketinggian air mungkin tetap tinggi selama dua hari ke depan sejak Rabu, sebelum membaik pada akhir pekan ini.

Menurut data resmi, bencana alam termasuk banjir dan tanah longsor telah menyebabkan 136 orang tewas dan hilang di Vietnam tahun ini.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kejadian cuaca ekstrem secara global menjadi lebih intens dan sering terjadi akibat perubahan iklim.

Banjir Melanda New York, Picu Keadaan Darurat dan Peringatan Perjalanan

Banjir New York
Wali Kota New York Eric Adams mendesak masyarakat untuk tidak keluar rumah karena sejumlah jalanan diblokir dan stasiun kereta bawah tanah kebanjiran. (AP Photo/Jake Offenhartz)

Curah hujan tinggi juga memicu banjir yang menutup jalan-jalan, sekolah, hingga kereta bawah tanah di New York City, Amerika Serikat (AS), pada Jumat (29/9/2023).

Para ilmuwan meyakini bahwa tingginya curah hujan ini merupakan gejala perubahan iklim, di mana atmosfer yang lebih hangat bertindak seperti spons besar, yang mampu menyerap lebih banyak uap air dan kemudian memerasnya dalam semburan yang kuat sehingga dapat dengan mudah mengalahkan perlindungan terhadap banjir yang sudah ketinggalan zaman.

 "Secara keseluruhan, seperti yang kita ketahui, perubahan pola cuaca ini adalah akibat dari perubahan iklim," kata Rohit Aggarwala, Chief Climate Officer New York City dalam konferensi pers pada Jumat pagi, seperti dilansir CNN, Sabtu (30/9).

"Dan kenyataan yang menyedihkan adalah iklim kita berubah lebih cepat daripada kemampuan infrastruktur kita untuk meresponsnya."

Curah hujan setinggi 3 hingga 6 inci turun di seluruh New York City pada Jumat sore. Hujan akan lebih banyak turun sepanjang malam, namun secara bertahap akan berkurang.

Gubernur New York Kathy Hochul mengumumkan keadaan darurat untuk New York City, Long Island, dan Lembah Hudson pada Jumat pagi. Dalam wawancara dengan WNBC-TV di New York, dia mendesak warga untuk tinggal di rumah karena meluasnya kondisi perjalanan yang berbahaya.

"Ini adalah peristiwa cuaca yang sangat menantang," kata Hochul. "Ini peristiwa yang mengancam jiwa. Dan saya ingin semua warga New York memperhatikan peringatan itu agar kita bisa menjaga mereka tetap aman."

Gubernur New Jersey Phil Murphy juga mengumumkan keadaan darurat di negara bagiannya pada Jumat sore.

Sementara itu, Departemen Pemadam Kebakaran New York City menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan penyelamatan di enam ruang bawah tanah.

School Chancellor New York City David Banks mengungkapkan, air juga membanjiri 150 dari 1.400 sekolah di New York City.

Satu sekolah di Brooklyn dilaporkan terpaksa dievakuasi ketika banjir menyebabkan ketel uap sekolah mengeluarkan asap.

"Anak-anak kami aman dan kami terus memantau situasinya," kata Banks.

Selanjutnya klik di sini...

Banjir di Libya, Dampak Perubahan Iklim yang Memperparah Tragedi Kemanusiaan

Banjir
Ilustrasi Foto Banjir (iStockphoto)​

Banjir besar yang melanda wilayah timur Libya pada 11 September 2023 telah menelan ribuan korban jiwa. Merujuk pada data World Health Organization (WHO), Minggu 17 September, setidaknya 3.958 orang tewas dan 9.000 orang dinyatakan masih hilang.

Runtuhnya dua bendungan menyebabkan sekitar 30 juta meter kubik air lepas ke Kota Derna, kota-kota lain juga terdampak. Hujan ekstrem yang setara dengan curah hujan selama setahun turun dalam waktu 24 jam menjadi penyebab utamanya.

World Meteorological Organization (WMO) yang berbasis di Jenewa, Swiss, mencatat bahwa banyak wilayah di Libya menerima antara 150 hingga 240 milimeter curah hujan. Kota Al-Bayda bahkan mencatat 414,1 milimeter dalam 24 jam, mencetak rekor tertinggi.

Secara rata-rata, Derna biasanya menerima 274 milimeter hujan dalam setahun menurut German Weather Service.

Dalam sebuah diskusi dengan Nature.com seperti dikutip dalam situsnya, Senin (18/9/2023), peneliti menyebutkan bahwa bencana ini semakin memburuk karena adanya kombinasi antara perubahan iklim dan akibat dari perang saudara yang berlangsung selama enam tahun di Libya, juga krisis pemerintahan yang menyertainya.

Mark Zeitoun, direktur jenderal dari pusat penelitian Geneva Water Hub, menyebut hal ini sebagai "kutukan antara perang dan cuaca."

Sambungannya klik di sini...

7 Orang Tewas Akibat Banjir di Yunani, Turki dan Bulgaria

Ilustrasi
Ilustrasi banjir. (dok. pixabay/@hermann)

Sementara itu, hujan badai dahsyat juga sebelumnya melanda Yunani, Turki, dan Bulgaria, memicu banjir yang menyebabkan sedikitnya tujuh orang tewas, termasuk dua wisatawan yang tersapu arus deras di sebuah perkemahan di Turki.

Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya menuturkan bahwa empat orang hilang setelah banjir bandang menghantam lokasi perkemahan di Provinsi Kirklareli, dekat perbatasan dengan Bulgaria. Terdapat 12 wisatawan di lokasi kejadian saat banjir bandang terjadi.

Yerlikaya mengatakan bahwa sejauh ini tim pencari telah menemukan dua jenazah, sementara pencarian bagi orang hilang terus berlanjut.

Di Istanbul, kota terbesar di Turki, hujan deras membanjiri jalan-jalan dan rumah-rumah di dua lingkungan, menyebabkan sedikitnya dua orang tewas. Sekitar selusin orang berhasil diselamatkan setelah terdampar di dalam perpustakaan, sementara sejumlah stasiun kereta bawah tanah ditutup.

Gubernur Istanbul Davut Gul mendesak pengendara sepeda motor tetap tinggal di rumah. Demikian seperti dilansir The Guardian, Rabu (6/9/2023).

Selanjutnya di sini...

Infografis Journal
Infografis Journal  15 Negara yang Paling Rentan pada Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Trie Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya