Ketidakpastian Program Visa Pekerja Asing di Bawah Pemerintahan Baru Donald Trump

Persetujuan visa kerja H-1B di Amerika Serikat mencapai angka tinggi pada tahun fiskal 2024.

oleh Tim Global diperbarui 23 Des 2024, 15:06 WIB
Diterbitkan 23 Des 2024, 15:00 WIB
Donald Trump tanggapi hasil Pilpres AS
Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington DC - Tingkat persetujuan visa untuk pekerja asing (H-1B) di Amerika Serikat mencapai 97 persen pada tahun fiskal 2024, angka tertinggi kedua dalam lebih dari satu dekade, menurut laporan National Foundation for American Policy. Namun, masa depan program ini terancam oleh kemungkinan kembalinya kebijakan imigrasi ketat seperti yang diterapkan selama pemerintahan pertama Donald Trump.

Dilansir VOA Indonesia, Senin (23/12/2024), visa H-1B, yang memungkinkan perusahaan Amerika Serikat mempekerjakan pekerja asing di bidang khusus seperti teknologi dan perawatan kesehatan, mengalokasikan 85.000 visa per tahun melalui sistem undian.

Sebagian besar visa ini diberikan kepada pekerja asal India, diikuti oleh warga negara China.

Pendukung program ini menyoroti pentingnya visa H-1B dalam menarik talenta asing untuk mengisi posisi-posisi penting.

Sebuah studi menunjukkan hampir seperempat perusahaan rintisan bernilai miliaran dolar di Amerika Serikat didirikan oleh imigran yang pertama kali datang sebagai mahasiswa internasional.

Namun, program ini juga mendapat kritik tajam. Federation for American Immigration Reform (FAIR) menuduh perusahaan Amerika mengeksploitasi sistem ini untuk mendapatkan tenaga kerja asing dengan biaya lebih rendah, yang dinilai merugikan pekerja lokal.

Ancaman Kebijakan Trump

Tim Cook dan Donald Trump
CEO Apple Tim Cook bersama dengan Presiden AS Donald Trump (Foto: The Verge)

Pada pemerintahan pertama Trump, program H-1B menjadi sasaran kebijakan imigrasi yang lebih ketat. Aturan-aturan seperti peningkatan inspeksi tempat kerja dan pengurangan durasi visa menjadi faktor penyebab tingginya tingkat penolakan visa pada 2018, yang mencapai 24 persen.

Sharvari Dalal-Dheini, Direktur Senior American Immigration Lawyers Association (AILA), memperingatkan bahwa kebijakan serupa bisa diterapkan kembali jika Trump kembali menjabat.

"Apa yang kami lihat berhasil secara efektif di bawah pemerintahan Trump adalah perombakan sistem," katanya.

Meskipun tim transisi Trump belum memberikan pernyataan resmi, para pengacara imigrasi khawatir akan kebijakan yang menargetkan imigrasi legal dan ilegal. Kathleen Campbell Walker dari Dickinson Wright menyebut peningkatan pengawasan federal sebagai potensi hambatan besar bagi proses persetujuan visa di masa depan.

Dukungan Musk Belum Jelas

Bersama Elon Musk, Donald Trump Terpantau Saksikan Laga Utama Ultimate Fighting Championship
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump (kiri) bersama CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk, dan Donald Trump Jr menyaksikan pertarungan dalam UFC 309 di Madison Square Garden, New York, pada 16 November 2024. (Kena Betancur/AFP)

Meskipun Trump dikenal dengan sikap keras terhadap imigrasi, ia pernah mengusulkan pemberian green card kepada lulusan asing dari universitas Amerika. Di sisi lain, sekutunya, Elon Musk, telah menunjukkan dukungan terhadap program H-1B. Tesla bahkan mempekerjakan ratusan pekerja asing melalui visa ini pada tahun fiskal 2024.

Namun, bagaimana dukungan Musk dapat memengaruhi kebijakan imigrasi Trump masih belum jelas.

"Itu membuat saya khawatir," kata Walker.

Dengan ketidakpastian politik yang melingkupi program H-1B, para pengusaha dan pekerja asing menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan akses terhadap peluang kerja di Amerika Serikat.

Infografis Pemakzulan Donald Trump Berlanjut Pelengseran?
Infografis Pemakzulan Donald Trump Berlanjut Pelengseran? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya