Liputan6.com, Gaza - Jalur Gaza bagian selatan berada di bawah pemboman hebat Israel semalaman, meskipun ada tekanan internasional untuk segera melakukan gencatan senjata di wilayah Palestina di mana kelaparan sedang mengancam.
Bola api menerangi langit malam di kota selatan Rafah, pusat kota terakhir di Gaza yang belum diserang oleh pasukan darat Israel. Sekitar 1,5 juta orang berdesakan di wilayah tersebut, banyak yang mengungsi ke selatan menuju perbatasan dengan Mesir.
Baca Juga
Suara ledakan juga terdengar dan asap terlihat membubung di Kota Gaza di utara, tempat pasukan Israel menyerang rumah sakit terbesar di kota itu selama lebih dari seminggu.
Advertisement
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan pada Rabu (27/3) pagi bahwa 66 orang tewas dalam semalam, termasuk tiga orang tewas dalam serangan udara Israel di dan sekitar Rafah.
Pertempuran terus berlanjut dua hari setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pertamanya yang menyerukan "gencatan senjata segera" dan mendesak pembebasan sekitar 130 sandera yang menurut Israel masih berada di Gaza, termasuk 34 tawanan yang diperkirakan tewas.
Pasukan Israel juga mengepung dua rumah sakit di Khan Younis, di mana kementerian kesehatan mengatakan 12 orang, termasuk beberapa anak-anak, tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah kamp pengungsi.
Bulan Sabit Merah Palestina telah memperingatkan bahwa ribuan orang terjebak di rumah sakit Nasser di Khan Younis dan “nyawa mereka dalam bahaya”.
Kelaparan Akibat Ulah Manusia
Menggarisbawahi keputusasaan warga sipil yang terjebak dalam pertempuran tersebut, Hamas telah meminta negara-negara donor untuk menghentikan pengiriman udara mereka setelah 12 orang tenggelam saat mencoba mengambil kembali bantuan makanan yang diterjunkan dari laut lepas pantai Mediterania Gaza.
“Orang-orang sekarat hanya untuk mqendapatkan sekaleng tuna," kata seorang warga Gaza, Mohammad al-Sabaawi kepada AFP, sambil memegang kaleng di tangannya setelah berebut paket bantuan.
Hamas juga menuntut agar Israel mengizinkan lebih banyak truk bantuan memasuki wilayah tersebut, yang menurut PBB berada di ambang “kelaparan akibat ulah manusia” setelah hampir enam bulan dikepung Israel.
Perang Israel telah menghancurkan infrastruktur Gaza dan lembaga-lembaga bantuan mengatakan seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,4 juta jiwa kini membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Badan pendanaaan anak-anak dari PBB, UNICEF, mengatakan lebih banyak bantuan harus disalurkan ke Gaza melalui jalan darat dibandingkan melalui udara atau laut untuk mencegah “kelaparan yang akan segera terjadi".
Juru bicara UNICEF James Elder mengatakan bantuan yang diperlukan "hanya berjarak beberapa kilometer” dengan truk berisi bantuan yang menunggu di perbatasan selatan Gaza dengan Mesir.
Advertisement
Mengupayakan Bantuan Darat
Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan terus berupaya untuk mendapatkan bantuan melalui jalan darat, namun juga mengatakan akan terus melanjutkan pengiriman bantuan melalui udara.
Adapun rekaman AFPTV menunjukkan kerumunan orang yang bergegas menuju paket bantuan pada hari Selasa dijatuhkan dengan parasut dari pesawat yang dikirim oleh Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab dan Jerman.
Pengeboman kejam Israel telah menewaskan sedikitnya 32.414 orang di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan.
Gaza yang terkepung sangat membutuhkan bantuan dan Amerika Serikat mengatakan akan terus mengirimkan bantuan melalui udara, meskipun ada permintaan dari Hamas untuk menghentikan praktik tersebut setelah kelompok tersebut mengatakan 18 orang tewas saat mencoba mendapatkan paket makanan.
Sekjen PBB Kecam Penahanan Bantuan yang Hendak Masuk ke Gaza
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengecam upaya penghalangan truk bantuan ke Gaza di perbatasan Mesir. Ia mengatakan, hal itu ia sampaikan saat melakukan kunjungan ke Rafah pada Sabtu (23/3/2024).
Guterres menyatakan bahwa saatnya bagi Israel untuk menunjukkan komitmen terhadap akses tanpa hambatan terhadap barang-barang kemanusiaan di seluruh Gaza. Dia juga mendesak untuk segera dilakukan gencatan senjata kemanusiaan dan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.
PBB akan terus bekerja sama dengan Mesir untuk memperlancar aliran bantuan ke Gaza, ungkapnya kepada wartawan di depan pintu masuk bantuan, yaitu gerbang penyeberangan Rafah, dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (25/3).
“Di sini, dari penyeberangan ini, kita melihat betapa patah hati dan tidak berperasaannya pihak tersebut. Antrean panjang truk bantuan terhalang di satu sisi gerbang, dan bayangan panjang kelaparan di sisi lain,” katanya.
"Ini lebih dari sekedar tragis. Ini adalah kecaman moral."
Kunjungan Guterres terjadi ketika Israel menghadapi tekanan global untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, yang hancur akibat perang lebih dari lima bulan antara Israel dan Hamas.
Israel mengancam akan melakukan operasi militer besar di Kota Rafah di selatan Gaza, tepat di seberang perbatasan dari Mesir, meskipun dunia internasional menentang rencana itu.
Mayoritas dari 2,3 juta penduduk Gaza berlindung di sekitar Rafah. Meskipun kondisi di bagian utara Jalur Gaza lebih buruk, penderitaan warga sipil di seluruh wilayah tersebut telah memburuk dengan tajam seiring dengan berlanjutnya konflik.
Advertisement