Liputan6.com, Maharashtra - Pada Sabtu, 1 Juli 2023, sebuah bus terbakar di sepanjang Koridor Samruddhi antara Dusarbid dan Sindkedraja di distrik Buldhana, wilayah Vidarbha, Maharashtra, yang menewaskan 25 orang dan melukai delapan lainnya.
Kejadian ini tepat terjadi satu tahun yang lalu.
Baca Juga
Jalan tol internasional Nagpur-Mumbai yang dikenal sebagai Hrudaysamrat Balasaheb Thackeray Maharashtra Samruddhi Mahamarg dianggap sebagai salah satu jalan terbaik di India.
Advertisement
Melansir dari Deccan Herald, Senin, (1/7/2024), bus yang dimiliki oleh Vidarbha Travels sedang dalam perjalanan dari Nagpur menuju Pune melalui Yavatmal dan Aurangabad.
Penumpang yang terluka dipindahkan ke Rumah Sakit Sipil Buldhana.
Dikabarkan bahwa kecelakaan terjadi akibat pecahnya ban, yang menyebabkan bus keluar jalur, menabrak pembatas jalan, dan akhirnya terbakar.
Insiden ini terjadi sekitar pukul 01.30 hingga 02.00 dini hari waktu setempat. Terdapat total 33 orang di dalam bus, termasuk dua pengemudi dan seorang pembersih saat kecelakaan terjadi.
Tim penyelamat lokal dan pemadam kebakaran mencapai lokasi dan langsung memadamkan api.
Para penumpang yang selamat memecahkan jendela dan keluar dari bus untuk melarikan dari dari kobaran api tersebut.
"Ini merupakan insiden besar yang sangat menyedihkan... 25 orang tewas dan delapan lainnya terluka," kata Kepala Menteri Eknath Shinde.
Shinde dan Wakil Kepala Menteri Devendra Fadnavis, yang juga merupakan Menteri Dalam Negeri, berbicara dengan pejabat tinggi dan meninjau situasi.
Fadnavis mengatakan bahwa tangki diesel meledak karena benturan yang akhirnya menyebabkan kebakaran. "Ini adalah insiden yang menyedihkan," katanya.
“Busnya baru, semua dokumen lengkap dan sopir merupakan pengemudi yang berpengalaman,” kata seorang pejabat dari Vidarbha Travels kepada saluran TV.
“Informasi yang saya terima adalah bahwa pecahnya ban yang menyebabkan insiden tersebut,” katanya.
Santunan Akhirnya Diberikan
Pemerintah Maharashtra telah mengumumkan santunan sebesar Rs 200.000 yang setara dengan Rp39 juta kepada keluarga terdekat dari yang meninggal sementara biaya medis pasien yang terluka juga akan ditanggung oleh pemerintah.
Menyampaikan rasa kagetnya atas insiden tersebut, Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan bantuan ex gratia sebesar Rs 200.000 (Rp39 juta) kepada keluarga terdekat dari korban yang meninggal dari PMNRF (Prime Minister's National Relief Fund) dan bantuan sebesar Rs 50.000 (Rp9,8 juta) kepada yang terluka.
Pemerintah negara bagian juga mengumumkan penyelidikan untuk menelusuri detail dari insiden tersebut.
Bupati Buldhana Dr H P Tummod dan Kepala Polisi Sunil Kadasane juga memantau situasi.
Komisioner Divisi Amravati Dr Nidhi Pandey pun juga bergegas ke Buldhana.
“Ini adalah insiden yang menyakitkan,” kata Menteri Dalam Negeri Uni Amit Shah, menambahkan bahwa pemerintah negara bagian memberikan segala macam bantuan.
Pemimpin NCP Sharad Pawar berkata, “Karena insiden yang tidak menguntungkan ini, isu batas kecepatan kendaraan pribadi di Koridor Samriddhi diangkat dan pemerintah negara bagian harus mencatat ini dengan serius dan mengambil tindakan segera. Kekhawatiran telah diungkapkan dengan meminta statistik kecelakaan dari departemen terkait satu pekan yang lalu. Tindakan mendesak telah disarankan untuk mencegah kecelakaan.”
