Liputan6.com, Dearborn - Komunitas Arab di Amerika Serikat (AS) tidak puas atas sikap Presiden Joe Biden terkait invasi Israel di Jalur Gaza. Di tahun politik ini, mereka pun ogah bertemu Biden saat kampanye.
Dilaporkan VOA Indonesia, Sabtu (28/1/2024), Biden direncanakan akan mengunjungi negara bagian Michigan pada minggu depan. Presiden dijadwalkan akan menggelar serangkaian pertemuan termasuk dengan anggota Serikat Pekerja Otomotif Bersatu (United Auto Workers Union) dan mungkin dengan komunitas Arab Amerika, kata para peserta dan sumber-sumber.
Baca Juga
Akan tetapi, sekelompok pemimpin Arab Amerika di kota Dearborn memilih untuk tidak hadir dalam pertemuan dengan manajer kampanye Presiden Joe Biden.
Advertisement
Ahmad Chebbani, salah satu pendiri dan ketua Kamar Dagang Arab Amerika, mengatakan kepada Reuters bahwa mayoritas dari 15 pemimpin komunitas Arab memutuskan tidak hadir pada undangan pertemuan dengan manajer kampanye Joe Biden, Julie Chavez Rodriguez.
Keengganan itu dilatarbelakangi oleh rasa frustrasi dan kemarahan mereka terhadap Biden karena dia tidak menyerukan dilakukannya gencatan senjata dalam serangan Israel di Gaza.
"Kami tidak tertarik. Hanya ketika gencatan senjata telah diumumkan dan masyarakat Gaza sudah terurus, maka diskusi akan menjadi hal yang tepat," kata Chebbani.
Tim kampanye Biden belum memberikan komentar. Juru bicara Gedung Putih menolak mengonfirmasi perjalanan atau acara Biden di Michigan.
Upaya Biden Menjangkau Pemilih
Sebuah sumber yang mengetahui kampanye tersebut mengatakan bahwa Rodriguez bertemu dengan para pejabat terpilih setempat dan para pemimpin dari komunitas Arab Amerika, Amerika Palestina, Latino dan Kulit Hitam di Michigan pada minggu ini.
Pertemuan tersebut merupakan upaya tim Biden untuk menjangkau konstituen penting di negara-negara bagian kunci.
Insiden tersebut terjadi di tengah keresahan yang lebih luas atas perang di Gaza. Mayoritas warga Amerika Serikat (AS) mendukung gencatan senjata, dan pidato Biden sering diwarnai oleh pengunjuk rasa.
Dukungan Biden terhadap Israel dapat membuatnya kehilangan suara di negara-negara bagian yang menjadi kantong perolehan suara seperti Michigan.
Di wilayah tersebut, warga AS keturunan Arab memperoleh 5 persen suara dan margin kemenangan Biden atas mantan presiden Donald Trump kurang dari 3 persen. Jajak pendapat yang dilakukan pada Oktober menunjukkan dukungan terhadap Biden di kalangan Arab Amerika anjlok menjadi 17 persen dari 59 persen pada 2020.
Advertisement
Wali Kota Dearborn Ogah Hadir
Israel mulai menyerang Gaza pada Oktober setelah Hamas menyerbu Israel, menewaskan 1.200 orang dan menculik lebih dari 240 orang. Di sisi lain, pengeboman Israel menewaskan lebih dari 26.000 warga Palestina dan membuat sebagian besar penduduk Jalur Gaza kehilangan tempat tinggal.
Wali Kota Dearborn Abdullah Hammoud mengatakan dia juga tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan yang diselenggarakan pada Jumat (26/1) itu. “Saya tidak akan melayani pembicaraan mengenai pemilu ketika kita menonton siaran langsung genosida yang didukung oleh pemerintah kita,” tulis Hammoud di X.
“Kehidupan rakyat Palestina tidak diukur dengan jumlah jajak pendapat… Ketika pejabat terpilih memandang kekejaman di Gaza hanya sebagai masalah pemilu, mereka menjadikan penderitaan kami yang tak terlukiskan menjadi perhitungan politik,” tulisnya.
Mahkamah Internasional, Jumat (26/1), memerintahkan Israel untuk mencegah tindakan genosida terhadap warga Palestina dan berbuat lebih banyak untuk membantu warga sipil. Namun mahkamah peradilan tersebut tidak memerintahkan Israel untuk melakukan gencatan senjata seperti yang diminta oleh penggugat, Afrika Selatan.
Chebbani mengatakan dia tidak berminat bertemu dengan Biden selama kunjungannya ke Michigan.
“Dia belum menunjukkan bahwa dia adalah orang yang berani melawan genosida. Kecuali dia menyerukan gencatan senjata, (jadi) kami tidak melihat ada gunanya diskusi itu,” katanya.
Seorang sumber yang berasal dari tim kampanye Biden mengatakan pertemuan itu adalah bagian dari dialog yang sedang berlangsung dengan kelompok-kelompok konstituen inti, dan tim kampanye akan terus “melakukan dialog yang bijaksana dengan kelompok-kelompok tersebut.”