Xi Jinping Desak Kekuatan Dunia Bantu Rusia dan Ukraina untuk Dialog Langsung

Perang Ukraina sudah berlangsung selama lebih dari dua tahun.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Jul 2024, 09:07 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2024, 09:07 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping saat keduanya bertemu di Beijing pada Kamis (17/5/2024). (Dok. Sergei Guneyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Beijing - Presiden China Xi Jinping meminta kekuatan dunia membantu Rusia dan Ukraina melanjutkan dialog langsung. Hal tersebut disampaikannya dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban pada hari Senin (8/7/2024).

Orban melakukan kunjungan ke China setelah lawatan serupa ke Rusia dan Ukraina pekan lalu untuk membahas prospek penyelesaian damai atas perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Hungaria menjadi presiden bergilir Uni Eropa bulan ini dan Orban sejak itu memulai misi perdamaian, namun kurang mendapat dukungan dari para pemimpin Eropa lainnya.

"China adalah kekuatan utama dalam menciptakan kondisi perdamaian dalam perang Rusia-Ukraina," tulis Orban di platform media sosial X. "Inilah sebabnya saya datang menemui Presiden Xi Jinping di Beijing, hanya dua bulan setelah kunjungan resminya ke Budapest."

Orban secara luas dipandang memiliki hubungan paling hangat dengan Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin di antara para pemimpin Eropa. Kunjungannya ke Moskow pekan lalu menuai kecaman dari para pejabat Kyiv dan Uni Eropa, yang bersikeras bahwa Orban tidak bertindak atas nama seluruh blok Eropa.

Teguran mereka gagal menghalangi Orban untuk melanjutkan kunjungan serupa ke Beijing, yang disebutnya "Misi Perdamaian 3.0" dalam gambar yang diunggah di X.

Dalam pertemuannya dengan Xi Jinping, Orban menggambarkan China sebagai kekuatan yang menstabilkan di tengah gejolak global. Dia memuji inisiatif perdamaian China yang disebutnya "konstruktif dan penting".

Terkait perang Ukraina, China telah mempromosikan rencana perdamaian enam poinnya sendiri, yang dikeluarkan bersama Brasil pada bulan Mei. Beijing mengatakan pihaknya netral dalam konflik tersebut, meskipun dalam praktiknya mereka mendukung Rusia melalui kunjungan kenegaraan yang sering dilakukan, peningkatan perdagangan, dan latihan militer bersama.

Saat menjamu Orban, Xi Jinping mendesak Rusia dan Ukraina untuk melakukan gencatan senjata dan agar negara-negara besar lainnya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk melakukan perundingan.

Menurut CCTV seperti dilansir kantor berita AP, Xi Jinping menekankan hanya ketika semua negara besar memproyeksikan "energi positif dan bukan energi negatif" barulah gencatan senjata dapat terjadi.

Bersahabat dengan China dan Rusia

PM Hungaria Viktor Orban.
PM Hungaria Viktor Orban (Dok. AP Photo)

Hungaria di bawah Orban telah membangun hubungan politik dan ekonomi yang substansial dengan China. Negara Eropa ini menjadi tuan rumah sejumlah fasilitas baterai kendaraan listrik China dan pada bulan Desember mereka mengumumkan bahwa raksasa manufaktur kendaraan listrik China, BYD, akan membuka pabrik produksi kendaraan listrik Eropa pertamanya di bagian selatan Hungaria.

Orban secara luas menentang bantuan militer Barat ke Ukraina dan telah memblokir, menunda atau mempermudah upaya Uni Eropa untuk membantu Ukraina dan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas invasi mereka. Di lain sisi, Orban telah lama mendukung penghentian permusuhan di Ukraina, namun tanpa menguraikan dampaknya terhadap integritas wilayah atau keamanan masa depan negara tersebut.

Sikap itu telah membuat frustrasi sekutu Hungaria di Uni Eropa dan NATO, yang mengecam invasi Rusia sebagai pelanggaran hukum internasional dan ancaman terhadap keamanan Eropa Timur.

Berbicara di samping Orban pekan lalu di Moskow, Putin menyatakan bahwa Rusia tidak akan menerima gencatan senjata atau penghentian sementara permusuhan yang akan memungkinkan Ukraina untuk menutup kerugian, berkumpul, dan mempersenjatai kembali.

Putin pun mengulangi tuntutannya agar Ukraina menarik pasukannya dari empat wilayah yang diklaim Rusia telah dianeksasi pada tahun 2022 sebagai syarat untuk setiap pembicaraan perdamaian yang prospektif. Ukraina dan sekutu-sekutu Baratnya menolak permintaan tersebut dan menyatakan bahwa hal itu sama saja dengan meminta Kyiv untuk menarik diri dari wilayahnya sendiri.

Sementara itu, China telah menyebarkan pengaruhnya di Asia Tengah dan Eropa Timur dalam beberapa tahun terakhir melampaui kemitraan tanpa batas dengan Rusia.

Dari China, Orban akan bertolak ke Washington, Amerika Serikat, di mana para pemimpin NATO mengadakan pertemuan puncak untuk membahas cara-cara menjamin Ukraina akan dukungan berkelanjutan dari aliansi ini.

"Perhentian selanjutnya: Washington," tulis Orban di akun media sosialnya.

Belum jelas apakah dia akan bertemu dengan Presiden Joe Biden atau Donald Trump, yang pencalonannya sebagai presiden didukung secara terbuka oleh Orban.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya