Wanita di China Tawarkan Jasa Kirim Pesan Ucapan Selamat Malam, Dijual Lewat E-Commerce

Pesan ucapan selamat malam itu banyak dipesan oleh orang-orang yang merasa kesepian.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 03 Jun 2024, 21:35 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2024, 21:35 WIB
Ilustrasi main HP sambil tiduran, kangen, LDR, membaca pesan
Ilustrasi main HP sambil tiduran, kangen, LDR, membaca pesan. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Beijing - Seorang wanita di China menawarkan jasa yang tak biasa yaitu mengirimkan pesan ucapan "Selamat Malam" selama 12 tahun terakhir dengan tarif yang cukup murah.

Jiumei, wanita berusia 30-an itu menjual layanan tersebut di platform e-commerce China, Taobao.

Dilansir SCMP, Senin (3/6/2024), sekitar 10 ribu orang telah menggunakan jasanya, dengan lebih dari 50 ribu pesan telah ia kirimkan. Setiap pesan dihargai satu yuan atau sekitar Rp2.200.

Pesan yang ia kirimkan pun bervariasi, mulai dari ucapan "Selamat Malam" sederhana dalam bahasa Mandarin, hingga syair puitis dan penghiburan.

Jiumei mengatakan bahwa pesan-pesannya adalah penghiburan bagi "orang-orang modern yang menderita kesepian", dan sebuah jendela baginya untuk melihat sekilas kehidupan orang lain.

Banyak kliennya yang memesan ucapan selamat malam untuk orang yang diam-diam mereka cintai atau mantan kekasih yang mereka rindukan.

Namn, Jiumei menolak mengirim pesan dari orang lajang untuk yang sudah menikah untuk menghindari masalah bagi penerima dan keluarganya.

Permintaan Klien Beragam

mengirim pesan
ilustrasi ponsel/Photo by Oleg Magni on Unsplash

Permintaan klien Jiumei pun bervariasi, mulai dari pesan ibu untuk anaknya hingga pengusaha yang tengah meminta dukungan untuk bisnisnya.

Misalnya, seorang ibu meminta Jiumei untuk mengucapkan selamat malam kepada putrinya yang berusia 14 tahun, yang menderita kecemasan dan kecanduan ponsel.

Anak muda itu berhenti mempercayai orang tuanya yang merasa sulit memahami penyakitnya. Sang ibu ingin "menghibur hatinya yang kesepian dan mengingatkannya untuk tidur lebih awal".

Lainnya lagi, seseorang memesan layanan tersebut untuk saudara laki-lakinya, seorang pasien kanker stadium akhir yang semakin menutup diri dari keluarganya. Dia berharap pesan-pesan itu akan menemaninya.

Klien Jiumei lainnya, seorang pria berusia 30-an yang menjalankan bisnis start-up, membeli sendiri pesan-pesan tersebut untuk mendapatkan dukungan.

Membantu Dirinya Secara Emosional

Ilustrasi WhatsApp dan aplikasi pesan instan.  Adem AY/Unsplash
Ilustrasi WhatsApp dan aplikasi pesan instan. Adem AY/Unsplash

Meski mendapat imbalan uang untuk jasanya, Jiumei menyambut dengan baik orang-orang yang berhenti menggunakan jasanya dengan harapan mereka tidak lagi merasa kesepian.

Layanan mengirim pesan yang ditawarkan Jiumei itu sudah dijalaninya selama 12 tahun terakhir.

Saat itu ia menjadi direktur di sebuah perusahaan di kota Shenzhen, Provinsi Guangdong, China selatan, kemudian dan membuka kafe. Dia sudah menikah dan memiliki dua putra.

Dia mengatakan bisnisnya tidak pernah menghasilkan keuntungan, dan menghasilkan penghasilan maksimal 3.000 yuan atau sekitar Rp6,8 juta per tahun. Dia mempertimbangkan untuk menyerah, namun berubah pikiran setelah mantan kliennya menghubunginya untuk mengucapkan terima kasih.

Jiumei mengatakan layanan ini juga membantunya secara emosional. Memiliki latar belakang didiskriminasi oleh orang tuanya, dia mengatakan bahwa pekerjaan sampingannya ini juga memberinya kenyamanan. 

Infografis Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental
Infografis Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya