Swedia Peringatkan Peningkatan Risiko Sabotase Rusia

Sebagai imbas dari dukungan Swedia untuk Ukraina, fasilitas militer dan pabrik senjata disebut sebagai yang paling rentan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Agu 2024, 11:46 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2024, 11:46 WIB
Ilustrasi kegiatan spionase.
Ilustrasi kegiatan spionase. (Dok. Pixabay)

Liputan6.com, Stockholm - Pihak berwenang Swedia memperingatkan soal meningkatnya risiko sabotase oleh Rusia, khususnya pada fasilitas persenjataan.

Perusahaan-perusahaan keamanan Swedia melaporkan peningkatan upaya sabotase, termasuk penggunaan pesawat nirawak di atas fasilitas perusahaan pertahanan untuk mendokumentasikan dan memetakannya, spionase yang lebih agresif, serangan siber, dan misinformasi.

Eropa telah menyaksikan serangkaian insiden yang diyakini melibatkan Rusia dalam beberapa bulan terakhir, termasuk rencana yang digagalkan untuk membunuh kepala eksekutif produsen senjata Jerman dan kebakaran di pabrik logam milik produsen pertahanan di Berlin.

"Kami melihat indikasi peningkatan kecenderungan Rusia terhadap risiko selama beberapa waktu dan ini berlaku untuk aktivitas yang mengancam keamanan," ujar juru bicara Badan Keamanan Swedia (SAPO) Karl Melin kepada penyiar SVT, seperti dilansir The Guardian, Jumat (30/8/2024).

"Kami telah menyoroti aktivitas intelijen ilegal kekuatan asing selama bertahun-tahun, tetapi baru sekarang kami melihat perbedaan ini dan mungkin kecenderungan peningkatan pengambilan risiko Rusia. Ini adalah perubahan yang kami anggap sangat serius dan yang kami tindak lanjuti untuk menghadapi ancaman itu."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Respons Badan Keamanan Swedia

Asosiasi industri keamanan dan pertahanan Swedia (SOFF), yang mewakili 250 perusahaan, mengatakan mereka melihat operasi intelijen yang lebih agresif untuk mengumpulkan informasi sensitif melalui spionase.

"Kami telah mencatat contoh upaya fisik dan teknis untuk mengakses informasi dan inovasi," sebut SOFF.

Perusahaan yang lebih kecil melihat serangan siber yang lebih canggih dan industri menjadi sasaran kampanye disinformasi, kata Robert Limmergard, sekretaris jenderal SOFF. Disinformasi diyakini ditujukan untuk menyebarkan rumor tentang senjata Swedia di Ukraina atau tentang perusahaan-perusahaan individu dalam upaya untuk merusak kepercayaan di negara Nordik tersebut, yang bergabung dengan NATO kurang dari enam bulan lalu.

"Ini adalah gambaran ancaman yang lebih aktif, di mana Rusia khususnya telah menurunkan ambang batas tindakannya," ungkap Limmergard. "Rusia selalu memiliki sumber daya untuk bertindak, tetapi yang kami lihat adalah bahwa saat ini mereka bersedia mengambil risiko yang lebih besar."

Menyerukan perubahan hukum, Limmergard mengatakan perusahaan harus mampu melawan pesawat nirawak dan transportasi bagi pekerja harus dilindungi dengan lebih baik.

"Hukum saat ini ditulis untuk masa damai, tetapi kita berada dalam masa yang serius," kata dia.

"Kita juga melihat perlunya peningkatan sumber daya bagi otoritas pengawas untuk perlindungan keamanan serta pembagian informasi ancaman yang lebih besar antara otoritas dan perusahaan. Penting bagi otoritas untuk memiliki kemampuan untuk mengatasi kehidupan bisnis."

SAPO mengatakan pihaknya menanggapi serangan Rusia dengan kontra-spionase dan meningkatkan pemahaman bisnis tentang bagaimana mereka dapat menjadi rentan.

Kementerian Pertahanan Swedia dilaporkan belum berkomentar.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya