Belarus Pindahkan Sepertiga Pasukannya ke Perbatasan dengan Ukraina, Ada Apa?

Pemindahan pasukan oleh Belarus ini terjadi setelah Ukraina berhasil melakukan serangan lintas batas ke Kursk, Rusia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Agu 2024, 09:20 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2024, 09:20 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarus Alexander Lukashenko menghadiri pertemuan di Minsk, Belarus, pada Senin, 19 Desember 2022. (Pavel Bednyakov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarus Alexander Lukashenko menghadiri pertemuan di Minsk, Belarus, pada Senin, 19 Desember 2022. (Pavel Bednyakov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Minsk - Belarus mengerahkan pesawat dan pasukan pertahanan udara ke perbatasannya dengan Ukraina, sehari setelah Presiden Alexander Lukashenko mengumumkan dia akan menempatkan hampir sepertiga militer negara itu di sepanjang perbatasan.

Militer Belarus juga mengerahkan rudal antipesawat dan tentara dari korps radio-teknis negara itu, kata Mayjen Andrey Lukyanovich, komandan Pasukan Pertahanan Udara Belarus di televisi nasional, yang menggambarkan langkah itu sebagai peningkatan yang signifikan.

Lukashenko pada hari Minggu (18/8/2024) mengumumkan dia telah memerintahkan hampir sepertiga tentara ke perbatasan dengan Ukraina. Meskipun dia tidak menyebutkan angka pastinya, namun jumlah tentara Belarus sekitar 60.000. Demikian seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (20/8).

Keputusan itu, sebut Lukashenko, sebagai tanggapan atas pasukan Ukraina tambahan yang dikerahkan di sepanjang perbatasan.

Ukraina belum mengonfirmasi pengerahan Belarus ke perbatasan bersama sepanjang 1.084 kilometer.

Rusia telah menggunakan Belarus — yang bergantung pada pinjaman Rusia dan energi murah — sebagai tempat persiapan untuk invasi skala penuh ke Ukraina, dengan memindahkan pasukannya melalui wilayah Belarus untuk menyerang Ukraina dari utara. Rusia juga memindahkan sebagian senjata nuklir taktisnya ke Belarus pada tahun 2023.

Lukashenko pada hari Minggu turut menyerukan negosiasi antara Rusia dan Ukraina, namun mengatakan serangan Kyiv saat ini ke wilayah Kursk, Rusia, menghalangi pembicaraan. Dia menggambarkan "eskalasi" tersebut sebagai upaya untuk memprovokasi Rusia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya