9 Maret 2023: Penembakan Massal di Jehovah’s Witnesses Center Hamburg, 6 Orang Tewas

Tragedi terjadi di Hamburg, Jerman, saat seorang pria bersenjata menembak mati enam orang, termasuk bayi dalam kandungan, di Jehovah’s Witnesses center.

oleh Alya Felicia Syahputri Diperbarui 09 Mar 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2025, 06:00 WIB
Petugas polisi bersenjata di dekat lokasi penembakan di Hamburg, Jerman pada Kamnis 9 Maret 2023 setelah satu atau beberapa orang melepaskan tembakan di sebuah gereja. (AP/Arsip)
Petugas polisi bersenjata di dekat lokasi penembakan di Hamburg, Jerman pada Kamnis 9 Maret 2023 setelah satu atau beberapa orang melepaskan tembakan di sebuah gereja. (AP/Arsip)... Selengkapnya

Liputan6.com, Hamburg - Hamburg, Jerman pernah diguncang peristiwa tragis setelah seorang pria bersenjata menembak mati enam orang, termasuk seorang bayi yang masih dalam kandungan, di Jehovah’s Witnesses center atau pusat gerakan keagamaan berbasis Kristen Jehovah’s Witnesses --sejumlah media menyebutnya gereja Saksi-saksi Yehuwa-- pada Kamis malam (9/3/2023). Pelaku kemudian mengakhiri hidupnya saat polisi menyerbu gedung tersebut.

Menurut jaksa negara bagian Hamburg, pelaku diidentifikasi berusia 35 tahun dan merupakan mantan anggota komunitas aliran agama tersebut.

Polisi Jerman kemudian mencari kemungkinan motif penembakan di sebuah acara yang dihadiri 50 orang pada Kamis malam itu.

"Hamburg belum pernah menyaksikan penembakan massal seperti ini," kata Menteri Dalam Negeri Andy Grote pada konferensi pers hari Jumat (10/3) seperti dikutip dari CNN.

Grote mengatakan, pria bersenjata itu bertindak sendirian. "Mungkin ada lebih banyak korban jika polisi tidak segera bertindak," katanya.

"Ibu dari bayi yang belum lahir yang terbunuh selamat dari luka tembak," kata kepala polisi Hamburg Matthias Tresp kepada wartawan.

Polisi mengatakan bahwa empat pria dan dua wanita – semuanya warga negara Jerman berusia antara 33 dan 60 tahun – tewas dalam serangan itu.

Adapun delapan orang terluka, empat di antaranya terluka parah. Polisi mengatakan di antara mereka ada enam wanita dan dua pria; enam orang berkewarganegaraan Jerman, satu dari Uganda, dan satu orang dari Ukraina. "Para korban tidak ada hubungannya dengan tersangka pelaku," kata Tresp.

Promosi 1

Kronologi Penyerangan dan Identitas Pelaku

Dua petugas polisi bersenjata berjaga di dekat lokasi penembakan di Hamburg, Jerman pada Kamnis 9 Maret 2023 setelah satu atau beberapa orang melepaskan tembakan di sebuah gereja. (AP/Arsip)
Dua petugas polisi bersenjata berjaga di dekat lokasi penembakan di Hamburg, Jerman pada Kamnis 9 Maret 2023 setelah satu atau beberapa orang melepaskan tembakan di sebuah gereja. (AP/Arsip)... Selengkapnya

Polisi yang menerima laporan pada pukul 21.04 waktu setempat (15.04 ET)  tiba di lokasi empat menit kemudian dan langsung masuk ke dalam gedung tiga menit setelahnya. Saat polisi menyerbu, pelaku menembakkan senjata ke dirinya sendiri.

Tersangka penembakan diketahui meninggalkan komunitas Jehovah’s Witnesses center sekitar 18 bulan sebelum kejadian, tepatnya pada September 2021, diduga dalam kondisi yang kurang baik. “Tampaknya ia tidak pergi dalam hubungan yang baik,” ujar Thomas Radszuweit, pejabat keamanan Hamburg, kepada wartawan pada Jumat (10/3). 

