Trump Tegaskan Hubungan Baik dengan Netanyahu, Kritik Pernyataan Kamala Harris atas Perang Gaza

Netanyahu bertemu Trump setelah dirinya lebih dulu bertatap muka dengan Biden dan Harris.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 27 Jul 2024, 12:31 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2024, 12:31 WIB
Capres Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (26/7/2024).
Capres Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (26/7/2024). (Dok. AP Photo/Alex Brandon)

Liputan6.com, Washington, DC - Donald Trump memuji hubungan dekatnya dengan Benjamin Netanyahu saat dia menjamu perdana menteri Israel itu pada hari Jumat (26/7/2024).

Netanyahu bertemu Trump, calon presiden dari Partai Republik dalam Pilpres AS 2024, sehari setelah dia bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan wakilnya yang juga calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris.

Trump menyambut Netanyahu dan istrinya, Sara, di Mar-a-Lago, resornya di Florida. Dalam kesempatan itu, dia mengkritik Harris, yang telah menyuarakan kekhawatiran tentang korban jiwa warga sipil Palestina dalam operasi militer Israel yang telah berlangsung selama sembilan bulan di Jalur Gaza.

"Saya pikir pernyataannya tidak sopan," kata Trump seperti dilansir CNA, Sabtu (27/7).

Sementara itu, Netanyahu mengatakan dia berharap perjalanannya ke AS akan menghasilkan kesepakatan gencatan senjata yang lebih cepat.

"Saya harap begitu. Namun, saya pikir waktu yang akan menjawabnya," ujar Netanyahu kepada wartawan.

Dia mengatakan akan mengirim tim untuk berunding di Roma.

Netanyahu telah membuat Trump marah ketika dia memberi selamat kepada Biden atas kemenangannya dalam Pilpres AS 2020.

Trump baru-baru ini mengkritik Netanyahu atas kegagalan keamanan Israel yang memungkinkan Hamas melakukan serangan pada 7 Oktober terhadap Israel selatan, yang memicu perang saat ini.

Bagaimanapun, Trump menepis segala dugaan ketegangan dengan Netanyahu.

"Kami memiliki hubungan yang sangat baik," katanya, seraya mencatat perubahan kebijakan selama masa jabatannya sebagai presiden termasuk memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Desakan Harris untuk Netanyahu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris di Washington, DC, pada Kamis (25/7/2024).
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris di Washington, DC, pada Kamis (25/7/2024). (Dok. AP Photo/Julia Nikhinson)

Harris telah mendesak Netanyahu untuk mencapai gencatan senjata, di mana dia menekankan penderitaan warga Palestina di Jalur Gaza.

"Saya telah menjelaskan kekhawatiran serius saya tentang situasi kemanusiaan yang mengerikan di sana," kata Harris. "Saya tidak akan diam saja."

"Israel memiliki hak untuk membela diri. Dan bagaimana dia melakukannya penting."

Dalam pernyataan menantang di hadapan Kongres AS pada hari Rabu (24/7), Netanyahu membela militer Israel dan menepis kritik atas operasi militer yang telah menghancurkan Jalur Gaza dan menewaskan lebih dari 39.000 orang.

Puluhan politikus Demokrat memboikot pidato Netanyahu, menyuarakan kekecewaan atas kematian warga sipil di Jalur Gaza, kehancuran infrastrukturnya, dan pengungsian besar-besaran penduduknya.

Dalam pidatonya pada hari Rabu, Netanyahu memuji dukungan Biden untuk Israel. Tidak hanya itu, dia juga menyinggung catatan Trump yang pro-Israel selama menjabat sebagai presiden.

Netanyahu memuji keputusan Trump untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan dia mengutip Perjanjian Abraham, perjanjian penting yang ditengahi AS yang ditandatangani selama masa jabatan Trump di Gedung Putih yang menormalisasi hubungan bilateral antara Israel dan Bahrain serta Uni Emirat Arab.

Menurut penghitungan Israel, Hamas dan sekutunya menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang dalam serangan 7 Oktober. Sekitar 115 sandera masih ditahan, di mana Israel yakin satu dari tiga orang tewas.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya