Geng Kriminal Bersenjata Perluas Target Serangan di Ibu Kota Haiti

Kekerasan geng kriminal bersenjata terus berlanjut, diperparah fakta bahwa kepolisian nasional Haiti kekurangan tenaga dan kalah bersaing.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 21 Mar 2024, 10:01 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2024, 10:01 WIB
Warga melarikan diri dari kekerasan geng kriminal bersenjata di di ibu kota Haiti.
Warga melarikan diri dari kekerasan geng kriminal bersenjata di di ibu kota Haiti. (Dok. Richard Pierrin/ AFP)

Liputan6.com, Port-au-Prince - Geng-geng kriminal bersenjata melancarkan serangan baru di pinggiran Port-au-Prince pada Rabu (20/3/2024) pagi, dengan tembakan keras bergema di komunitas yang dulunya damai di dekat ibu kota Haiti.

Jurnalis AP melaporkan melihat setidaknya lima mayat di dalam dan sekitar pinggiran kota, sementara geng-geng memblokir pintu masuk ke sejumlah daerah.

Orang-orang di komunitas yang diserang menghubungi stasiun radio untuk meminta bantuan dari kepolisian nasional Haiti, yang masih kekurangan tenaga dan kalah bersaing dengan geng-geng tersebut. Di antara komunitas yang menjadi sasaran pada dini hari adalah Petion-Ville, Meyotte, Diegue dan Metivier.

"Ketika saya bangun untuk berangkat kerja, saya tidak bisa pergi karena lingkungan sekitar berada di tangan para bandit," kata Samuel Orelus, seperti dilansir AP, Kamis (21/3). "Mereka berjumlah sekitar 30 orang dengan senjata berat. Jika masyarakat setempat melakukan mobilisasi, kami dapat menghancurkan mereka, namun mereka bersenjata lengkap, dan tidak ada yang dapat kami lakukan."

Serikat polisi SYNAPOHA menuturkan, pada Rabu sore, korban lain telah dilaporkan, yaitu seorang petugas polisi terbunuh di siang hari bolong di lingkungan Port-au-Prince yang dikenal sebagai Delmas 72.

Sementara serangan berlanjut, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (Kemlu AS) pada Rabu mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan evakuasi pertama warga AS dari Port-au-Prince. Lebih dari 15 warga AS diterbangkan ke Santo Domingo, ibu kota Republik Dominika.

"Lebih dari 30 warga AS akan dapat meninggalkan Port-au-Prince setiap hari dengan menggunakan penerbangan helikopter yang diselenggarakan pemerintah AS," sebut Kemlu AS.

"Kami akan terus memantau permintaan bantuan dari warga AS untuk meninggalkan Haiti secara real-time."

Pada hari Minggu (17/3), Kemlu AS mengevakuasi lebih dari 30 warga AS dari kota pesisir Cap-Haitien di Haiti utara ke Bandara Internasional Miami.

"Kami berharap kondisi ini akan memungkinkan kembalinya sarana komersial bagi orang-orang untuk melakukan perjalanan dari Haiti dalam waktu dekat. Kami dan komunitas internasional serta pihak berwenang Haiti berupaya mewujudkan hal tersebut," kata Kemlu AS.

Belasan Ribu Kehilangan Tempat Tinggal

Protes Haiti
Sementara itu sebuah kelompok aktivis hak asasi manusia (HAM) mendesak komunitas dunia internasional untuk segera turun tangan dan ikut mengakhiri kekerasan yang dilakukan oleh geng-geng kriminal di Haiti. (Richard PIERRIN/AFP)

Pada hari Rabu pula, sebuah pesawat yang disewa oleh Departemen Manajemen Darurat Florida mengevakuasi 14 warga Florida, termasuk anak-anak, keluar dari Haiti. Demikian disampaikan direktur eksekutif lembaga negara tersebut Kevin Guthrie.

"Lebih dari 300 warga Florida berada di Haiti dan operasi yang disponsori Florida berupaya untuk mengeluarkan mereka ... meskipun ada hambatan birokrasi dari pemerintah AS dan ancaman keselamatan di Haiti," kata Guthrie pada konferensi pers, di mana dia didampingi oleh Gubernur Florida Ron DeSantis.

Serangan pada hari Rabu di beberapa bagian Port-au-Prince terjadi dua hari setelah geng-geng kriminal bersenjata mengamuk di lingkungan kelas atas Laboule dan Thomassin di Petion-Ville, yang menewaskan sedikitnya selusin orang.

Kekerasan geng kriminal bersenjata telah memaksa penutupan bank, sekolah dan bisnis di seluruh Petion-Ville, yang hingga saat ini sebagian besar terhindar dari serangan yang dilakukan geng-geng tersebut pada 29 Februari.

Orang-orang bersenjata membakar kantor polisi, memaksa penutupan bandara internasional utama Haiti, dan menyerbu dua penjara terbesar, yang mengakibatkan kaburnya lebih dari 4.000 narapidana pada hari itu. Puluhan orang tewas dan sekitar 17.000 lainnya kehilangan tempat tinggal akibat kekerasan tersebut.

Menanti Pemimpin Baru

Protes Haiti
Geng dengan aksi kekerasan telah berbuat sangat keji, dengan rincian aksi seperti pemerkosaan dan pembunuhan brutal yang terjadi di ibu kota negara yang sedang bermasalah itu. (Richard PIERRIN/AFP)

Di tengah kekerasan yang masih terjadi, para pemimpin Karibia bergegas membantu membentuk dewan presidensial transisi yang akan bertanggung jawab untuk menunjuk perdana menteri sementara dan dewan menteri.

Seorang pejabat tinggi blok perdagangan regional CARICOM yang tidak berwenang berbicara kepada media mengatakan kepada AP pada Rabu malam bahwa Partai Pitit Desalin yang dipimpin Jean-Charles Moise menerima menjadi anggota dewan yang memiliki hak suara setelah awalnya menolak kursi. Partai tersebut merupakan partai terakhir yang bertahan, yang berarti bahwa dewan beranggotakan sembilan orang tersebut kini telah sepenuhnya terbentuk, meskipun anggota-anggotanya belum diungkapkan kepada publik.

Moise baru-baru ini membentuk aliansi dengan Guy Philippe, mantan pemimpin pemberontak yang membantu menggulingkan mantan Presiden Jean-Bertrand Artistide dan dipulangkan ke Haiti pada November setelah menjalani hukuman di penjara AS usai mengaku bersalah melakukan pencucian uang.

Perdana Menteri Ariel Henry, yang dilarang masuk ke Haiti, mengatakan dia akan mengundurkan diri setelah dewan tersebut terbentuk

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya