Astronom Temukan 44 Bintang Kuno 6,5 Miliar Tahun Cahaya

Gravitational lensing adalah fenomena pembelokan cahaya dari objek jauh (seperti galaksi atau quasar) ketika melewati medan gravitasi yang sangat kuat dari objek masif di depannya (misalnya galaksi atau gugus galaksi).

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Jan 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2025, 01:00 WIB
Kala Ledakan Bintang Super Dahsyat Terdeteksi
Para astronom berhasil mendeteksi supernova paling dahsyat yang pernah diamati. (Des/B.Shappee and The ASAS-SN Team)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Para astronom berhasil menemukan 44 bintang kuno dalam galaksi Dragon Arc. Galaksi ini terletak 6,5 miliar tahun cahaya dari Bima Sakti.

Penemuan ini dilakukan menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA serta memanfaatkan fenomena gravitational lensing. Melansir laman Phys pada Senin (13/01/2025), gravitational lensing adalah fenomena pembelokan cahaya dari objek jauh (seperti galaksi atau quasar) ketika melewati medan gravitasi yang sangat kuat dari objek masif di depannya (misalnya galaksi atau gugus galaksi).

Fenomena ini memungkinkan astronom mengamati objek yang biasanya terlalu redup atau terlalu jauh untuk dideteksi dengan teleskop biasa. Objek masif ini bertindak sebagai "lensa gravitasi," yang memengaruhi jalur cahaya dari sumber cahaya yang berada di belakangnya.

Menurut teori relativitas umum Albert Einstein, massa yang besar dapat melengkungkan ruang-waktu, sehingga cahaya yang melewati medan gravitasi kuat tersebut akan membelok. Efek ini pertama kali diprediksi oleh Einstein pada awal abad ke-20 dan menjadi salah satu bukti kuat dari teori relativitas umum.

Objek masif seperti galaksi atau gugus galaksi dapat bertindak sebagai "lensa gravitasi" yang membelokkan cahaya dari objek yang lebih jauh. Ketika cahaya dari galaksi latar belakang melewati gugus galaksi yang berada di depannya, cahaya tersebut melengkung sehingga menciptakan gambar yang diperbesar, melengkung, atau bahkan membentuk cincin cahaya yang disebut Einstein ring.

Dalam kasus galaksi Dragon Arc, penemuan ini dimungkinkan berkat distorsi yang dihasilkan oleh gugusan galaksi masif Abell 370.

Gugusan ini merupakan salah satu gugus galaksi pertama yang diamati menunjukkan fenomena gravitational lensing. Abell 370 berperan sebagai lensa gravitasi besar yang memperbesar cahaya dari Dragon Arc, sehingga para astronom dapat mengamati bintang-bintang individual yang biasanya sulit dilihat pada jarak sejauh itu.

Menariknya, fenomena ini juga dipertegas dengan adanya efek lensa ganda atau microlensing. Bintang-bintang kecil dan objek masif lain yang bergerak di sekitar gugusan ini menciptakan lensa tambahan, memperbesar cahaya dari Dragon Arc lebih jauh.

Efek ini menyebabkan variasi kecerahan yang dapat membantu astronom mempelajari lebih banyak tentang distribusi massa di gugus galaksi dan bintang-bintang di latar belakang. Sebagian besar bintang kuno yang teridentifikasi dalam Dragon Arc adalah raksasa merah atau supergiant merah.

Bintang-bintang ini berada pada tahap akhir evolusi mereka, di mana bahan bakar inti hidrogen hampir habis, dan mereka mulai membakar elemen yang lebih berat seperti helium dan karbon. Raksasa merah memiliki lapisan luar yang mengembang besar dan suhu permukaan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan bintang seperti matahari, menyebabkan warna merah yang khas.

Penemuan 44 bintang kuno di Dragon Arc memberikan wawasan penting tentang struktur dan evolusi galaksi di masa awal alam semesta. Bintang-bintang kuno ini diperkirakan terbentuk ketika alam semesta masih muda, sekitar 1 hingga 2 miliar tahun setelah Big Bang.

Studi tentang bintang-bintang tersebut dapat membantu para ilmuwan memahami bagaimana galaksi berkembang dan berevolusi seiring waktu, serta bagaimana distribusi massa mempengaruhi pembentukan galaksi.

(Tifani)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya