Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa tradisi lamaran pernikahan sering kali melibatkan pasangan untuk berlutut?.
Ternyata, tradisi ini bukan hanya sekedar kebiasaan modern, tetapi memiliki akar yang dalam dalam sejarah umat manusia.
Advertisement
Berlutut telah digunakan selama ribuan tahun sebagai tanda penghormatan dan pengabdian. Praktik ini bisa jadi berakar dari kebiasaan kuno di Kekaisaran Persia, di mana salam yang dilakukan dengan menundukkan diri menandakan perbedaan status sosial.
Advertisement
Herodotus, seorang sejarawan Yunani, mencatat bahwa jika perbedaan statusnya besar, seseorang akan bersujud di tanah.
Ini adalah sebuah tindakan yang menggambarkan rasa hormat yang sangat dalam. Ritual ini kemudian diadopsi oleh Alexander Agung dan menjadi bagian dari budaya saat itu, dikutip dari Mentalfloss, Kamis (6/2/2025).
Namun, tidak semua orang setuju dengan kebiasaan ini. Banyak orang Yunani dan Makedonia merasa bahwa berlutut hanya pantas dilakukan untuk para dewa, bukan untuk sesama manusia.
Meski begitu, kebiasaan ini bertahan dan berkembang dalam berbagai budaya, baik keagamaan maupun sekuler.
Umat Katolik, misalnya, berlutut di hadapan tabernakel yang berisi Ekaristi sebagai bentuk penghormatan terhadap sakramen. Di sisi lain, prajurit Eropa yang diangkat menjadi ksatria juga berlutut di hadapan komandan mereka sebagai simbol pengabdian.
Ternyata, makna romantis dari berlutut baru muncul pada abad ke-11, ketika para ksatria menjalin hubungan khusus dengan wanita istana tradisi yang dikenal sebagai "cinta istana."
Walaupun hubungan ini seringkali tidak melibatkan aspek seksual, namun para ksatria menunjukkan rasa hormat dan komitmen yang mendalam kepada kekasih mereka, hampir seperti kepada raja atau tuan mereka.
Kisah Legendaris
Banyak kisah legendaris seperti hubungan antara Guinevere dan Sir Lancelot yang menggambarkan betapa kuatnya pengaruh "cinta istana" ini.
Bahkan dalam karya seni zaman itu, kita sering melihat gambaran pria yang berlutut di hadapan wanita, sebuah simbol pengabdian yang kini kita kenal dalam foto-foto lamaran pernikahan.
Jadi, berlutut dalam sebuah lamaran bukan hanya sekedar sebuah kebiasaan yang manis, tetapi juga simbol dari pengabdian, kerendahan hati, dan komitmen untuk bersama seumur hidup.
Meskipun begitu, tradisi ini tidaklah baku jika pasangan Anda lebih memilih untuk melamar tanpa berlutut, tidak ada aturan yang melarangnya. Pada akhirnya, yang paling penting adalah niat dan keinginan untuk berbagi hidup bersama dalam ikatan yang abadi.
Advertisement