Otak pelaku serangan teroris tragedi WTC 9/11, Khalid Sheikh Mohammed memprotes gambar sketsa yang dilukis seniman pengadilan di Amerika Serikat. Ia keberatan dengan gambar yang dirilis pengadilan tersebut, karena hidungnya tampak lebih besar dari yang seharusnya.
"Ini merupakan pengalaman paling konyol sepanjang karierku," kata si pelukis yang bekerja untuk pengadilan, Janet Hamlin, seperti dimuat News.com.au, Jumat (25/10/2013).
Pada sketsa, Khalid terlihat duduk menghadap ke depan, dengan tangan menyender di depannya. Tak terlihat jelas, tangan anggota Al Qaeda bersandar di mana, di kursi, di meja atau melayang. (Foto di atas)
Dalam protesnya, Khalid meminta Janet si pelukis, untuk menggambar hidungnya seperti foto yang pernah dirilis Biro Investigasi AS (FBI). (Foto di atas)
Janet berkilah, dirinya sempat kebingungan untuk melukis wajah Khalid dengan tepat 100 persen seperti asli. Sebab, menurut dia, penampilan Janet telah berubah sejak ditahan di Penjara Guantanamo.
"Setiap orang yang melihatnya terkejut dengan perubahan penampilannya. Warna jenggotnya abu-abu sekali," ungkap Janet kepada National Public Radio, dalam wawancara khusus soal bukunya yang memuat foto yang protes Khalid, 'Sketching Guantanamo'. Buku tersebut merupakan kumpulan sketsa yang ia dapat langsung dari lapangan.
Advertisement
Khalid mempergunakan hak vetonya kepada pengadilan agar Janet memperbaiki fotonya. Dan Janet pun berjanji akan melakukannya.
"Aku akan memperhatikan tekstur wajahnya secara teliti. Agar ia tidak memprotes lagi, dan bilang kepadaku: gambar hidungnya salah," ujar Janet.
AS tengah mengadili 5 orang yang dituduh sebagai otak pelaku bom WTC pada 11 September 2001. Kelima tersangka itu, termasuk ahli cuci otak Khalid Sheikh Mohammed, dikenai pidana tindakan terorisme, pembajakan, konspirasi, pembunuhan, dan perusakan.
Badan Militer AS Pentagon secara resmi menyatakan, jika terbukti bersalah para pelaku akan dihukum mati. Pentagon berniat mengadili Khalid dan 4 tersangka lainnya, yakni Waleed bin Attash, Ramzi Binalshibh, Ali Abd al-Aziz Ali dan Mustafa Ahmad al-Hawsawi secara bersamaan.
Peristiwa bom WTC 12 tahun silam mengakibatkan sekitar 2.976 orang tewas dan sebuah Gedung WTC yang menjadi simbol terkenal AS hancur setelah ditabrak pesawat terbang. (Riz/Ism)