Liputan6.com, Berlin - Pemerintah Jerman mengatakan pada Senin (30/12/2024) bahwa Elon Musk mencoba memengaruhi pemilu parlemen yang akan berlangsung pada Februari. Pernyataan itu muncul setelah Musk memuji partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD), langkah yang ditentang keras oleh partai-partai utama.
Musk, pendukung utama presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengunggah di platform media sosial X bahwa "hanya AfD yang bisa menyelamatkan Jerman". Dia kemudian menguatkan klaim tersebut dengan opini di surat kabar German Sunday.
Baca Juga
Pada Senin, juru bicara pemerintah Jerman Christiane Hoffmann mengatakan bahwa Musk sedang berusaha memengaruhi pemilu parlemen. Hoffmann menambahkan bahwa di Jerman, pemilu diputuskan oleh pemilih di bilik suara.
Advertisement
Jerman akan menggelar pemilu pada 23 Februari setelah koalisi pemerintah tengah-kiri Kanselir Olaf Scholz runtuh bulan lalu. Hoffmann juga menyebutkan bahwa Musk bebas mengungkapkan pendapatnya, namun tidak semua orang harus setuju dengannya.
AfD sedang dipantau oleh badan intelijen domestik Jerman karena dicurigai sebagai kelompok ekstremis sayap kanan. Beberapa negara bagian Jerman telah mengakui AfD sebagai kelompok seperti itu.
Lars Klingbeil, pemimpin Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD), mengatakan bahwa Musk mencoba melakukan hal yang sama seperti Vladimir Putin.
"Baik Musk maupun Putin ingin memengaruhi pemilu kita dan mendukung AfD, yang anti-demokrasi," kata Klingbeil seperti dikutip CNA, Rabu (1/1/2025).
Klingbeil menuduh keduanya ingin melemahkan Jerman dan membawa negara ini ke dalam kekacauan. Dia menegaskan bahwa lebih banyak tindakan perlu dilakukan di Eropa untuk membatasi kekuatan platform media sosial besar seperti X.
Musk telah berulang kali menggunakan X untuk menyerang Scholz secara pribadi. Yang terbaru setelah serangan penabrakan mobil yang mematikan di pasar Natal di Kota Magdeburg pada 20 Desember.
Miliarder teknologi itu menyebut Scholz sebagai orang "bodoh yang tidak kompeten" dan mengatakan bahwa dia "harus segera mengundurkan diri".
Kritik dari Oposisi
Intervensi Musk dalam politik Jerman juga dikritik oleh saingan utama Scholz, Friedrich Merz, pemimpin oposisi konservatif CDU/CSU.
Merz menyebut dukungan Musk terhadap AfD sebagai "campur tangan yang tidak pantas". Dia menggarisbawahi bahwa dia tidak ingat ada kasus serupa dalam sejarah kampanye pemilu negara-negara yang bersekutu dalam blok demokrasi Barat.
AfD saat ini berada di posisi kedua dalam jajak pendapat terbaru dengan pencapaian 19 persen, di belakang oposisi CDU/CSU yang meraih 32 persen. SPD diprediksi akan meraih hasil terburuknya sepanjang sejarah dengan 16 persen, sementara mitra koalisi mereka, Partai Hijau, mencatatkan 13 persen dalam jajak pendapat.    Â
Advertisement