Mengenal Kategori Euthanasia yang Dijalani Eks PM Belanda dan Istrinya

Euthanasia merupakan prosedur suntik mati atau tindakan untuk mengakhiri hidup secara sengaja. Euthanasia bertujuan untuk menghilangkan penderitaan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 01 Mar 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2024, 01:00 WIB
Pro-Kontra Euthanasia
Pro-Kontra Euthanasia

Liputan6.com, Jakarta - Istilah euthanasia viral di laman media sosial TikTok setelah eks Perdana Menteri (PM) Belanda, Dries van Agt melakukan prosedur tersebut pada 5 Februari 2024 lalu. Dilaporkan BBC pada Minggu (18/02/2024), Mantan PM Belanda tersebut memutuskan untuk melakukan euthanasia bersama istrinya, Eugenie, di rumah mereka, di Nijmegen.

Euthanasia merupakan prosedur suntik mati atau tindakan untuk mengakhiri hidup secara sengaja. Euthanasia bertujuan untuk menghilangkan penderitaan.

Prosedur suntik mati ini memang menuai kontra, namun negara Belanda melegalkan prosedur tersebut. Melansir laman Government of the Netherlands pada Selasa (27/02/2024), euthanasia dilakukan dengan cara yang tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal.

Euthanasia sering dilakukan pada penderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Euthanasia juga sering dikenal dengan istilah suntik mati. Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata eu berarti baik, dan thanatos berarti mati.

Oleh karena itu Euthanasia sering disebut juga dengan mercy killing, a good death, atau enjoy death (mati dengan tenang). Ada banyak aspek yang dipertimbangkan dalam pelaksanaan euthanasia, mulai dari kondisi kejiwaan atau psikologi pasien, keyakinan yang dianut pasien dan dokter, kode etik kedokteran, hingga hukum yang berlaku di masing-masing negara.

 

Harus Melaporkan

Frank Van Den Bleeken memohon euthanasia, hak untuk mati
Frank Van Den Bleeken memohon euthanasia, hak untuk mati (www.nieuwsblad.be)

Di Belanda, seorang yang dokter melakukan eutanasia harus melaporkan hal tersebut kepada ahli patologi kota. Baik dokter maupun ahli patologi kota harus melaporkan kasus ini kepada komite peninjau eutanasia wilayah.

Jika panitia menemukan bahwa dokter yang melapor itu tidak bertindak dengan hati-hati, maka panitia akan merujuk kasus tersebut ke Inspektorat Layanan Kesehatan (IGZ) dan Kejaksaan (OM). Pihak-pihak tersebut dapat memutuskan akan menuntut dokter tersebut atau tidak.

Namun, secara umum permintaan ‘suntik mati’ bisa dilakukan oleh keluarga terdekat atau pengidap itu sendiri. Ada lima jenis kategori euthanasia yang dapat dilakukan.

1. Euthanasia Sukarela (Voluntary)

Euthanasia sukarela terjasi saat pengidap dengan akal sehatnya menyetujui ‘suntik mati’. Sebelum melakukan prosedur, ia sepenuhnya mengetahui kondisi penyakit dan mengerti risiko terkait pilihan pengobatannya.

Pengidap menyetujui keputusan ini dengan segala risiko dan pertimbangan yang panjang. Cara ini berdasarkan keinginan pribadi, bukan paksaan atau pengaruh dari orang lain.

 

Non-sukarela

Ingin Meninggal Bersama, Pasangan Ini Minta Disuntik Mati
Ilustrasi suntik mati (Independent.com.mt)

2. Euthanasia Non Sukarela (Non Voluntary)

Keputusan ‘suntik mati’ nonsukarela ini berdasarkan kesepakatan dari keluarga terdekat. Pengidap menempuh euthanasia non sukarela karena ia benar-benar tidak sadarkan diri atau lumpuh secara permanen.

Prosedur ini bisa pula dilakukan atas permintaan dari pengidap saat ia masih sadar. Misalnya pihak keluarga menyampaikan pernyataan pengidap jika kondisinya mendadak kritis.

3. Euthanasia Involunter

Prosedur ‘suntik mati’ ini adalah kondisi saat pengidap bisa membuat keputusan, namun tidak mau melakukannya. Dengan kata lain, ia masih ingin hidup dan berjuang melawan penyakitnya.

Jika prosedurnya tetap dilakukan, ini bisa dikatakan sebagai praktik pembunuhan. Sebab, euthanasia involunter dilakukan tanpa seizin pengidap.

4. Euthanasia Aktif

Prosedur euthanasia aktif adalah situasi ketika tim medis bertindak langsung untuk mengakhiri hidup pengidap. Misalnya dengan memberi obat dalam dosis tinggi.

 

Pasif

Marieke Vervoort, atlet paralimpik asal Belgia.
Marieke Vervoort, atlet paralimpik asal Belgia yang melakukan euthanasia. (Source: AP/ Kyodo)

5. Euthanasia Pasif

Prosedur ini dilakukan ketika tim medis secara tidak langsung mengakhiri hidup pengidap. Caranya dilakukan dengan menghentikan atau membatasi perawatan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Selain itu, euthanasia pasif bisa terjadi akibat peningkatan dosis obat yang diresepkan. Pemberian dosis yang semakin tinggi menimbulkan efek racun pada pengidap dari waktu ke waktu.

Sementara itu, PM Belanda Dries van Agt dan memilih mati bersama istrinya Eugenie lewat suntikan euthanasia bersama. Keduanya, yang sama-sama berusia 93 tahun.

Dilaporkan keduanya bergandengan tangan saat hembuskan napas terakhir. Kondisi kesehatan Van Agt dan istrinya memang terus menurun selama beberapa waktu, sebelum kemudian memilih mati bersama.

Van Agt yang merupakan PM Belanda pada 1977 hingga 1982. Ia dilaporkan mengalami pendarahan otak pada 2019, saat memberikan pidato untuk acara penghargaan kepada rakyat Palestina.

Sejak mengalami hal tersebut, ia tak pernah lagi pulih. Van Agt dan istrinya sangat sakit, tapi tak bisa hidup tanpa yang lainnya.

Hal itulah yang kemudian membuat keduanya memutuskan memilih suntikan euthanasia bersama. Duo euthanasia, atau dua orang menerima suntikan bersama secara simultan, masih sangat jarang di Belanda.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya