Pengamat: China Berambisi Bangun Strategi Reklamasi Teritorinya

Wacana seputar manuver militer Tiongkok yang prospektif sebagian besar berputar di sekitar Taiwan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Jun 2024, 02:57 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2024, 11:27 WIB
Daerah sengketa Laut China Selatan
Daerah sengketa Laut China Selatan (BBC/UNCLOS,CIA)

Liputan6.com, Beijing - Eskalasi Tiongkok di Laut China Selatan dan negara-negara tetangganya, dianggap oleh pengamat bahwa negara tersebut berpegang teguh pada strategi lamanya.

Strategi ini telah direncanakan oleh Tiongkok untuk mencoba merebut kembali wilayahnya yang konon hilang dengan terlibat dalam peperangan bersama negara-negara lain selama empat hingga lima dekade mendatang.

Meskipun demikian, terlepas dari kekuatan Tiongkok yang tangguh, para ahli sepakat bahwa China tidak dalam posisi untuk memprovokasi permusuhan dengan Amerika Serikat, kekuatan Barat, dan negara-negara global lainnya.

China memendam niat untuk terlibat dalam konflik dengan enam negara di seluruh dunia, dimulai dengan keterlibatannya yang rumit dengan Taiwan, dikutip dari The Singapore Post, Jumat (7/6/2024).

Wacana seputar manuver militer Tiongkok yang prospektif sebagian besar berputar di sekitar Taiwan.

Meskipun demikian, pada tahun 2013, kantor berita resmi Tiongkok, China News Service, mengungkapkan dalam sebuah ekspose bahwa Tiongkok diantisipasi akan menghadapi enam perang dalam setengah abad berikutnya.

China News Service menyinggung tentang reklamasi wilayah yang direbut selama Perang Candu yang berlangsung dari tahun 1840 hingga 1842 -- sebuah peristiwa yang menimbulkan aib besar bagi China.

China yang sedang mempertimbangkan perang, siap untuk terlibat dalam konflik-konflik ini dengan negara-negara seperti Taiwan, Jepang, India, Filipina, Rusia, dan Mongolia, yang merupakan tetangga-tetangga terdekat dan jauhnya.

Dimulainya perang-perang ini telah diatur secara halus oleh China, dengan Taiwan sebagai target utamanya.

Pengamat menilai China berambisi untuk mencaplok Taiwan pada tahun 2025, dan saat ini tengah menciptakan suasana yang tegang dengan mengepung Taiwan secara strategis.

China Mulai Latihan Perang

AS dan Filipina Latihan Tembak Kapal Musuh di Laut China Selatan
Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) M142 AS menembakkan rudal selama latihan militer gabungan Balikatan AS-Filipina di San Antonio di Provinis Zambales, Filipina utara pada Rabu, 26 April 2023. (AFP/TED ALJIBE)

Baru-baru ini, China memulai latihan militer yang ditujukan kepada Taiwan, guna menunjukkan niatnya untuk akhirnya mengasimilasi pulau tersebut ke dalam batas-batas nasionalnya.

Namun, upaya ini sepertinya tidak akan mudah, karena Taiwan telah memutuskan untuk menanggapi dengan tegas pendekatan agresif China.

Taiwan telah mengeluarkan peringatan perang, dengan arahan bagi ketiga cabang militer untuk mempertahankan keadaan siap tempur.

Namun, perkembangan peristiwa di masa mendatang masih diselimuti ketidakpastian. Bersamaan dengan itu, tujuan kedua Tiongkok adalah mengakuisisi Laut China Selatan.

 

Target China

BRP Sierra Madre.
BRP Sierra Madre, kapal Perang Dunia II yang diubah menjadi pos militer Filipina di Laut China Selatan. (Dok. Ritchie B. Tongo, Pool/AFP)

Menurut China News Service, pasca-aneksasi Taiwan, Tiongkok bercita-cita untuk mengonsolidasikan bentengnya di Laut China Selatan antara tahun 2025 dan 2030.

Meskipun demikian, kehadiran Tiongkok di kawasan tersebut sudah sangat aktif. Vietnam dan Filipina telah lama menjadi incaran Tiongkok.

Merupakan pemandangan umum untuk menyaksikan Tiongkok terlibat dalam perselisihan dengan Filipina di wilayah tersebut.

Sikap agresif Tiongkok sangat tinggi di kawasan tersebut, namun Filipina secara konsisten membalas pendekatan Tiongkok dengan cara yang sama.

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya