Liputan6.com, Beograd - Setidaknya tiga anggota parlemen terluka pada Selasa (4/3/2025), salah satunya parah, setelah terjadinya kekacauan di parlemen Serbia, di mana granat asap dan suar dilemparkan. Peristiwa ini semakin memicu ketegangan politik di negara Balkan tersebut.
Para anggota parlemen dijadwalkan untuk memberikan suara pada undang-undang yang akan meningkatkan pendanaan untuk pendidikan universitas, namun partai oposisi mengatakan mayoritas yang berkuasa juga berencana untuk menyetujui puluhan keputusan lainnya. Mereka menyatakan hal itu ilegal dan para anggota parlemen harus terlebih dahulu mengonfirmasi pengunduran diri Perdana Menteri Milos Vucevic dan pemerintahannya.
Advertisement
Baca Juga
Kekacauan meletus sekitar satu jam setelah sesi parlemen dimulai, dengan anggota parlemen oposisi meniup peluit dan mengangkat spanduk bertuliskan "Serbia telah bangkit agar rezim ini jatuh!". Sementara itu, ratusan pendukung oposisi menggelar aksi di luar gedung parlemen.
Advertisement
Rekaman video dari ruang sidang menunjukkan perkelahian antara anggota parlemen dan pelemparan kembang api serta suar. Media Serbia melaporkan bahwa telur dan botol air juga dilemparkan.
Tiga orang yang terluka dalam kerusuhan, termasuk anggota parlemen Jasmina Obradovic yang dibawa ke rumah sakit. Ketua Parlemen Ana Brnabic menuduh oposisi sebagai "kelompok teroris".
Menteri Pertahanan Bratislav Gasic menggambarkan mereka yang terlibat dalam insiden tersebut sebagai aib bagi Serbia.
"Vandalisme yang dilakukan oleh anggota parlemen oposisi telah memperlihatkan sifat kepribadian mereka dan esensi agenda politik mereka," tutur Gasic seperti dikutip dari AP, Rabu (5/3).
Presiden Serbia Aleksandar Vucic yang mengunjungi Jasmina di rumah sakit menuliskan di Instagram, "Jasmina akan menang, Serbia akan menang."
Tuntutan Mahasiswa
Insiden ini mencerminkan krisis politik yang mendalam di Serbia, di mana protes anti-korupsi yang berlangsung berbulan-bulan mengguncang pemerintahan Vucic yang pro-Rusia.
Vucevic mengundurkan diri pada Januari setelah pemerintah menghadapi protes akibat ambruknya atap dak beton di pintu masuk stasiun kereta di Kota Novi Sad, yang menewaskan 15 orang pada November 2024.
Banyak orang di Serbia percaya bahwa insiden itu disebabkan oleh pekerjaan yang ceroboh dan pengabaian terhadap regulasi keselamatan karena korupsi pemerintah.
Adapun parlemen harus mengonfirmasi pengunduran diri Vucevic agar dapat berlaku efektif.
Kenaikan dana untuk pendidikan telah menjadi salah satu tuntutan utama mahasiswa yang melakukan protes di Serbia. Aksi protes ini telah menjadi kekuatan pendorong di balik demonstrasi jalanan yang terjadi hampir setiap hari, dimulai setelah insiden runtuhnya atap dak beton di Kota Novi Sad.
Partai oposisi bersikeras bahwa pemerintah tidak memiliki wewenang untuk mengesahkan undang-undang baru. Anggota parlemen kiri Radomir Lazovic mengatakan oposisi siap mendukung pengesahan undang-undang pendidikan yang diminta oleh mahasiswa, namun tidak untuk keputusan lainnya yang ada dalam agenda sidang.
Menurutnya, satu-satunya jalan keluar dari krisis saat ini adalah sebuah pemerintah transisi yang akan menciptakan kondisi untuk pemilu yang bebas dan adil, tuntutan yang telah berulang kali ditolak oleh para populis yang berkuasa.
Vucic dan Partai Progresif Serbia yang berhaluan kanan telah menguasai kekuasaan dalam beberapa dekade terakhir. Meskipun Serbia secara resmi berusaha untuk menjadi anggota Uni Eropa, Vucic dan partainya tetap mempertahankan kontrol yang ketat atas pemerintahan dan politik.
Advertisement
