Korea Selatan Siap Bantu Indonesia Hadapi Perubahan Iklim Via Teknologi CCS hingga Pendanaan Proyek Iklim

Kolaborasi Indonesia dan Korea dalam Teknologi CCS dapat membantu upaya dunia dalam menghadapi perubahan iklim.

oleh Therresia Maria Magdalena Morais diperbarui 01 Des 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 01 Des 2023, 16:00 WIB
Pentingnya Kolaborasi Korsel dan Indonesia dalam Teknologi CCS, Bantu Upaya Global Hadapi Perubahan Iklim
Kolaborasi Indonesia dan Korea dalam Teknologi CCS dapat membantu upaya dunia dalam menghadapi perubahan iklim. (Liputan6/Therresia Maria Magdalena Morais)

Liputan6.com, Jakarta - Isu perubahan iklim menjadi tantangan yang besar bagi wilayah Asia Pasifik, khususnya Indonesia. Kondisi tersebut disebabkan oleh jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, sehingga berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca yang merugikan lingkungan.

Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) dianggap sebagai cara yang efektif untuk mengurangi jumlah gas rumah kaca dengan menangkap karbon dioksida (CO2) dari proses industri, terutama di pembangkit listrik, lalu menyimpannya dengan aman di dalam tanah.

Jiro Tominaga, Direktur Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia, menyebut tentang kolaborasi antara pihaknya dan lembaga di Indonesia dalam teknologi penangkapan karbon.

"Melalui penelitian dan kolaborasi dengan lembaga di Indonesia, kami telah mengidentifikasi peluang dan mendukung pengembangan keahlian dalam teknologi penangkapan karbon," ujar Jiro dalam forum kerja sama Korea-Indonesia dalam rangka peringatan 50 tahun hubungan diplomatik dengan RI bertajuk “Together for The Future K-Wave and I-Wave" di Hotel Mulia Senayan Jakarta, Kamis (30/11/2023).

Selain itu, Jiro mengungkapkan tentang pentingnya kolaborasi dengan ahli Korea untuk melawan perubahan iklim.

"Kolaborasi dengan para ahli Korea juga membantu dalam mengeksplorasi potensi keterkaitan antara sistem perdagangan karbon Korea-Indonesia, yang akan menjadi aspek kunci dalam upaya global melawan perubahan iklim," jelas Jiro.

Jiro kemudian mengungkapkan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menyokong pendanaan proyek terkait iklim untuk Indonesia.

"Kami telah berkomitmen untuk mendanai proyek-proyek terkait iklim antara tahun 2019 dan 2030, serta mengalokasikan sumber daya tambahan untuk membantu pembangunan di Indonesia," tutur Jiro.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Komersialisasi CCUS, Langkah Mengurangi Emisi Karbon

Pentingnya Kolaborasi Korsel dan Indonesia dalam Teknologi CCS, Bantu Upaya Global Hadapi Perubahan Iklim
Kolaborasi Indonesia dan Korea dalam Teknologi CCS dapat membantu upaya dunia dalam menghadapi perubahan iklim. (Liputan6/Therresia Maria Magdalena Morais)

Cho Won-dong, penasihat karbon Korea, membahas tentang komersialisasi CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage), teknologi inovatif yang mampu menangkap emisi karbon dioksida (CO2) dari sektor industri dan pembangkit listrik, menghindarkan pelepasan gas tersebut ke atmosfer.

Menurutnya, ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam komersialisasi CCUS, yaitu:

  1. Biaya penangkapan karbon yang cukup kompetitif
  2. Lokasi penyimpanan yang cukup dekat dalam batas negara
  3. Perdagangan Certified Emission Reduction (CER) secara internasional

Ia berkata bahwa tiga hal itu harus diperhatikan karena menurutnya hal itu berpengaruh untuk mengurangi emisi karbon yang menjadi tantangan yang besar.

"Kita harus memerangi emisi karbon, ini sudah menjadi tantangan yang besar," ujar Cho Won-dong.


Hambatan dan Solusi Menuju Dampak Positif terhadap Lingkungan

Pentingnya Kolaborasi Korsel dan Indonesia dalam Teknologi CCS, Bantu Upaya Global Hadapi Perubahan Iklim
Kolaborasi Indonesia dan Korea dalam Teknologi CCS dapat membantu upaya dunia dalam menghadapi perubahan iklim. (Liputan6/Therresia Maria Magdalena Morais)

Sementara Zaky Naufal, Partnership and Offset Solution Lead Fairatmos, menyoroti beberapa masalah yang menghambat manusia dalam menghasilkan dampak positif bagi lingkungan.

"Ada beberapa masalah utama yang masih dihadapi oleh kita semua. Banyak perusahaan, komunitas, dan individu merasa bingung mengenai langkah awal karena ketidakpastian dalam memilih saluran dan media yang tepat untuk menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan," tutur Zaky.

Masalah yang kedua yang disebutkan oleh Zaky adalah tentang investasi yang memerlukan biaya tinggi.

"Masalah kedua yang kita temui adalah bahwa berinvestasi dalam proyek-proyek untuk mendukung perkotaan dan berkontribusi pada kesejahteraan memiliki biaya awal yang tinggi serta memerlukan investasi besar."

Selanjutnya Zaky menyebutkan tentang greenwashing, "Ada skeptisisme terhadap beberapa upaya yang dianggap sebagai greenwashing dalam inisiatif keberlanjutan."

Oleh karena itu, Zaky menilai bahwa transparansi, kejujuran, dan kejelasan memegang peran penting dalam semua upaya terkait karbon dan keberlanjutan yang dilakukan.

INFOGRAFIS JOURNAL_ Eksploitasi Alam dan Polusi Udara Berdampak pada Krisis Iklim?
INFOGRAFIS JOURNAL_ Eksploitasi Alam dan Polusi Udara Berdampak pada Krisis Iklim? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya