Liputan6.com, Jakarta Sudah diberitahu baik-baik tapi sang buah hati tetap tidak mendengarnya. Akhirnya label pembangkang atau anak nakal malah menempel pada anak. Padahal hal ini tidak baik bagi tumbuh kembangnya.
Sebelum menyalahkan si kecil, ada baiknya mungkin para orangtua mengenal hambatan komunikasi dalam keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Srti Ariani, S.Psi., M.Si (Nina) berikut ini.
1. Hambatan fisik
Advertisement
Menurut Nina, hambatan komunikasi pada fisik contohnya anak yang sulit berkomunikasi karena lingkungannya yang dianggap tidak nyaman.
2. Hambatan psikologis
"Misalnya kalau anak ngomong takut diomeli, takut ditolak dan sebagainya," ungkap Nina saat temu media 15 Menit Sehari bersama Sariwangi di Kembang Goela Resto, Jakarta, rabu (19/3/2014).
3. Hambatan situasional
Hambatan komunikasi ini, Nina melanjutkan, terjadi pada situasi tertentu misalnya pad aibu hamil yang moody, ia akan membuat orang lain di sekitarnya kesal dan sebagainya sehingga tidak ada yang ingin berkomunikasi dengannya.
4. Hambatan gender
Nina menyampaikan, bagaimana perbedaan laki-laki dan perempuan juga bisa menghambat komunikasi. Misalnya, perempuan yang biasanya ekspresif sehingga lebih banyak biacara dan bertanya. Sedangkan pria baisanya lebih mudah keluar emosinya. "Marah misalnya, katanya cara komunikasi biar lebih kelihatan laki-laki. Kalau laki-laki penakut nanti dibilang cemen dan sebagainya".
Setelah mengetahui hambatan tersebut, menurut Nina yang perlu dilakukan adalah menuangkan kekesalan atau pembicaraan secara mendalam dengan anak. Atau bila pembicaraan tersebut sulit dilakukan, Nina menyarankan untuk menuangkan perasaan melalui surat sebelum nantinya mengobrol dengan si kecil.
Nina menambahkan, sebelumnya ada penelitian yang dilakukan Floyd pada 2012 yang melibatkan beberapa anggota keluarga. Kala itu, beberapa orang diminta menuliskan surat sebagai ungkapan perasaan dan sayang kepada keluarganya yang dikaitkan dengan kesehatannya. Dan hasilnya pun cukup mengejutkan.
"Ternyata setelah dicek kondisi tubuhnya, orang yang mengungkapkan perasaanya lewat surat tersebut, tekanan darahnya yang sebelumnya tidak stabil menjadi normal. Kemudian level kolesterolnya jauh lebih rendah dan detak jantungnya lebih normal. Ini berarti kedekatan psikologis dapat dicapai apalabila anggota keluarga sering mengkomunikasikan perasaan secara terbuka  dalam cara positif. Selain itu, keluarga juga akan lebih sehat," tandasnya.