Tersangka merupakan warga negara Jerman berusia 35 tahun, yang diidentifikasi sebagai Philipp F., sesuai dengan undang-undang privasi Jerman.

Philipp F. adalah mantan anggota aliran agama tersebut, tetapi tidak jelas apakah ia dikucilkan dari komunitas tersebut atau keluar secara sukarela. Menurut Radszuweit, tersangka penembakan sebelumnya tidak tercatat memiliki pelanggaran oleh pihak berwenang di Hamburg. Ia menambahkan, mengapa tersangka melakukan penembakan itu masih belum diketahui, dan tidak ada indikasi motif politik.

Sementara itu, juru bicara kejaksaan Hamburg, Ralf Peter Anders, menegaskan bahwa “tidak ada indikasi latar belakang teroris” dalam serangan ini.

Ralf Martin Meyer, kepala kepolisian Hamburg, mengatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung untuk mengetahui kondisi mental tersangka. Ia juga menyebut kemungkinan pelaku mengalami gangguan kejiwaan. "Ada kemungkinan tersangka menderita penyakit mental," ujarnya.

Meyer juga mengungkapkan bahwa Philipp F. memiliki izin kepemilikan senjata dan memperoleh pistol semi-otomatis secara sah sejak Desember 2022. “Selama penyerangan, pria bersenjata itu menembakkan sembilan magasin amunisi,” katanya.

Respons dan Tanggapan

Kanselir Jerman Olaf Scholz (AP/Arsip)
Kanselir Jerman Olaf Scholz (AP/Arsip)... Selengkapnya

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengutuk aksi kekerasan ini dan menyampaikan belasungkawa kepada para korban serta keluarga mereka. "Kami terkejut dengan kekerasan ini," ujar Scholz dalam sebuah acara di Munich, Jumat (10/3/2023).

Komisaris Uni Eropa untuk Urusan Dalam Negeri Ylva Johansson mengungkapkan kesedihannya, dengan menulis di Twitter: "Serangan mengejutkan terhadap sebuah gereja di GrossBorstel, Hamburg tadi malam. Doa saya menyertai para korban dan keluarga mereka.

“Terima kasih kepada @PolizeiHamburg yang menanggapi serangan itu dengan segera dan dengan keberanian luar biasa.”

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menyampaikan belasungkawa. "Berita buruk dari Hamburg," katanya di Twitter pada hari Jumat. "Saya menyampaikan belasungkawa Prancis kepada keluarga korban dan semua teman Jerman kami. Pikiran kami bersama mereka."

Pesan dukungan juga datang dari komunitas keagamaan di Hamburg menyatakan kesedihan mendalam atas insiden ini. "Berita tentang kejahatan berdarah di Hamburg-Alsterdorf ini mengejutkan dan membuat saya terdiam simpati terdalam saya sampaikan kepada keluarga korban," kata Pastor Sascha-Philipp Geissler, anggota senior keuskupan Katolik Hamburg, dalam sebuah pernyataan.

Penembakan di Jerman bukanlah hal yang baru, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan di Amerika Serikat. Menurut statistik yang diterbitkan oleh National Firearms Register negara tersebut pada tahun 2013, Jerman memiliki kepemilikan senjata api tertinggi keempat di antara negara manapun, per kapita. Akan tetapi, undang-undangnya yang ketat membuat penembakan sebagian besar tidak diketahui publik.

Warga negara Jerman memerlukan kartu kepemilikan senjata untuk memiliki atau membeli senjata api dan lisensi senjata untuk menggunakan atau membawa senjata api yang terisi peluru. Pemburu tidak memerlukan lisensi senjata api selama mereka memiliki lisensi berburu.

Undang-undang pengendalian senjata di Jerman semakin diperketat dalam beberapa tahun terakhir setelah beberapa insiden penembakan. Undang-Undang Senjata baru diperkenalkan pada tahun 2003 setelah penembakan di sekolah di Erfurt yang menewaskan 16 orang.

Pada Januari 2022, setidaknya satu orang tewas setelah seorang pria menembaki mahasiswa di ruang kuliah di Universitas Heidelberg di Jerman barat daya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya