Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan pasukan pemerintah Suriah telah menewaskan 1.429 orang, dalam serangan senjata kimia di Damaskus pada Rabu 21 Agustus 2013.
"1.429 orang meninggal dunia. Korban meninggal dunia termasuk 426 anak-anak," ujar Kerry seperti dimuat CNN, Jumat, 30 Agustus 2013.
Selain itu, Kerry juga menggambarkan serangan bom kimia itu sebagai horor yang sangat mengerikan.
Terkait serangan mematikan tersebut, AS pun mendesak intervensi untuk menghentikan pemerintah Suriah dari penggunaan senjata kimia.
Meski korban yang berjatuhan pasca-serangan Rabu pekan lalu itu semakin banyak, Pemerintah Presiden Bashar Al Assad tetap membantah bahwa bukan mereka yang berada di balik semua itu. Mereka justru menuduh dan menyalahkan pasukan pemberontak yang menjadi biang keladinya.
Sebelumnya, sebuah yayasan medis yang turut serta merawat para korban serangan bom kimia di Damaskus Timur menyatakan 355 orang meninggal dunia. Namun setelah dilakukan penyelidikan, pihak Amerika yang telah memiliki fakta-fakta dari PBB menyatakan korban meninggal dunia bertambah 1.074 orang.
Kerry membeberkan salah satu bukti dari penyelidikan yang telah dilakukan, bahwa pasukan rezim Assad diduga telah mempersiapkan diri 3 hari sebelum melakukan serangan.
"Kita tahu roket hanya datang dari daerah yang dikuasai rezim dan mendarat hanya di daerah yang dikuasai oposisi," tegas Kerry.
"Semua hal ini telah kita ketahui, komunitas intelijen Amerika memiliki kepercayaan diri yang tinggi soal itu," sambungnya.
Setalah mengatahui fakta-fakta tersebut, Kerry pun menegaskan bahwa pemerintah akan berkonsultasi dengan Kongres dan rakyat Amerika untuk menentukan langkah berikutnya. (Tnt)
"1.429 orang meninggal dunia. Korban meninggal dunia termasuk 426 anak-anak," ujar Kerry seperti dimuat CNN, Jumat, 30 Agustus 2013.
Selain itu, Kerry juga menggambarkan serangan bom kimia itu sebagai horor yang sangat mengerikan.
Terkait serangan mematikan tersebut, AS pun mendesak intervensi untuk menghentikan pemerintah Suriah dari penggunaan senjata kimia.
Meski korban yang berjatuhan pasca-serangan Rabu pekan lalu itu semakin banyak, Pemerintah Presiden Bashar Al Assad tetap membantah bahwa bukan mereka yang berada di balik semua itu. Mereka justru menuduh dan menyalahkan pasukan pemberontak yang menjadi biang keladinya.
Sebelumnya, sebuah yayasan medis yang turut serta merawat para korban serangan bom kimia di Damaskus Timur menyatakan 355 orang meninggal dunia. Namun setelah dilakukan penyelidikan, pihak Amerika yang telah memiliki fakta-fakta dari PBB menyatakan korban meninggal dunia bertambah 1.074 orang.
Kerry membeberkan salah satu bukti dari penyelidikan yang telah dilakukan, bahwa pasukan rezim Assad diduga telah mempersiapkan diri 3 hari sebelum melakukan serangan.
"Kita tahu roket hanya datang dari daerah yang dikuasai rezim dan mendarat hanya di daerah yang dikuasai oposisi," tegas Kerry.
"Semua hal ini telah kita ketahui, komunitas intelijen Amerika memiliki kepercayaan diri yang tinggi soal itu," sambungnya.
Setalah mengatahui fakta-fakta tersebut, Kerry pun menegaskan bahwa pemerintah akan berkonsultasi dengan Kongres dan rakyat Amerika untuk menentukan langkah berikutnya. (Tnt)