Jenazah saat itu masih belum teridentifikasi.
Fadnavis menyatakan bahwa jenazah akan diserahkan kepada keluarga setelah diidentifikasi dengan benar. ""Jika identifikasi tidak memungkinkan, kami akan melakukan pengujian DNA," tambahnya.
Advertisement
Cerita dari Salah Satu Penyintas
Menurut salah satu penumpang, ia bersama tiga hingga empat penumpang lainnya berhasil melarikan diri dari kendaraan dengan memecahkan jendela belakang.
Salah satu penyintas dari kecelakaan bus tragis di distrik Buldhana, Maharashtra, yang menewaskan 25 penumpang ini menceritakan pengalamannya melarikan diri dari kendaraan yang terbakar.
Menurut penyintas, ia bersama tiga hingga empat penumpang lainnya berhasil melarikan diri dari kendaraan dengan memecahkan jendela belakang, seperti dikutip dari Hindustan Times.
"Saya naik bus Vidarbha Travels dari Nagpur menuju Aurangabad. Setelah bus mengalami kecelakaan di jalan tol Samruddhi Mahamarg, bus terbalik dan langsung terbakar... Sekitar empat dari kami memecahkan jendela belakang bus dan melarikan diri... Setelah kami keluar dari kendaraan, langsung terjadi ledakan," kata penyintas kepada kantor berita ANI.
Sementara itu, seorang penduduk setempat mengatakan kepada PTI bahwa para penumpang yang berhasil melarikan diri meminta bantuan dari kendaraan lain di jalan tol, tetapi tidak ada yang turut membantu.
"Banyak kecelakaan terjadi di rute ini di Pimpalkhuta. Kami dipanggil untuk membantu dan ketika kami sampai di sana, kami melihat situasi yang mengerikan. Ban-ban sudah terlepas... Apinya begitu besar sehingga kami tidak bisa melakukan apa-apa. Kami menangis," kata penduduk setempat.
Menerapkan Aturan yang Lebih Ketat
Setelah insiden ini, departemen transportasi negara bagian ingin menerapkan aturan yang lebih ketat untuk memastikan supir bus dan taksi tidak mengemudi lebih dari delapan hingga sembilan jam secara terus-menerus.
Departemen transportasi mengatakan akan membatalkan izin dan lisensi operator bus wisata serta penyedia layanan taksi dalam kasus kecelakaan di mana sopir terbukti kekurangan tidur akibat jam kerja yang panjang, lapor Hindustan Times.
Keputusan ini sebagai langkah awal sebelum diperkenalkannya perangkat pendeteksi kantuk sopir yang akan menunjukkan apakah sopir sedang tidur atau mengantuk saat mengemudi.
Departemen transportasi telah mengeluarkan instruksi internal di mana Kantor Registrasi Transportasi Regional akan mengambil langkah terhadap operator bus dan taksi. Otoritas juga bisa menangguhkan izin dan lisensi operator kendaraan wisata serta taksi jika terlibat dalam kecelakaan yang disebabkan oleh sopir yang kelelahan.
"Kami telah memutuskan untuk mengambil tindakan terhadap pemilik kendaraan juga jika diketahui bahwa sopir kekurangan tidur pada saat kecelakaan terjadi. Ada keluhan tentang sopir yang mengemudi selama 14-15 jam," kata Vivek Bhimanwar, komisaris transportasi Maharashtra.
"Taksi wisata atau taksi agregator yang bekerja antar kota mengantar penumpang dan kembali ke kota asal tanpa memberikan istirahat yang cukup kepada sopir. Pemilik kendaraan kurang memperhatikan kondisi sopir, jadi kami akan mengambil tindakan terhadap pemilik (selain sopir) dengan membatalkan izin dan lisensi mereka."
Advertisement