Banjir Barang Murah Asal China Berdampak pada Bisnis Lokal di Thailand

China membantah tuduhan membanjiri pasar Thailand dengan barang murah, menyebut perdagangan kedua negara saling menguntungkan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 08 Sep 2024, 19:58 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2024, 08:12 WIB
Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)
Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)

Liputan6.com, Bangkok - China telah menanggapi tuduhan bahwa negara tersebut membanjiri pasar Thailand dengan produk murah yang merugikan bisnis lokal.

Dalam sebuah unggahan di akun Facebook resminya pada tanggal 4 September, Kedutaan Besar China di Thailand menyatakan bahwa perdagangan antara kedua negara adalah saling menguntungkan.

"Hampir 80% barang yang diimpor Thailand dari China adalah barang modal dan barang setengah jadi yang digunakan dalam produksi dan untuk meningkatkan nilai tambah sebelum diekspor," demikian bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (8/9/2024).

Sebagian besar dari apa yang disebut sebagai barang murah itu "adalah produk yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti makanan, produk kesehatan, pakaian, aksesori, dan lain-lain, yang jumlahnya kurang dari 10% dari total nilai barang yang diimpor dari China," tambah pernyataan itu.

Pernyataan ini muncul setelah Thailand mengumumkan langkah-langkah baru untuk memerangi masuknya impor barang murah dari China yang mengancam sektor manufakturnya.

Surat kabar Bangkok Post melaporkan pada 28 Agustus bahwa Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan Thailand, Phumtham Wechayachai, mengatakan pemerintah akan membentuk gugus tugas yang terdiri dari 28 lembaga yang akan bertemu setiap dua minggu untuk meninjau dan merevisi peraturan guna mengekang ancaman dari impor barang-barang murah China terhadap ekonomi Thailand yang sudah lemah.

 

Efek Barang Murah dari China

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Federasi Industri Thailand sebelumnya memperingatkan bahwa barang-barang murah dari China dapat menyebabkan tsunami di Thailand dan di kawasan Asia Tenggara, dan bahwa pada tahun 2023 produk impor berbiaya rendah tersebut telah menyebabkan penutupan hampir 2.000 pabrik di Thailand.

Pavida Pananond, profesor bisnis internasional di Sekolah Bisnis Thammasat di Universitas Thammasat di Thailand, mengatakan bahwa barang-barang murah dari China atau modal China sering kali terkonsentrasi di industri e-commerce dan kendaraan listrik Thailand.

Meskipun investasi China telah meningkatkan penanaman modal asing di Thailand, hal itu juga telah mempersulit banyak perusahaan lokal yang lebih kecil untuk bertahan hidup.

 

Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya