AS dan Sekutunya Dorong Pembentukan Panel Pemantau Sanksi Korea Utara

Amerika Serikat dan sekutunya mendorong pembentukan panel ahli multinasional untuk memastikan penegakan sanksi terhadap Korea Utara.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 17 Apr 2024, 17:05 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2024, 17:05 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) sedang memeriksa pangkalan pelatihan operasional besar di wilayah barat Rakyat Korea Tentara ( KPA) di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara. Gambar diambil 6 Maret 2024 dan dirilis KCNA 7 Maret. (AFP/KCNA)
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) sedang memeriksa pangkalan pelatihan operasional besar di wilayah barat Rakyat Korea Tentara ( KPA) di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara. Gambar diambil 6 Maret 2024 dan dirilis KCNA 7 Maret. (AFP/KCNA)

Liputan6.com, Seoul - Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang mendorong pembentukan panel ahli multinasional untuk memastikan penegakan sanksi terhadap Korea Utara.

Hal ini dilakukan setelah Rusia dan China menggagalkan kegiatan pemantauan di badan dunia tersebut, dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (17/4/2024).

Dorongan ini muncul setelah Rusia menolak pembaruan tahunan panel ahli PBB yang selama 15 tahun terakhir memantau penerapan sanksi yang bertujuan untuk mengekang program nuklir dan rudal Korea Utara.

Sementara itu, Tiongkok abstain dalam pemungutan suara tersebut.

Panel baru yang diharapkan bertujuan untuk melanjutkan pekerjaan entitas PBB dan akan dioperasikan oleh Washington, Seoul dan Tokyo dan diikuti oleh negara-negara serupa termasuk Australia, Selandia Baru dan beberapa negara Eropa, kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya karena sensitivitas diplomatik.

“Panel PBB menghadapi beberapa kesulitan karena anggota Tiongkok dan Rusia sering mencoba untuk mempermudah dugaan penghindaran sanksi oleh Korea Utara,” kata seorang pejabat senior pemerintah Korea Selatan.

Tim seperti itu kemungkinan besar tidak memiliki legitimasi internasional yang diberikan untuk operasi yang didukung PBB, namun akan mampu memantau Korea Utara dengan lebih efektif, kata pejabat itu.

Seoul lebih suka meluncurkan mekanisme tersebut di antara sekutu dan sahabatnya, namun ada kemungkinan bahwa mereka akan mencari dukungan formal melalui Majelis Umum PBB (UNGA), kata pejabat senior lainnya.

Tim tersebut mungkin juga diberi mandat untuk memantau implementasi resolusi mengenai situasi hak asasi manusia di Korea Utara yang diadopsi oleh Dewan Keamanan, Majelis Umum PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB, kata sumber ketiga.

AS Libatkan Korea Selatan dan Jepang

Ilustrasi Korea Utara dan Korea Selatan
Ilustrasi Korea Utara dan Korea Selatan. (Dok. Pixabay/kirill_makes_pics)

Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield, ketika ditanya pada Rabu (17/4) tentang pembentukan panel ahli baru, mengatakan dia akan terlibat dengan Korea Selatan dan Jepang untuk mengembangkan opsi baik di dalam maupun di luar PBB.

"Intinya di sini adalah kita tidak bisa membiarkan pekerjaan yang telah dilakukan panel ahli terhenti," katanya pada konferensi pers di Seoul.

Moskow dan Beijing telah menyerukan agar sanksi terhadap Korea Utara dikurangi sebagai cara untuk memulai perundingan diplomatik dan meringankan penderitaan kemanusiaan di negara miskin tersebut.

Thomas-Greenfield, yang mengunjungi perbatasan Korea pada Selasa, mendesak Rusia dan Tiongkok untuk mengubah arah, dan berhenti memberikan penghargaan atas perilaku buruk Korea Utara dan melindunginya dari sanksi untuk menghindari aktivitas.

Infografis Duka untuk Korban Tewas Tragedi Halloween Itaewon Korea Selatan
Infografis Duka untuk Korban Tewas Tragedi Halloween Itaewon Korea Selatan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya