Kurangnya SDM Jadi Tantangan Bagi Transformasi Digital Dunia

Masalah sumber daya manusia menjadi tantangan bagi perkembangan dunia transformasi digital. Pendiri Digital India Foundation Arvind Gupta menyebut perlu ada upaya peningkatan SDM di dunia digital.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Sep 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 18:00 WIB
Masalah sumber daya manusia menjadi tantangan bagi perkembangan dunia transformasi digital. Pendiri Digital India Foundation Arvind Gupta menyebut perlu ada upaya peningkatan SDM di dunia digital (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).
Masalah sumber daya manusia menjadi tantangan bagi perkembangan dunia transformasi digital. Pendiri Digital India Foundation Arvind Gupta menyebut perlu ada upaya peningkatan SDM di dunia digital (Dok. Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty).

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Digital India Foundation Arvind Gupta menyebut dunia masih menghadapi masalah kekurangan sumber daya manusia atau talent di dunia transformasi digital.

Hal ini ia sampaikan dalam Seminar Internasional bertajuk Indonesia-Russia: from the Past to the Future, the Historical and Geopolitical Perspective yang diadakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bekerja sama dengan Federal Archival Agency of the Russian Federation dan Valdai Discussion Club.

"Dunia mengalami kekurangan kapasitas, bukan hanya Indonesia dan Rusia. Semua orang saat ini kekurangan kapasitas. Bahkan, mereka mengatakan bahwa kapasitas tertinggi ada di India," kata Arvind Gupta dalam diskusi sesi ketiga dengan tema: Digital Transformation in the Midst of Complex and Dynamic of Global Situation, Selasa (24/9/2024) di Hotel Borobudur Jakarta.

"45 persen pelaku AI ada di India. India menghasilkan banyak talent tertinggi di dunia, tetapi kita masih kekurangan kapasitas."

"Saya pikir intinya, setiap negara dan pola pikir kepemimpinan telah berubah dalam beberapa tahun terakhir sehingga mereka sekarang memahami pentingnya dari sekolah ke perguruan tinggi atau universitas hingga penelitian dalam menghasilkan ilmuwan data. Mereka yang mampu memproduksi chip untuk semikonduktor dan menghasilkan perusahaan rintisan dan pengusaha yang memiliki pemahaman tentang AI."

 

Perlu Partisipasi Dunia Internasional

Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidu Digital
Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidu Digital. Kredit: Nattanan Kanchanaprat via Pixabay

Arvind Gupta juga menyebut, perubahan pola pikir telah terjadi secara global dan kapasitas ini yang perlu dibangun setiap negara dengan jumlah lebih banyak lagi.

"Saya dapat memberikan dua contoh. Salah satunya adalah contoh dari Rusia. Rusia dalam waktu yang sangat singkat, kurang dari satu tahun, menerapkan sistem yang disebut MIR untuk pembayaran, yang sekarang menjadi sistem pembayaran paling dominan di Rusia saat ini. Mereka bekerja di semua bank dan telah menunjukkan bahwa sistem ini dapat menggantikan dua raksasa Visa dan Mastercard dengan sangat cepat."

"Dan India juga membangun sistem pembayarannya sendiri, yang merupakan sistem pembayaran terbesar di dunia saat ini yang disebut Sistem Pembayaran Terpadu, UPI. Ini mampu mengalahkan Visa dan Mastercard. Jadi, setiap kali ada niat dan kepemimpinan yang baik, negara kita mampu menunjukkan kemampuan semacan ini."

Sementara itu, Profesor Universitas Negeri St. Petersburg Konstantin Pantserev menyebut perlu adanya pengembangan perangkat khusus yang terkait dengan penyiapan layanan data.

"Hal yang terpenting juga menyiapkan kerja sama yang baik bagi Indonesia dan Rusia dalam mendirikan sekolah khusus untuk pengembangan generasi di bidang teknologi."

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya