Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Dewan Kerja Sama untuk Negara Arab di Teluk (GCC) melaksanakan Perundingan Putaran Kedua Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-GCC (I-GCC FTA).
Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan Johni Martha mengungkapkan, perundingan putaran kedua ini membahas sejumlah isu dan berhasil memperoleh kemajuan substantif.
Advertisement
Baca Juga
Pertemuan ini juga membahas percepatan penyelesaian perundingan yang ditargetkan mencapai kesepakatan substantif pada akhir 2025.
Advertisement
"Dengan mengupayakan yang terbaik pada setiap isu runding, perundingan I-GCC FTA diharapkan dapat mencapai kesepakatan substantif pada 2025. Terlebih, perundingan I-GCC FTA menjadi salah satu program prioritas nasional tahun ini," ujar Johni dalam keterangan tertulis, Selasa (11/2/2025).
Johni melanjutkan, beberapa kemajuan yang berhasil dicapai di antaranya mencakup isu perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, hambatan teknis perdagangan.
Selain itu, kemajuan lainnya yakni ketentuan asal barang, prosedur-prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, sanitari dan fitosanitari, kerjasama ekonomi, ekonomi Islam, serta hak kekayaan intelektual.
"Perundingan kali ini, Indonesia dan GCC berhasil mencapai kesepakatan pada sanitari dan fitosanitari. Di sisi lain, dalam pembahasan teks lainnya, kedua pihak mencapai kemajuan signifikan dengan capaian 45 persen untuk 16 isu runding lainnya dalam kerangka I-GCC FTA," terang Johni.
Gulf Cooperation Council (GCC) merupakan organisasi perjanjian perdagangan regional di kawasan teluk Persia. Negara-negara anggota GCC, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Oman.
I-GCC FTA ini merupakan upaya untuk dapat memperluas akses pasar dengan kawasan Timur Tengah atau Teluk Persia. Mitra dagang utama Indonesia di GCC adalah UAE dan Arab Saudi.
Berdasarkan hasil analisis Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag), kerja sama liberalisasi perdagangan Indonesia-GCC berpotensi meningkatkan ekspor Indonesia pada sektor peralatan elektronik (electrical equipment) sebesar 33,86 persen, kulit (leather) sebesar 29,3 persen, produk logam (metal product) sebesar 28 persen, dan produsen lainnya (other manufacturing) sebesar 27,7 persen.
Â
Target Pemetaan Penawaran Awal
Lebih lanjut, Johni menambahkan, pada perundingan berikutnya, kedua pihak ditargetkan dapat menyelesaikan pemetaan penawaran awal (initial offer) dan perhitungannya. Perundingan putaran ketiga akan dilaksanakan di Indonesia pada semester kedua 2025.
"Target kami dalam perundingan putaran selanjutnya, baik Indonesia maupun GCC, yaitu selesai memetakan initial offer. Tujuannya, agar dapat melihat dan memperhitungkan secara keseluruhan keuntungan yang dapat diperoleh dan dimanfaatkan Indonesia dalam memaksimalkan pembebasan bea masuk di negara-negara Kawasan Teluk," tegas Johni.
Adapun perundingan I-GCC FTA diluncurkan pada 31 Juli 2024. Perundingan Putaran Pertama berlangsung di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta pada 9-13 September 2024. Perundingan ini merupakan perjanjian ketiga Indonesia dengan mitra dagang di Kawasan Timur Tengah.
Â
Advertisement
Perjanjian Dagang I-UAE CEPA
Sebelumnya, Indonesia telah memiliki perjanjian Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-UAE CEPA) dan Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (PTA).
Pada 2023, total perdagangan Indonesia dan GCC mencapai USD 15,7 miliar. Ekspor Indonesia ke GCC pada 2023 mencapai USD 6,1 miliar, sementara impor Indonesia dari GCC sebesar USD 9,6 miliar.
Komoditas ekspor andalan ekspor nonmigas Indonesia ke GCC, di antaranya mobil dan kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, perhiasan, kapal suar, kertas, dan kertas karton tidak dilapisi.
Sedangkan komoditas impor utama nonmigas Indonesia dari GCC, yaitu produk setengah jadi dari besi atau baja bukan paduan, alkohol asiklik, belerang, polimer dari etilena, dan aluminium tidak ditempa.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)