Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg punya cara untuk 'blusukan', mendengar langsung aspirasi rakyatnya. Yakni, menyamar sebagai sopir taksi di jalanan Oslo pada sore hari.
Stoltenberg mengaku ingin mendengar langsung suara pemilih Norwegia. Dan taksi adalah satu dari sedikit tempat di mana orang mengutarakan pendapatnya secara jujur.
Tiap kali beraksi, selama bulan Juni lalu, orang nomor satu di pemerintahan negaranya itu mengenakan kacamata hitam dan seragam sopir taksi Oslo. Ia hanya mengakui identitasnya jika kepergok oleh penumpang.
Obrolannya dengan para penumpang direkam dalam kamera tersembunyi. Video tersebut -- yang bekerja sama dengan perusahaan periklanan-- diposting dalam laman Sang Perdana Menteri. Juga dibuat film yang akan digunakan sebagai materi kampanye Stoltenberg pada September mendatang.
"Penting bagiku untuk mendengar apa yang sesungguhnya dipikirkan rakyat," kata dia kepada media Norwegia VG, seperti dikutip dari BBC, Senin (12/8/2013). "Dan ada tempat di mana mengatakan apa yang mereka pikirkan tentang banyak hal, di taksi."
Ketahuan
Semua penumpang dipilih acak, tanpa diberitahu mereka akan disopiri Sang Perdana Menteri.
Kebanyakan dari penumpang dengan cepat menyadari ada yang aneh dari sopir taksi. Salah satunya berkata, "Dari sudut ini, Anda mirip sekali dengan Stoltenberg."
Penumpang lain mengaku sangat beruntung bertemu dengan Perdana Menteri. Apalagi sudah lama ia ingin berkirim surat. Asyiknya lagi, tak ada satu penumpang pun yang dipungut bayaran.
Stoltenberg mengaku terkesan betapa mudahnya warga Oslo mengenali sosoknya yang menyamar. "Saya sangat terkenal di Oslo, tapi saya cenderung untuk duduk di kursi belakang."
Sementara, pembicaraan yang ada di dalam taksi kebanyakan soal politik.
Namun, langkah Stoltenberg jadi sasaran kritik. Bukan soal strategi kampanyenya itu, tapi lebih karena caranya mengemudi. Salah satunya ketika ia mengerem mendadak, membuat taksi yang dikemudikannya terguncang. Gara-garanya, ia mengira pedal rem di mobil otomatis sebagai kopling.
Maklum, sebelumnya, Pak Perdana Menteri absen mengemudi selama 8 tahun.
Stoltenberg memang populer di Norwegia, tapi jajak pendapat menunjukkan dia tertinggal oposisi menjelang pemilu.
Jadi, apakah Stoltenberg mempertimbangkan karir sebagai sopir taksi jika kalah dalam pemilu?
Jawab dia, "Saya pikir negara dan semua penumpang taksi Norwegia akan terlayani dengan baik saat saya menjadi perdana menteri, bukan sopir taksi." (Ein/Sss)
Stoltenberg mengaku ingin mendengar langsung suara pemilih Norwegia. Dan taksi adalah satu dari sedikit tempat di mana orang mengutarakan pendapatnya secara jujur.
Tiap kali beraksi, selama bulan Juni lalu, orang nomor satu di pemerintahan negaranya itu mengenakan kacamata hitam dan seragam sopir taksi Oslo. Ia hanya mengakui identitasnya jika kepergok oleh penumpang.
Obrolannya dengan para penumpang direkam dalam kamera tersembunyi. Video tersebut -- yang bekerja sama dengan perusahaan periklanan-- diposting dalam laman Sang Perdana Menteri. Juga dibuat film yang akan digunakan sebagai materi kampanye Stoltenberg pada September mendatang.
"Penting bagiku untuk mendengar apa yang sesungguhnya dipikirkan rakyat," kata dia kepada media Norwegia VG, seperti dikutip dari BBC, Senin (12/8/2013). "Dan ada tempat di mana mengatakan apa yang mereka pikirkan tentang banyak hal, di taksi."
Ketahuan
Semua penumpang dipilih acak, tanpa diberitahu mereka akan disopiri Sang Perdana Menteri.
Kebanyakan dari penumpang dengan cepat menyadari ada yang aneh dari sopir taksi. Salah satunya berkata, "Dari sudut ini, Anda mirip sekali dengan Stoltenberg."
Penumpang lain mengaku sangat beruntung bertemu dengan Perdana Menteri. Apalagi sudah lama ia ingin berkirim surat. Asyiknya lagi, tak ada satu penumpang pun yang dipungut bayaran.
Stoltenberg mengaku terkesan betapa mudahnya warga Oslo mengenali sosoknya yang menyamar. "Saya sangat terkenal di Oslo, tapi saya cenderung untuk duduk di kursi belakang."
Sementara, pembicaraan yang ada di dalam taksi kebanyakan soal politik.
Namun, langkah Stoltenberg jadi sasaran kritik. Bukan soal strategi kampanyenya itu, tapi lebih karena caranya mengemudi. Salah satunya ketika ia mengerem mendadak, membuat taksi yang dikemudikannya terguncang. Gara-garanya, ia mengira pedal rem di mobil otomatis sebagai kopling.
Maklum, sebelumnya, Pak Perdana Menteri absen mengemudi selama 8 tahun.
Stoltenberg memang populer di Norwegia, tapi jajak pendapat menunjukkan dia tertinggal oposisi menjelang pemilu.
Jadi, apakah Stoltenberg mempertimbangkan karir sebagai sopir taksi jika kalah dalam pemilu?
Jawab dia, "Saya pikir negara dan semua penumpang taksi Norwegia akan terlayani dengan baik saat saya menjadi perdana menteri, bukan sopir taksi." (Ein/Sss)