Liputan6.com, Jakarta - Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert Blake menilai ada kekhawatiran penyalahgunaan AI Deepfake pada pemilu AS pada November 2024. Ditambah lagi kecanggihan teknologi yang kian berkembang bisa menjadi ancaman.
Meski demikian, Robert Blake menyebut kecanggihan AI Deepfake bisa ditanggulangi dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang.
“Menurut saya, kini sudah banyak perusahaan teknologi yang kini mengembangkan mekanisme untuk mendeteksi upaya pemalsuan besar-besaran,” kata Blake dalam diskusi bertajuk A Conversation with Ambassador Robert Blake: Update on US Foreign Policy and Election yang diselenggarakan oleh FPCI, Senin (20/5/2024).
Advertisement
“Jadi, kita akan melihat bagaimana tim dari Joe Biden ataupun Donald Trump mengatasi penyebaran video palsu yang merugikan timnya.”
Selain itu, Robert Blake juga memaparkan bagaimana keterlibatan masyarakat mampu mengatasi risiko penyalahgunaan AI Deepfake.
“Menurut saya masyarakat sudah waspada terhadap risiko itu. Jadi saya tidak yakin itu akan terjadi.”
Di lain sisi, Robert Blake juga menyoroti bagaimana Amerika Serikat melihat pemilu presiden (Pilpres) di Indonesia yang baru saja di gelar. Ia menolak bahwa Indonesia adalah negara yang memegang isu strategis di kawasan.
“Sejauh pengetahuan kami soal masyarakat Indonesia, ada berbagai isu strategis tingkat tinggi di dunia yang membuat Indonesia penting. Pertumbuhan ekonomi, negara penting dan mitra strategis bagi AS dan tentunya merupakan negara demokrasi mayoritas Muslim terbesar.”
“Oleh karena itu kami mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto terpilih sebagai presiden Indonesia.”
Isu Hak Aborsi Jadi Kampanye Utama Menjelang Pilpres Amerika Serikat 2024
Isu aborsi kini menjadi kampanye penting di setiap negara bagian, dan diperkirakan akan mendominasi tema kampanye Pemilu di Amerika tahun depan.
Negara bagian Ohio sedang melakukan pemungutan suara untuk pemilihan tingkat kota dan county (distrik setingkat kabupaten) saat ini. Diperkirakan jumlah pemilih yang datang ke bilik suara, akan lebih banyak dari biasanya, seiring dimulainya pemungutan suara bukan tingkat federal yang mendapat perhatian besar di Ohio. Salah satu pendorongnya adalah karena akses terhadap aborsi ikut masuk dalam kertas suara, dengan apa yang disebut sebagai Issue 1.
Issue 1 adalah usulan amandemen konstitusi yang akan memberi setiap orang “hak untuk membuat dan melaksanakan keputusan reproduksinya sendiri.”
Ditemui di luar Dewan Pemilihan Umum Franklin County, Linda Debard, seorang warga Columbus, Ohio menyampaikan pandangannya. “Saya rasa ini bukan urusan siapa pun, melainkan keluargalah yang menentukan pilihan reproduksi mereka sendiri,” kata dia.
Debard dan para pendukung Issue 1 lainnya berpendapat, bahwa keputusan terkait aborsiharus berada di tangan perempuan dan keluarganya, dokter, dan pemuka agama, dan tidak diatur oleh pemerintah, dikutip dari laman VOA Indonesia.
Sementara para penentang usulan tersebut mengatakan bahwa penerapan amandemen tersebut secara luas, akan mengancam syarat izin orang tua di Ohio bagi anak di bawah umur yang ingin melakukan aborsi dan jenis perawatan medis lainnya.
Advertisement
Pro Kontra Isu Aborsi
Gubernur Ohio, Mike DeWine, adalah salah satu yang menentang perubahan aturan di negara bagian itu. “Saya memilih tidak, untuk isu yang pertama. Anda tahu, tidak peduli apakah Anda pro kehidupan ataupun pro-pilihan, amandemen itu berjalan terlalu jauh, sangat terlalu jauh.”
DeWine juga menambahkan, “ Saya kira orang bisa berbeda pendapat mengenai aborsi. Orang melakukannya. Ini adalah isu yang sangat kontroversial, tetapi saya juga percaya bahwa selalu ada jalan tengah yang bisa kita temukan, tetapi ini bukan jalan tengah.”
Amandemen ini muncul menyusul serangkaian kemenangan para pendukung hak aborsi di seluruh Amerika Serikat, baik di negara bagian dengan mayoritas pemilih Demokrat maupun Republik.